Sesampainya di rumah, aku berkata kepada istriku: “Aku melihat Rasulullah Saw dalam kondisi yang amat lapar. Tidak ada seorang manusia pun yang sanggup menahan lapar seperti itu. Apakah engkau memiliki sesuatu untuk dimakan?”
Istriku menjawab: “Aku hanya memiliki sedikit gandum dan domba yang masih kecil.” Maka aku segera mengambil domba tersebut, lalu aku menyembelihnya, memotongnya dan aku masukkan ke dalam tungku. Aku pun segera mengambil gandum yang aku tumbuk sendiri kemudian aku serahkan kepada istriku. Aku pun melakukan peragian terhadap tepung itu. Begitu aku tahu bahwa daging sudah hampir matang, dan adonan tepung sudah hampir lembut dan sebentar lagi dapat dibakar. Aku pun berangkat menghadap Rasulullah Saw dan aku berkata kepada Beliau: “Ada sedikit makanan yang kami buat untukmu, ya Rasulullah. Silahkan Engkau dan 1 atau 2 orang untuk menyantapnya.” Rasul bertanya: “Ada berapa banyak yang kau masak?” Aku pun memberitahukan Beliau apa saja yang aku masak.
Begitu Nabi Saw mengetahui porsi makanan yang aku buat, Beliau bersabda: “Wahai para pejuang Khandaq! Jabir telah menyiapkan makanan, marilah kita makan bersama!” Kemudian Beliau menatapku dan bersabda: “Temuilah istrimu dan katakan kepadanya: ‘Janganlah tungku diturunkan, dan jangan dulu tepung tadi dijadikan roti, sebelum aku datang ke sana.”
Aku pun pulang ke rumah, dalam hatiku ada rasa galau dan malu yang hanya diketahui oleh Allah Swt saja. Aku bertanya sendiri: “Apakah semua pejuang Khandaq dapat menyantap makanan yang hanya terdiri dari 1 sha’ gandum dan domba kecil?!”
Kemudian aku menemui istriku dan aku berkata kepadanya: “Celaka kita, aku telah menceritakan segalanya! Rasulullah Saw akan datang ke sini dengan semua pejuang Khandaq!” Istriku bertanya: “Apakah Beliau tidak bertanya kepadamu berapa jumlah makanan yang kau siapkan?’ Aku menjawab: “Ya, Beliau menanyakannya.” Istriku berkata: “Tidak usah kau risau, sebab Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka ucapannya membuat semua kegalauanku sirna seketika.
Tidak lama kemudian, datanglah Rasulullah Saw bersama rombongan kaum Muhajirin dan Anshar. Rasul Saw berkata kepada mereka: “Masuklah dan jangan berdesak-desakan!” Kemudian Beliau bersabda kepada istriku: “Berikan kepadaku sepotong roti, agar ia membantumu dalam membuat roti. Ambillah sesendok kuah air dari tungkumu tapi jangan diturunkan dari perapian.”
Tiba-tiba roti jadi semakin banyak, yang ditaruh di atasnya daging. Kemudian Beliau membawa makanan tersebut kepada para sahabatnya, dan mereka semua menikmati makanan tersebut sehingga mereka merasa kenyang.
Kemudian Jabir berkata: “Demi Allah, mereka semua sudah pulang namun tungku kami masih penuh dengan daging kambing dan adonan kami masih dapat dibuat roti tidak kurang sedikitpun, persis seperti semula.”
Kemudian Rasulullah Saw bersabda kepada istriku: “Makanlah engkau, dan hadiahkan sebagiannya!”
Lalu istriku makan, dan sepanjang hari ia membagikan dan menghadiahkan makan tersebut kepada banyak orang.
Demikianlah kisah Jabir bin Abdullah Al Asnhary dan ia menjadi sumber cahaya dan petunjuk bagi kaum muslimin untuk beberapa masa, karena Allah Swt berkenan untuk memperpanjang usianya hingga mencapai umur mendekati satu abad.
Suatu saat Jabir berangkat untuk berperang di jalan Allah Swt ke negeri Romawi. Pada saat itu pasukan dipimpin oleh Malik bin Abdillah Al Khats’amy.
Malik saat itu sedang memeriksa pasukannya yang tengah berangkat menuju medan laga. Malik melakukannya untuk mengetahui kondisi
mereka, memberikan semangat, dan membantu serta melayani prajurit yang sudah tua.
Lalu ia berjumpa dengan Jabir bin Abdullah, yang ia dapati sedang berjalan kaki padahal ia bersama seekor bighal yang tali kendalinya ia pegang dengan tangan.
Malik kemudian bertanya kepada Jabir: “Ada apa denganmu wahai Abu Abdillah (pangggilan Jabir)? Mengapa engkau tidak menunggang bighalmu?! Padahal Allah sudah memberimu tunggangan yang dapat membawamu.”
Jabir menjawab: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Siapa orang yang kakinya terbasuh debu saat berperang di jalan Allah, maka Allah akan mengharamkan dirinya dari neraka.”
Malik lalu meninggalkan Jabir kemudian ia menuju barisan terdepan pasukan. Kemudian Malik menoleh ke arah Jabir, kemudian Malik memanggil Jabir dengan suara yang amat keras seraya berseru: “Ya Abu Abdillah, mengapa engkau tidak menunggangi bighalmu, padahal ia sudah menjadi milikmu?!” Jabir mengerti maksud Malik. Kemudian Jabir menjawabnya dengan suara yang keras: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Siapa orang yang kakinya terbasuh debu saat berperang di jalan Allah, maka Allah akan mengharamkan dirinya dari neraka.”
Maka spontan semua prajurit melompat turun dari tunggangan mereka. Semuanya berharap mendapatkan pahala tersebut.
Tidak pernah didapati ada pasukan yang berjalan kaki melebihi pasukan tersebut.
Selamat untuk Jabir bin Abdullah Al Anshary. Ia pernah turut berbai’at kepada Rasulullah Saw padahal ia belum mencapai usia baligh pada saat itu.
Ia juga beruntung pernah mendapat bimbingan Rasulullah Saw sejak usia dini, dan ia banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah Saw yang kemudian riwayatnya banyak digunakan oleh para perawi hadits.
Ia juga beruntung dapat turut-serta berjihad bersama Rasulullah Saw saat masih berusia remaja, kemudian ia membasuhkan kakinya dengan debu untuk berjuang di jalan Allah Swt padahal ia adalah seorang tua renta yang telah lanjut usia.