KISAH NABI HUD A.S Bagian 1

  • Home
  • KISAH NABI HUD A.S Bagian 1
“Ad” adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat bernama “Al-Ahqaf” terletak di utara Hadramaut atr Yaman dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh, serta terkenal dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa. Mereka dikaruniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir dari segala penjuru sehingga memudahkan mereka bercocok tanam untuk bahan makanan mereka. Dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat karunia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.

Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh, kaum Hud tidak mengenal Allah Yang Maha Kuasa pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama ”Shamud” dan ”Alhattar” dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Kenikmatan hidup berkat tanah yang subur dan hasil panen yang melimpah ruah, menurut anggapan mereka adalah karunia dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah. Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.

Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup mereka dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis. Dimana nilai-nilai moral dan akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk seseorang, tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol, sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat, dimana yang kuat menindas yang lemah, dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong, congkak, iri-hati, dengki, dan benci-membenci yang didorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasih, sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran masyarakat suku Ad tatkala Allah mengutuskan Nabi Hud sebagai nabi dan rasul kepada mereka.


Nabi Hud Berdakwah Di Tengah-Tengah Sukunya

Sudah menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam Ke bumi bahwa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya, mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalanlurus dan benar dan mencuci bersih jiwa manusia dari segala tahayul dan syirik menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang sesuai dengan fitrah.

Demikianlah maka kepada suku Ad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenalkan Tuhannya yang mengaruniakan itu semua. Di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang dari suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal sejak kecilnya dengan kelakuan yang budi pekerti yang luhur dan sangat bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.

Nabi Hud memulai dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Ad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam sekeliling mereka dan bahwa Allahlah yang mencipta mereka semua dan mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup yang berupa tanah yang subur air yang mengalir serta tumbuh-tumbuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka sebagai manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri dengan sujud menyembah batu-batu yang kapan saja mereka dapat menghancurkan sendiri dan memusnahkannya dari pandangan.

Diterangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang menciptakan mereka, menghidupkan dan mematikan mereka, memberi rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka menghadapi ajakan dan dakwahnya mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam air bah. Akibat kecongkakan dan kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercayaan mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.

Bagi kaum Ad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak pernah mereka dengar ataupun menduga. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah seluruh cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahwa seorang dari suku mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal dan tidak dapat dimengerti dan diterima oleh akal fikiran mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.

Berkatalah kaum Ad kepada Nabi Hud:

”Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhanmu yang tidak dapat kami jangkau dengan pancaindera kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jangan mencederai kepercayaan dan agama mereka dengan membawa suatu agama baru yang tidak dikenali oleh mereka dan tentu tidak akan direstuinya.”

“Wahai kaumku! Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu untuk menyembah-Nya walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan pancainderamu namun kamu dapat melihat dan merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri, sebagai ciptaannya dan alam semesta yang di selilingimu, beberapa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintangnya, bumi dengan gunung-gunungnya, sungai, tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang semuanya dapat bermanfaat bagi kamu. Dan menjadi kamu dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu kepada-Nya. Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan diperanakan yang walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan pancainderamu. Dia dekat dengan kamu, mengetahui segala gerak-gerik dan tingkah lakumu, mengetahui isi hati mu, denyut jantungmu dan jalan fikiranmu.

Tuhan itulah yang harus disembah oleh manusia dengan kepercayaan penuh kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya. Dan bukan patung-patung yang kamu pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri, kemudian kamu sembah, sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang pasif, tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah ruginya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu.”

Wahai Hud! jawab kaumnya

”Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran lain dari yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak dahulu kala. Dan menjadikan engkau meninggalkan agama nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan mempertanyakan kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi rasul, pesuruh oleh Tuhanmu untuk membawa agama dan kepercayaan baru kepada kami dan mengajak kami keluar dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa heran dan tidak dapat menerima dengan akal sehat kami sendiri, bahwa engkau telah dipilih menjadi pesuruh Tuhan.

Apakah kelebihan kamu di atas seseorang dari kami. Engkau tidak lebih, tidak kurang adalah seorang manusia biasa seperti kami hidup, makan, minum dan tidur. Tiada bedanya dengan kami mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau mungkin engkau berfikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau hina.”