Khabbab bin Al Aratti Bagian 1

  • Home
  • Khabbab bin Al Aratti Bagian 1
“Semoga Allah Merahmati Khabbab. Ia Telah Masuk Islam Karena Keinginannya, Berhijrah Karena Taat dan Hidup Sebagai Mujahid.” (Ali bin Abi Thalib)


Ummu Anmar Al Khuza’iyah pergi ke pasar An Nakhasin di Mekkah. Ia ingin membeli seorang budak untuk membantunya, dan memanfaatkan tenaganya. Ia memperhatikan wajah-wajah budak yang ditawarkan untuk dijual. Pilihannya jatuh pada seorang anak kecil yang belum lagi baligh. Ia mendapati anak tersebut sehat badannya dan tanda-tanda kecerdasan terpancar jelas di wajahnya. Hal itu yang membuat Ummu Anmar tertarik untuk membelinya. Ummu Anmar lalu menyerahkan uang untuk membelinya, kemudian membawa pulang bocah budak tersebut.

Di tengah jalan, Ummu Anmar menoleh kepada budak kecil tadi dan bertanya: “Siapa namamu, wahai anak?” Ia menjawab: “Khabbab.” Ummu Anmar bertanya lagi: “Lalu siapa nama ayahmu?” Ia menjawab: “Al Aratt.” Ummu Anmar bertanya kembali: “Dari mana engkau berasal?” Ia menjawab: “Dari Najd.” Ummu Anmar menukas: “Kalau begitu engkau adalah orang Arab!!” Ia membalas: “Benar, saya berasal dari Bani Tamim.” Ummu Anmar bertanya: “Lalu apa yang membuatmu sampai ke tangan para penjual budak di Mekkah?!!”

Ia menjawab: “Sebuah kabilah Arab telah menyerang kampung kami. Mereka mengambil hewan ternak, menyandera para wanita dan anak- anak. Dan aku termasuk seorang anak yang tertangkap. Aku terus menjadi budak dengan tuan yang silih berganti sehingga aku di bawa ke Mekkah. dan kini aku berada di tanganmu.

Ummu Anmar mengirimkan budaknya ini ke seorang pandai besi yang ada di Mekkah untuk diajarkan kepadanya bagaimana cara membuat pedang. Dengan cepat budak ini mempelajari dan menguasai cara pembuatan pedang.

Begitu Khabbab sudah semakin besar, Ummu Anmar menyewakan untuknya sebuah toko dan membelikan segala perabotannya. Dan di toko tersebut, Khabbab mulai mengkomersialkan keahliannya dalam membuat pedang.

Tidak terlalu lama, nama Khabbab sudah terkenal di Mekkah. Banyak orang yang datang kepadanya untuk membeli pedang. Sebab ia terkenal dengan sifat amanah, jujur dan sempurna dalam membuat pedang.

Meski Khabbab masih berusia muda akan tetapi ia memiliki pemikiran dan kearifan seperti orang dewasa.

Jika ia sudah selesai melaksanakan tugasnya, ia sering menyendiri dan berpikir tentang masyarakat jahiliah yang terjerembab dalam kerusakan dari mulai kaki hingga ujung kepala mereka.

Ia merasa aneh dengan kebodohan dan kesesatan yang terjadi pada kehidupan masyarakat Arab sehingga dirinya menjadi salah satu korban dari sifat mereka tersebut.

Dia sering mengatakan: “Malam ini harus segera berakhir.”

Dia berharap agar umurnya diperpanjang sehingga ia sempat melihat sirnanya kegelapan dan terbitnya terang.

Penantian Khabbab tidak berlangsung lama. Telah sampai pada dirinya bahwa ada sebuah sinar yang muncul dan keluar dari seorang pemuda Bani Hasyim yang dikenal dengan Muhammad bin Abdullah.

Khabbab pun pergi menjumpainya, dan mendengarkan sabdanya. Ia amat terpesona dengan sinarnya.

Khabbab pun menjulurkan tangannya kepada orang tersebut dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Dia telah menjadi orang keenam yang masuk Islam di muka bumi ini sehingga ada orang yang berkata: “Waktu telah mendahului Khabbab sehingga ia menjadi orang yang keenam dalam Islam.”

Khabbab tidak menyembunyikan keislamannya dari siapapun. Danhal itu segera terdengar oleh Ummu Anmar, dan ia pun menjadi marah dibuatnya. Ia kemudian mengajak saudaranya yang bernama Siba bin Abdul Uzza dan mereka juga berjumpa dengan sekelompok pemuda Khuza’ah. Semuanya berangkat untuk menemui Khabbab dan mereka mendapati Khabbab sedang tekun melakukan tugasnya. Maka datanglah Siba menghadapi Khabbab dan berkata kepadanya: “Kami telah mendengar sebuah berita tentangmu yang kami sendiri tidak mempercayainya.”

Khabbab bertanya: “Berita apa itu?!” Siba berkata: “Banyak orang yang mengatakan bahwa engkau telah keluar dari agama dan kini engkau menjadi pengikut seorang pemuda dari Bani Hasyim.”

Khabbab lalu berkata dengan tenang: “Aku tidak keluar dari agama, akan tetapi aku telah beriman kepada Allah Yang Esa dan tidak memiliki sekutu baginya. Aku telah menyingkirkan berhala-berhala kalian dan aku bersaksi bahwa Muhammad bin Abdullah adalah utusan-Nya.”

Begitu kalimat yang diucapkan Khabbab sampai di telinga Siba dan orang-orang yang bersamanya, maka mereka langsung merangsek ke arah Khabbab untuk memukulinya dengan tangan mereka, dan menendangnya dengan kaki mereka. Dan mereka melemparkan ke tubuhnya benada apa saja dari besi pemukul dan potongan besi yang dapat mereka raih. Sehingga Khabbab terpuruk ke tanah kehilangan kesadaran dengan darah berlumuran.

Menyebarlah di Mekkah kisah yang telah terjadi antara Khabbab dan tuannya dengan begitu cepat bagaikan api yang membakar daun kering.

Semua manusia keheranan dengan keberanian yang dimiliki Khabbab. Sebabnya belum pernah mereka dengar bahwa ada orang yang menjadi pengikut Muhammad lalu berdiri di depan manusia untuk menyatakan keislaman dirinya dengan begitu tegas dan menantang seperti Khabbab.

Para pemuka Quraisy pun kaget oleh kisah Khabbab ini. Tidak pernah terbersit di hati mereka bahwa akan ada seorang budak seperti budak Ummu Anmar yang tidak memiliki keluarga yang dapat melindunginya dapat begitu berani dan keluar dari kekuasaan tuannya. Budak terseut telah berani mencela tuhan-tuhan mereka dengan jelas, dan menganggap bodoh agama bapak dan leluhur mereka. Dan para pembesar Quraisy semakin yakin bahwa budak ini akan semakin berani lagi.

Perkiraan pemuka Quraisy tadi tidak meleset. Keberanian Khabbab rupanya telah mampu menggerakkan para sahabatnya yang lain untuk menyatakan keislaman mereka. Maka mereka mulai mengucapkan kalimat kebenaran dengan terang-terangan satu demi satu.

Para pemuka Quraisy berkumpul di Mekkah dan sebagian dari mereka saat itu adalah Abu Sufyan bin Harb, Al Walid bin Al Mughirah, Abu Jahl bin Hisyam dan mereka semua sedang berbicara tentang Muhammad. Mereka melihat bahwa kekuatan Muhammad dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu semakin bertambah kuat dan besar.