An Nu’man bin Muqarrin Al Muzani Bagian 1

  • Home
  • An Nu’man bin Muqarrin Al Muzani Bagian 1
“Iman Memiliki Rumah, Kemunafikan juga Memiliki Rumah. Sedangkang Rumah Bani Muqarrin termasuk Salah Satu Rumah Iman” (Abdullah bin Mas’ud)

Kabilah Muzainah membuat perumahan bagi penduduknya berdekatan dengan kota Yatsrib yang berada pada tepi jalan yang melintas antara Madinah dan Mekkah.

Saat Rasul Saw berhijrah ke Madinah, kabar tentang Beliau sampai ke perkampungan Muzainah lewat orang yang lalu-lalang di sana. Tidak ada satu kabar pun tentang Beliau yang sampai kepada mereka, kecuali kabar yang baik saja.

Pada suatu petang, pemimpin kabilah ini yang bernama An Nu’man bbin Muqarrin Al Muzani sedang duduk bersama para sahabat dan para pembesar kabilahnya. Ia berkata kepada mereka:

“Wahai kaumku, tidak ada yang kita ketahui tentang Muhammad kecuali kebaikan saja. Tiada yang kita dengarkan tentangnya selain kasih sayang, kebaikan dan keadilan. Mengapa kita masih berleha-leha, sedang banyak manusia yang bersegera untuk menjumpainya?!”

Kemudian ia meneruskan:

“Aku telah berniat akan mendatanginya esok hari. Siapa yang ingin berangkat bersamaku, maka bersiaplah!”

Apa yang diucapkan Nu’man begitu membekas pada diri kaumnya. Pada pagi harinya, ia menjumpai sahabatnya yang berjumlah 10 orang, 400 orang penunggang kuda dari suku Muzainah yang telah siap untuk berangkat bersamanya ke Yatsrib demi menjumpai Nabi Saw dan menyatakan diri masuk ke dalam agama Allah.

Namun An Nu’man merasa malu untuk membawa rombongan yang begitu banyak datang menghadap Rasulullah Saw tanpa membawa apa-apa untuk Beliau dan kaum muslimin sebagai oleh-oleh.

Akan tetapi kemarau yang panjang yang terjadi di daerah Muzainah telah menyebabkan tidak ada hasil ternak dan sawah yang tersisa dan dapat dibawa sebagai hadiah.

Maka An Nu’man bersama para sahabatnya mulai mengumpulkan apa saja yang ada di rumah mereka. Akhirnya mereka mengumpulkan apa yang tersisa dari apa yang mereka miliki. Mereka mengumpulkannya di hadapan An Nu’man. Lalu ia membawanya kepada Rasulullah Saw, dan ia

mengumumkan bahwa dirinya dan rombongannya menyatakan masuk ke dalam Islam dihadapan Rasul.

Kota Yatsrib menjadi gempar dari ujung kota ke ujung lainnya karena merasa bahagia dengan Islamnya An Nu’man bin Muqarrin dan para sahabatnya. Karena tidak ada satu rumahpun dari rumah-rumah bangsa Arab yang telah masuk Islam 10 anggotanya yang semuanya adalah saudara kandung berasal dari 1 bapak dan mereka membawa 400 penunggang kuda bersama mereka.
Rasul Saw amat senang dengan masuknya An Nu’man ke dalam agama Islam. Allah pun menerima pemberian Nu’man dan menurunkan sebuah ayat yang berbunyi:

“Dan di antara orang-orang Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do'a Rasul. Ketahuilah sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah [9]
:99)

Nu’man bin Muqarrin bergabung di bawah panji Rasulullah Saw, dan ia mengikuti semua peperangan yang Rasul lakukan tanpa pernah terlewatkan satu pun juga.

Saat kekhalifahan dipimpin oleh Abu Bakar As Shiddiq, Nu’man dan kaumnya dari Bani Muzainah mendukung Abu Bakar sepenuhnya dan itu berdampak penting untuk menumpas para manusia yang kembali murtad.

Saat kekhalifahan berpindah kepada Umar Al Faruq, Nu’man bin Muqarrin memiliki posisi yang senantiasa di ingat oleh sejarah dengan pujian dan sanjungan.

Sebelum terjadinya perang Al Qadisiyah, Sa’d bin Abi Waqash sebagai panglima pasukan muslimin mengirimkan sebuah utusan kepada Kisra Yazdajurd yang dipimpin oleh An Nu’man bin Muqarrin agar Kisra mau masuk ke dalam Islam.

Saat rombongan ini tiba di ibu kota Kisra yang bernama Al Mada’in, mereka meminta izin agar dibolehkan masuk dan mereka pun mendapatkan izin tersebut. Kemudian Kisra memanggil seorang penterjemah dan berkata kepadanya: “Tanyakan kepada mereka, Apa yang membuat kalian datang ke daerah kami dan hendak memerangi kami?! Mungkin kalian ingin menguasai kami, dan berani menyerang kami karena kami tidak pernah memperhitungkan kekuatan kalian. Sehingga kami tidak berkeinginan untuk mengalahkan dan menundukkan kalian.”

Maka Nu’man bin Muqarrin menoleh kepada rekan-rekannya dan berkata: “Jika kalian memperbolehkan, aku akan menjawabnya. Jika ada di antara kalian yang mau menjawabnya, maka akan aku persilahkan.” Para rekannya berkata: “Engkau saja yang berbicara!”

Kemudian rekan-rekannya melihat ke arah Kisra lalu berkata: “Orang ini yang akan menjadi juru bicara kami, maka dengarkanlah apa yang akan ia katakan!”

Maka Nu’man memulai pembicaraannya dengan memuji Allah Swt, membaca shalawat atas Nabi-Nya lalu ia berkata: “Allah Swt telah memberikan rahmatnya kepada kami sehingga Ia mengutus seorang Rasul untuk menunjukkan kepada kami kebenaran dan kami diperintahkan untuk melakukan kebenaran. Rasul juga mengajarkan kepada kami tentang keburukan dan Beliau melarang kami untuk melakukannya.

Rasul menjanjikan kepada kami –Jika kami menyukai apa yang ia dakwahkan- bahwa Allah Swt akan memberikan kepada kami kebaikan dunia dan akhirat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga Allah menggantikan untuk kami kesempitan menjadi keluasan. Kehinaan menjadi kemuliaan. Permusuhan menjadi persaudaraan dan kasih-sayang.

Rasul memerintahkan kami untuk mengajak manusia mendapatkan kebaikan bagi diri mereka, dan kami diperintahkan untuk memulai dari orang-orang terdekat terlebih dahulu.

Kami sekarang mengajakmu untuk masuk ke dalam agama kami. Dialah agama yang memperbaiki apa yang telah baik dan menyeru untuk melakukan kebaikan. Ia juga merupakan agama yang menganggap buruk apa yang telah buruk dan melarang untuk melakukannya.

Agama ini akan membuat orang yang memeluknya berpindah dari kegelapan kekufuran menuju cahaya iman dan keadilan.
Jika kalian menerima ajakan kami untuk masuk ke dalam Islam, maka kami akan meninggalkan Kitabullah kepada kalian dan kami akan tegakkan kehidupan kalian berdasarkan kitab tersebut, supaya kalian dapat menetapkan hukum dengannya, dan kami pun akan kembali ke daerah kami dan membiarkan kalian tanpa perlu diganggu.