Kemudian ia berkata kepadaku: ‘Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang hendak bertanya tentang halal dan haram serta fiqih maka masuklah!’ Maka aku pun keluar dan aku katakan hal itu kepada mereka.
Lalu masuklah orang-orang hingga seluruh rumah dan kamar terisi penuh. Tidak ada pertanyaan yang mereka lontarkan, kecuali ia jawab. Bahkan ia menambahkan jawaban lebih dari apa yang mereka tanyakan. Kemudian ia berkata kepada mereka: ‘Lapangkanlah jalan untuk sahabat- sahabat kalian!’ Lalu mereka pun keluar semuanya. ”
Kemudian ia berkata kepadaku: ‘Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang hendak bertanya tentang faraidh dan sebagainya maka masuklah!’ Maka aku pun keluar dan aku katakan hal itu kepada mereka.
Lalu masuklah orang-orang hingga seluruh rumah dan kamar terisi penuh. Tidak ada pertanyaan yang mereka lontarkan, kecuali ia jawab. Bahkan ia menambahkan jawaban lebih dari apa yang mereka tanyakan. Kemudian ia berkata kepada mereka: ‘Lapangkanlah jalan untuk sahabat- sahabat kalian!’ Lalu mereka pun keluar semuanya.
Kemudian ia berkata kepadaku: ‘Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang hendak bertanya tentang bahasa Arab, syair dan ucapan bangsa Arab yang asing maka masuklah!’ Maka aku pun keluar dan aku katakan hal itu kepada mereka.
Lalu masuklah orang-orang hingga seluruh rumah dan kamar terisi penuh. Tidak ada pertanyaan yang mereka lontarkan, kecuali ia jawab. Bahkan ia menambahkan jawaban lebih dari apa yang mereka tanyakan.”
Periwayat kisah ini berkata: “Jika bangsa Quraisy bangga akan hal ini, sudah sepantasnyalah mereka bangga!”
Ibnu Abbas ra lalu membagi ilmu yang ia miliki pada beberapa hari sehingga hal tersebut tidak terjadi lagi kerumunan manusia di pintu rumahnya.
Maka ia kemudian membuka sebuah majlis pada hari tertentu di mana ia hanya mengajarkan tafsir. Satu hari hanya untuk mengajarkan fiqih. Satu hari hanya untuk mengajarkan kisah peperangan Rasul Saw. Satu hari hanya untuk mengajarkan syair. Satu hari hanya untuk mengajarkan sejarah bangsa Arab. Tidak ada seorang berilmu yang menghadiri majlisnya, kecuali tunduk dihadapnnya. Tidak ada orang yang bertanya kepadanya, kecuali mendapatkan jawaban dan ilmu darinya.
Ibnu Abbas dengan keutamaan ilmu dan pemahaman yang ia miliki telah menjadi penasehat khulafaur rasyidin meskipun ia masih berusia muda.
Jika Umar bin Khattab memiliki masalah yang sulit untuk dipecahkan maka ia akan mengundang para pembesar sahabat termasuk di antara mereka adalah Abdullah bin Abbas. Jika Ibnu Abbas sudah hadir, maka Umar akan memuliakannya dan merendahkan derajat diri Umar dan berkata: “Kami memiliki permasalahan sulit yang hanya dapat dipecahkan oleh orang-orang sepertimu!”
Umar suatu saat pernah dikecam karena lebih mendahulukan Ibnu Abbas dan menyamakan Ibnu Abbas dengan orang-orang tua, padahal ia adalah seorang pemuda. Umar pun berkata: “Dia adalah seorang pemuda kahul yang memiliki lisan senantiasa bertanya dan hati yang berakal.”
Meski Ibnu Abbas sering memberikan pengajaran kepada kalangan khusus, namun ia tidak pernah lupa hak kalangan umum pada dirinya. Ia masih saja membuat majlis untuk memberi nasihat dan peringatan bagi manusia awam.
Salah satu dari nasehatnya adalah ucapannya kepada para pelaku kejahatan dan dosa: “Wahai orang yang melakukan dosa, janganlah engkau merasa aman dari hasil perbuatan dosamu. Ketahuilah konsekuensi dari perbuatan dosa itu lebih besar daripada dosa itu sendiri. Ketahuilah ketidak-maluanmu dengan orang yang berada di kanan dan kirimu saat engkau melakukan dosa itu tidak akan mengurangi dosamu. Ketahuilah bahwa tawamu saat melakukan dosa dan engkau tidak tahu apa yang akan Allah perbuat terhadap dirimu itu lebih besar dari dosa yang kau lakukan. Ketahuilah kebahagiaanmu saat berdosa jika kau melakukannya itu lebih besar dari dosa itu sendiri. Ketahuilah kesedihanmu apabila kau tak sempat
melakukan dosa itu lebih besar dari dosa itu sendiri. Ketakutanmu terhadap angin yang dapat menyingkapkan rahasiamu saat engkau melakukan perbuatan dosa dan hatimu tidak takut dengan pandangan Allah kepada dirimu, itu lebih besar dari dosa.
Pahai pelaku dosa: ‘Apakah engkau tahu dosa apayang telah diperbuat oleh Ayyub as ketika Allah menguji dirinya dan hartanya? Dosanya adalah saat ada seorang yang miskin meminta tolong kepadanya untuk melawan kezaliman atas dirinya, Ayyub tidak berkenan membantunya
Ibnu Abbas bukanlah termasuk orang yang dapat berkata namun tidak mampu melakukannya. Ia juga tidak termasuk orang yang bisa melarang, namun malah mengerjakannya. Dia adalah orang yang senantiasa berpuasa pada waktu siang, dan melakukan qiyam pada saat malam.
Abdullah bin Mulaikah mengisahkan tentang Ibnu Abbas:
“Aku menemani Ibnu Abbas dari Mekkah ke Madinah. Jika kami singgah di suatu tempat, tengah malam ia melakukan qiyam dan manusia lain tertidur karena kelelahan. Suatu malam aku melihatnya sedang membaca:
“Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya.Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS. Qaaf [50] : 19)
Ia terus mengulangi ayat tersebut dan menangis dengan suara yang keras hingga fajar menjelang.
Sejak itu kami tahu bahwa Ibnu Abbas adalah manusia yang paling tampan, manusia yang paling cerah wajahnya. Ia selalu menangis karena takut kepada Allah sehingga air mata selalu membasahi kedua pipinya yang bagus.”
Ibnu Abbas telah mencapai batas kemuliaan ilmu.
Hal itu karena pada tahun tertentu khalifatul muslimin Mua’wiyah bin Abi Sufyan hendak melakukan haji. Dan Ibnu Abbas juga hendak melakukan haji juga, akan tetapi ia tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan. Mua’wiyah diiringi oelh segerombolan pembantu kenegaraannya. Namun Ibnu Abbas memiliki rombongan yang mengalahkan rombongan khalifah yang terdiri dari para penuntut ilmu.
Ibnu Abbas berusia 71 tahun yang ia hias dengan mengisi dunia dengan ilmu, pemahaman, hikmah dan taqwa.
Saat ia wafat, Muhammad bin Al Hanafiah memimpin shalat jenazah atasnya dengan diiringi oleh para sahabat Rasul Saw yang tersisa dan para pembesar tabi’in.
Saat mereka sedang menguburkan jasadnya, mereka mendengar ada orang yang membacakan ayat:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. al-Fajr [89] : 27-30)