Kita perhatikan bahwa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahwa mereka lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, karena keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan keimanan karena ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan kebodohan bahwa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berhujung dan akan menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya di emban oleh para ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan aliran- aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang- orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun suatu individu Muslim yang kukuh. Dan ketika bangunan tersebut telah selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahwa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak berhujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada orang lain sehingga orang tersebut mengetahui jalan menuju Allah SWT adalah perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya Allah SWT memberi petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Quran menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui di buaian. Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyiksanya atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari masjidnya agar mereka dapat melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk melakukan solat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya bahwa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab: "Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah pengangkatannya. Mereka sepakat bahwa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain? Majoriti mengatakan bahwa Allah SWT mengangkat Isa dengan fisiknya dan rohnya di sisi- Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoriti, mereka mengatakan bahwa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya di sisi-Nya sebagaimana roh para nabi diangkat, begitu juga roh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih pendapat yang pertama karena ia sangat sesuai, sebagai mukjizat yang luar biasa - dengan kelahiran Isa di mana kelahiran tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar biasa.
NABI ISA A.S. DENGAN ORANG MABUK CINTA
Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahwa pada suatu hari Nabi Isa A.S berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air dikebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat Nabi Isa A.S berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa A.S, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya." Berkata Nabi Isa A.S, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."
Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa A.S, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah." Oleh karena keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa A.S pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa A.S berdoa maka beliau pun berlalu dari situ. Selang beberapa lama Nabi Isa A.S datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa A.S tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa A.S pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.
Setelah Nabi Isa A.S mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai sahaja Nabi Isa A.S berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung- ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa A.S pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa A.S, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa A.S."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."
Pengajaran
Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin mendapat sanjungan dari manusia.
3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima dan lupa kepada yang lima :
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al- Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur."