Abu Jahl lalu mengangkat tombaknya dan menusukkannya di bagian bawah perut Sumayyah. Ujung tombak bahkan sampai menembus punggungnya. Maka Sumayyah menjadi syahid pertama dalam Islam, dan itu cukup memberikan penghormatan dan kemulyaan bagi dirinya.
Sedangkan Yasir, ia juga mati saat disiksa. Saat ia wafat, ia tengah bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah.
Penyiksaan terhadap diri Ammar semakin menggila setelah wafatnya kedua orang tua Ammar. Para algojo yang menganiaya dirinya telah melampaui semua batas dalam penyiksaan.
Pada suatu hari,Ammar mendatangi Rasulullah Saw dengan wajah yang sedih dan murung. Ia telah berusaha untuk memandang Nabi Saw dan membuat senang kedua matanya dalam menatap Beliau,akan tetapi ia tidak mampu untuk mengangkat pandangannya ke arah Beliau. Rasulullah Saw lalu bertanya kepada Ammar: “Apa yang terjadi pada dirimu, wahai Ammar?!”
Ammar menjawab: “Keburukan yang terus terjadi, ya Rasulullah!”
Rasul Saw bertanya: “Apa itu?!” Ammar menjawab: “Aku mendapatkan siksaan yang amat berat sehingga kalau siksaan ini ditimpakan kepada gunung, pasti ia akan runtuh. Lalu para musuh Allah belum merasa puas dengan membakar tubuhku lewat panasnya terik matahari, malah kini mereka membakar tubuhku dengan api.
Lalu mereka memaksaku untuk menangkapmu, dan memaksaku untuk mengucapkan kebaikan tentang berhala mereka dan aku pun melakukannya.”
Kemudian ia menangis dengan tersedu-sedu yang membuat hati menjadi pilu.
Lalu Nabi Saw bertanya kepadanya: “Bagaimana kau dapati hatimu, ya Ammar?” Ia menjawab: “Hatiku terasa nyaman, ya Rasulullah.
Rasul bersabda: “Kamu tidak akan mendapatkan dosa jika mereka melakukan penyiksaan terhadap dirimu lagi dan engkau boleh mengatakan apa yang pernah engkau ucapkan!”
Lalu Allah Swt memuliakan Ammar dan menurunkan tentang dirinya sebuah ayat yang berbunyi:“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orangyang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl [16] : 106)
Saat Rasulullah Saw mengizinkan para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah, maka Ammar termasuk orang yang berhijrah ke sana demi menyelamatkan agamanya.
Begitu ia tiba di Quba dimana para kaum muhajirin berhijrah, Ammar langsung mengajak mereka untuk mendirikan sebuah masjid agar mereka dapat melaksanakan shalat. Kaum muhajirin pun menyambut ajakan Ammar.
Maka masjid yang dibangun oleh Ammar bin Yasir menjadi masjid pertama yang dibangun pada masa Islam. Dan ini cukup menjadi kemuliaan dan kelebihan diri Ammar.
Begitu Nabi Saw berhijrah ke Madinah maka menjadi senanglah hati Ammar. Ia begitu bergembira, bak seorang kekasih yang menunggu kedatangan kekasihnya.Ia selalu dan senantiasa mendampingi Nabi Saw hingga seolah ia tidak pernah berpisah dengan Beliau baik pada siang maupun malam.
Nabi Saw pun membalas kecintaan Ammar kepada dirinya. Jika Ammar datang menghampiri Nabi Saw, maka Beliau akan bersabda: “Telah datang orang baik yang dianggap baik!”
Pada perang Badr Ammar berjuang di bawah komando Rasulullah Saw dengan sungguh-sungguh. Dia adalah satu-satunya di antara kaum muslimin yang berjuang dalam peperangan tersebut yang kedua orang tuanya sudah menjadi syahid terlebih dahulu.
Saat Rasul Saw telah kembali ke pangkuan Tuhannya, dan banyak bangsa Arab yang kembali murtad dan keluar dari Islam. Pada saat itu Ammar pada perang Yamamah memiliki sebuah kisah yang amat masyhur.
Hal itu terjadi saat para sahabat Rasul Saw sedang berjuang sungguh- sungguh dalam perang. Kematian telah merenggut banyak dari huffazh (penghapal Al Qur’an). Pasukan muslimin sudah mulai terdesak.
Pada saat itulah Ammar bin Yasir berdiri di atas sebuah batu yang tinggi. Saat itu sebuah daun telinganya hampir terputus, dan masih tergantung di kepalanya. Ia berseru:
“Wahai kaum muslimin, apakah kalian hendak berlari meninggalkan surga? Mari ikuti aku, ikuti aku… wahai kaum muslimin!”
Kemudian Ammar berlari ke hadapan barisan kaum muslimin padahal telinganya masih bergantungan di pipinya.
Maka bergeraklah pasukan muslimin dengan semangat yang diberikan Ammar sehingga Musailamah Al Kadzzab dapat dibunuh. Maka banyak manusia yang kembali ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong setelah mereka meninggalkan Islam secara berbondong-bondong pula.
Saat Umar Al Faruq menjabat sebagai Khalifah, ia mengangkat Ammar untuk menjadi wali di Kufah, dan ia ditemani oleh Abdullah bin Masud. Ummar menuliskan sebuah surat kepada para penduduk Kufah yang berbunyi: “Amma ba’du… Aku mengirimkan kepada kalian Ammar sebagai pemimpin kalian dan Abdullah bin Mas’ud sebagai pengajar dan menterinya. Keduanya adalah sebagian sahabat dekat Nabi kalian yang bernama Muhammad. Taatilah keduanya, dan berikan kepatuhan kalian kepada mereka berdua.”
Kemudian Umar menceritakan kepada Ammar maksudnya tadi, namun Ammar menolak jabatan itu. Begitu Umar berjumpa dengan Ammar maka Umar berkata: “Apakah tindakan yang aku lakukan telah melukaimu, ya Ammar?” Ammar menjawab: “Demi Allah, jabatan lebih melukaiku daripada aku terisolir darinya.”
Semoga Allah meridhai Ammar bin Yasir. Keimanan telah memenuhi seluruh tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Semoga Allah juga meridhai ayahnya yang bernama Yasir, dan ibunya yang bernama Sumayyah. Rumah mereka sungguh adalah rumah yang penuh dan sarat akan keimanan.