Saat pasukan muslimin hendak turun ke medan laga, Salim berkata kepada saudaranya Hudzaifah: “Lihatlah wahai Abu Hudzaifah, itu ayahmu Utbah bin Rabiah berada di barisan terdepan, ia bersiap untuk menghadapi Islam dan pasukan muslimin.” Abu Hudzaifah menjawab: “Benar, aku melihatnya. Dan itu ada dua orang musuh Allah yang bernama Syaibah bin Rabi’ah pamanku dan saudaraku yang bernama Al Walid bin Utbah, yang mengiringi ayahku.
Kalau saja Rasulullah Saw mengizinkan, maka aku akan menghadapi mereka satu demi satu dan aku akan membuat mereka mati terbunuh, atau aku akan berpulang ke sisi Tuhanku dalam kondisi ridha dan diridhai.
Begitu peperangan usai, Salim dan Abu Hudzaifah melihat orang yang tewas menjadi korban perang. Ternyata mereka menemukan Utbah ayah dari Abu Hudzaifah, Syaibah pamannya dan Al Walid saudaranya. Kesemuanya tewas tak bergerak. Abu Huzaifah lalu berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membuat hati Nabi-Nya tenang dengan kematian mereka semua.”
Kedua bersaudara dalam ikatan iman ini senantiasa turut-serta berjihad di bawah komando Rasulullah Saw dalam setiap peperangan pada masa Beliau. Mereka juga menunaikan hak Alah dan Rasul-Nya hingga pada saat perang Yamamah pada masa pemerintahan Abu Bakar As Shiddiq ra.
Pada hari itu, Abu Bakar berniat untuk berperang menumpas Musailamah Al Kadzzab, dan mengerahkan pasukan muslimin di segala penjuru untuk memberantas fitnah buta yang hampir mencelakakan Islam dan membahayakan penganutnya.
Maka Salim dan Abu Hudzaifah bersegera untuk mempertahankan agama Allah, dan berangkat untuk berperang melawan Musailamah sang musuh Allah.
Kedua pasukan bertemu di bumi Yamamah, dan peperangan berlangsung dengan sengit antara keduanya yang jarang sekali ditemukan peperangan sedahsyat itu dalam sejarah.
Pasukan muslimin merangsek masuk dengan komando Ikrimah bin Abu Jahl dan Khalid bin Walid dengan begitu berani yang sulit digambarkan tentang keberanian mereka.
Begitu juga halnya dengan kaum murtad dengan komando Musailamah yang tidak kalah beraninya.
Akan tetapi kemenangan berada dalam pihak Musailamah Al Kadzzab, bahkan beberapa orang prajuritnya berhasil menyusup ke tenda Khalid bin Walid dan hampir menyandera istri Khalid kalau saja tidak ada salah seorang di antara mereka yang mencegahnya.Pada saat itulah semangat pasukan muslimin mulai bangkit, dan ada di antara mereka beberapa prajurit yang gagah berani. Mereka rela menukar diri mereka yang dapat mati hari itu atau keesokannya dengan diri dan jiwa yang tidak akan mati untuk selamanya.
Pada saat itu, Khalid kembali mengatur barisan pasukan muslimin, dan ia menyerahkan panji komando pasukan Muhajirin kepada Salim budak Abu Hudzaifah sebagaimana ia menyerahkan panji komando pasukan Anshar kepada Tsabit bin Qais.
Zaid bin Khattab berdiri memberikan semangat kepada pasukan muslimin untuk bertempur seraya berseru: “Wahai manusia, gigitlah geraham kalian dengan keras! Tebaslah leher musuh kalian! Majulah terus….!
Wahai manusia, Demi Allah aku tidak akan mengatakan apapun juga setelah ini, sehingga Allah Swt mengalahkan Musailamah Al Kadzzab dan para pengikutnya atau aku sendiri yang akan terbunuh, sehingga aku dapat berjumpa Allah dengan membawa alasanku.”
Kemudian Zaid lansung masuk ke dalam barisan. Ia terus berjuang melawan musuh hingga akhirnya ia mati terbunuh.
Kemudian Abu Hudzaifah mengikuti jejak Zaid bin Khattab dan segera berseru: “Wahai para pengemban Al Qur’an, hiasilah Al Qur’an dengan aksi kalian!”
Kemudian ia maju ke medan laga untuk berjuang sehingga ia menjumpai ajalnya saat ia maju terus pantang mundur.
Sedangkan Salim budak Abu Hudzaifah menuju barisan Muhajirin dan berkata kepada dirinya sendiri: “Seburuk-buruknya pengemban Al Qur’an adalah aku bila kaum muslimin berdatangan dan berlindung ke arahku.” Kemudian ia langsung terjun ke medan laga untuk mempertahankan panji kaumnya sehingga tangan kanannya putus. Ia pun mengambil panji tersebut dengan tangan kirinya. Ia terus berjuang hingga tangan kirinya pun putus. Ia pun kini mengambil panji tersebut dengan kedua lengan atasnya. Ia terus mempertahankan panji tersebut sehingga ia tidak mampu lagi menanggung luka di badan, lalu ia terjatuh ke tanah dengan bersimbah darah.
Saat perang telah usai, Khalid bin Walid menemukan Salim budak Abu Hudzaifah masih dalam kondisi hidup. Salim lalu bertanya kepada Khalid: “Apa yang telah didapat oleh pasukan muslimin?” Khalid menjawab: “Allah telah memberikan kemenangan kepada mereka, Allah telah membunuh Musailamah Al Kadzzab buat kaum muslimin, dan Allah telah menghancurkan pasukan dan pendukung Musailamah.”
Salim bertanya lagi: “Lalu apa yang dilakukan oleh saudaraku Abu Hudzaifah?” Khalid menjawab: “Ia telah pergi ke pangkuan Tuhannya. Ia terbunuh sebagai seorang syahid.”
Salim berkata: “Letakkanlah tubuhkuk disamping tubuhnya!” Khalid menjawab: “Itulah tubuhnya yang sedang berbaring dengan sebuah bantal dekat kakimu.” Kemudian Salim memekamkan kedua matanya sambil berkata: “Kita bersama disini (di dunia) ya Abu Hudzaifah, dan Insya Allah kita akan bersama di sana (di akhirat).”
Kemudian Salim menghembuskan nafasnya yang terakhir.