Bayangkan ketika kita ingin bepergian dari suatu tempat ke tempat lain yang tidak terlalu jauh. Maka, kita pun tidak terlalu terburu-buru untuk sampai di tujuan karena sekalian ingin menghirup udara segar dan santai selama perjalanan. Becak pun menjadi sarana transportasi pilihan.
Mengapa berani memilih becak? Karena kita percaya bahwa tukang becak bisa mengendarai becak. Benar tidak? Kalau kita tidak percaya tukang becak bisa mengendarai becak, mana berani kita menaiki becak. Logikanya seperti itu.
Kalau kita akan bepergian jauh, kita kadang memilih kereta api atau bis. Kenapa kita berani naik kereta api atau naik bus? karena kita percaya dengan masinis kereta dan supir bis. Kalau tidak percaya dengan mereka, mana berani kita naik kereta atau naik bis.
Lalu, bagaimana tingkat kepercayaan kita kepada Allah SWT? Apakah kita sudah percaya kepada Allah? Masihkah kita ragu akan jaminan rizki kita? Jodoh kita? dan masih ragukah kita akan janji Allah? Sampai-sampai kita merasa ‘galau’ akan massa depan?
Jika dengan tukang becak, supir bus, dan masinis kereta saja kita percaya, mengapa dengan Allah tidak percaya?