Coba Anda bayangkan seorang musafir yang sedang berada di tengah padang pasir yang panas dan terik. Ia tak memiliki apa-apa kecuali seekor kuda yang di pundaknya ada minuman yang segar dan menyegarkan serta makanan yang lezat lagi mengenyangkan. Tiba- tiba si musafir tersebut kehilangan kuda tersebut di tengah padang pasir yang luas. Sang kuda lari entah kemana. Kemudian ia terlalu letih dan tergeletak tertidur di tengah hamparan pasir itu. Ketika terbangun ia melihat kuda beserta bawaannya telah kembali dan berada di sampingnya. Terbayang kan bagaimana bahagianya Sang musafir tersebut?
Sesungguhnya senang nya Allah kepada hamba-Nya yang bertaubat jauh melebihi senangnya Sang musafir itu. Padahal setiap manusia pasti pernah melakukan dosa, bahkan mungkin setiap hari. Namun, Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun yang senang kepada hamba- Nya yang bertaubat. Sehingga kita dianjurkan untuk beristighfar setiap hari sebanyak- banyaknya.
Bahkan, Rasulullah Muhammad SAW yang sudah maksum saja masih beristighfar lebih dari
70 kali dalam sehari. Apalagi kita? umat akhir zaman yang berlumuran dosa. Sudah selayaknya kita beristighfar melebihi istighfarnya Rasulullah SAW.
Namun, pernahkah kita menyadari bahwa istighfar kita tersebut terkadang adalah istighfar palsu. Terkadang istighfar kita hanyalah sebuah istighfar yang bersifat formalitas di lisan saja, tanpa menghayatinya di dalam hati, tanpa ketakutan akan dosa tersebut yang bisa membawa kita ke neraka, serta tanpa adanya tekad kuat untuk tidak berbuat dosa kembali.
Semoga di Ramadhan ini kita tidak lupa untuk mengistighfari istighfar-istighfar formalitas kita agar Allah berkenan mengampuni dosa-dosa kita, Aamiin.