Ketika sebagian kelompok dari sahabat kehilangan pengorbanan dan kehilangan sikap ikhlas dalam hati mereka, maka kesalahan tersebut harus dibayar oleh tentara yang paling berani dan mulia di antara mereka yaitu sang Rasulullah. Langit tidak ikut campur untuk menyelamatkan pasukan Islam itu. Kesalahan kaum Muslim itu harus dibayar oleh Rasulullah di mana wajah beliau pun terluka bahkan keluar darah yang cukup deras dari luka beliau sehingga setiap kali dituangkan air di atas luka itu, maka darah pun semakin deras mengucur. Darah itu tidak berhenti kecuali setelah dibakarkan potongan tembikar lalu dilekatkan di atasnya.
Luka beliau bukan hanya bersifat materi tetapi luka spiritual beliau dan rohani beliau pun semakin bertambah. Ini beliau rasakan ketika mendengar bahwa pamannya Hamzah gugur sebagai syahid dan tidak cukup dengan itu, bahkan isteri Abu Sofyan yaitu Hindun membelah perutnya dan mengeluarkan jantungnya serta mengunyahnya dengan mulutnya. Semua itu semakin menambah kesedihan sang Nabi.
Kaum Quraisy menguasi pasukan Muslim dan mereka memperlakukan dan menekan kaum Muslim secara aniaya. Seandainya bukan karena rahmat Allah SWT niscaya kaum Muslim akan mengalami kekalahan yang teruk. Kemudian turunlah dalam Al-Qur'an al-Karim ayat-ayat yang mendidik kaum Muslim agar mereka benar-benar ikhlas dan memahamkan mereka bahwa kekalahan mereka sebagai akibat dari adanya pasukan di antara mereka yang menginginkan dunia meskipun di antara mereka ada sebagian yang menginginkan akhirat. Jika terjadi demikian, maka tidak ada jalan untuk memperoleh kemenangan. Ini bukanlah hal yang diinginkan oleh pasukan Muslim, yang diharapkan adalah hendaklah semua pasukan tertuju untuk mencapai ridha Allah SWT dan hanya mengharapkan akhirat. Jika demikian halnya, maka Allah SWT akan memberi mereka dunia dan akhirat.
Allah SWT berfirman dan menceritakan peperangan Uhud dalam surah Ali 'Imran:
"Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai kurnia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran:: 152)
Allah SWT memaafkan hal itu. Orang-orang Muslim kini menghitung jumlah korban mereka dan mengubati orang-orang yang terluka. Rasulullah saw bertanya tentang pamannya Hamzah, dan ketika beliau mendapatinya di tengah-tengah sahabat yang gugur, dan orang-orang kafir telah merusak jasadnya, maka beliau berkata dalam keadaan menangis: "Tidak akan ada orang yang akan tertimpa sepertimu selama- lamanya."
Kemudian Rasulullah berdiri dan memuji Allah SWT lalu beliau memerintahkan untuk mengembalikan orang-orang yang terbunuh dari kaum Muslim ke tempat asal mereka di mana mereka terbunuh. Saat itu keluarga mereka telah membawanya ke kuburan kemudian Rasulullah mengumpulkan kedua orang laki-laki dari pahlawan-pahlawan Uhud dalam satu pakaian dan beliau bertanya siapa di antara keduanya yang paling banyak mengambil manfaat dari Al-Qur'an. Jika diisyaratkan kepada salah satunya, maka beliau akan mendahulukannya untuk dimasukkan dalam liang lahad.
Rasulullah juga memerintahkan agar mereka dikebumikan dengan darah mereka dan beliau pun tidak menshalati mereka, serta tidak memandikan mereka. Allah SWT ingin memperlihatkan bagaimana mereka dibangkitkan pada hari kiamat lalu beliau bersabda: "Tiada seorang pun yang terluka di jalan Allah SWT kecuali Allah SWT membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan di mana Iukanya akan mengucur darah. Warna itu adalah warna darah dan baunya seperti minyak misik."
Bukanlah penderitaan yang dalam yang merupakan pelajaran yang harus dimengerti kaum Muslim dari peperangan Uhud sebagai akibat dari pembangkangan mereka dari perintah Rasulullah dan ketidaktaatan mereka kepadanya, tetapi wahyu juga menurunkan berbagai pelajaran yang lain yang dapat dimanfaatkan. Pelajaran yang terpenting setelah pelajaran kesetiaan adalah penjelasan tentang sentral utama yang di situ kaum Muslim berkumpul. Peribadi Rasulullah saw bukanlah markas yang di situ kaum Muslim berkumpul yang ketika peribadi Rasulullah saw yang mulia pergi karena satu dan lain hal, maka orang-orang Muslim akan pergi dan meninggalkan beliau. Tidak seharusnya peribadi Rasulullah menjadi markas atau sentral tetapi yang menjadi sentral dari semuanya adalah pemikiran beliau. Itulah yang paling penting.
Demikianlah bahwa Al-Qur'an al-Karim mencela orang-orang yang meletakkan senjatanya ketika tersebar isu terbunuhnya Rasulullah. Islam tidak akan mencapai puncaknya ketika kaum Muslim berkumpul di sisi Rasulullah saat beliau masih hidup namun ketika beliau terbunuh atau mati, maka mereka murtad di mana mereka membuang senjatanya dan pergi mengurusi diri mereka sendiri. Orang-orang Islam adalah orang- orang yang mengikuti prinsip bukan mengikuti peribadi. Muhammad bin Abdillah memang seorang pemimpin manusia dan Imam para rasul dan penutup para nabi, dan sebagai makhluk Allah SWT yang paling mulia, namun ini semua tidak membenarkan bahwa seorang Muslim diperbolehkan untuk meletakkan senjatanya ketika Rasulullah wafat atau terbunuh. Hendaklah seorang Muslim memanggul senjatanya dan tidak membuang dari tangannya kecuali dalam dua keadaan: pertama ketika ia telah memperoleh kemenangan dan kedua ketika ia telah mati.
Nas Al-Qur'an menjelaskan secara gamblang hubungan kaum Muslim dengan akidah Islam, bukan dengan peribadi sang Rasulullah. Allah SWT berfirman:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maha ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali 'Imran: 144)
Demikianlah bahwa peperangan Uhud telah membawa dampak yang luar biasa terhadap kaum Muslim, utamanya terhadap Rasulullah. Orang-orang yang terbunuh di perang Uhud adalah sahabat-sahabat yang paling mulia dan paling banyak imannya. Mereka adalah pilihan dari orang-orang Muslim yang pertama; mereka memikul beban dakwah di saat-saat yang sulit bahkan mereka harus berhadapan dan memusuhi kerabat mereka dan teman-teman mereka; mereka menjadi terasing saat menyatakan keislaman mereka sebelum hijrah dan sesudahnya; mereka telah menginfakkan harta; mereka berjuang di jalan Allah SWT; mereka telah bersabar dalam menanggung berbagai macam penderitaan, dan ketika datang saat yang paling berbahaya dan pasukan Islam telah terkepung di mana jiwa Rasulullah telah terancam, mereka justru mencurahkan darah mereka bagaikan lautan yang menenggelamkan orang-orang kafir dan mereka mampu melindungi sang Rasulullah dan mengubah jalan peperangan serta menyelamatkan akidah tauhid.
Peperangan Uhud bukanlah pengorbanan pertama yang dilakukan oleh kaum Muslim dan bukanlah merupakan peperangan yang terakhir. Ia adalah satu peperangan di antara cukup banyak peperangan yang dilalui oleh Islam untuk menyebarkan kalimat Allah SWT di muka bumi dan membimbing hamba-hamba-Nya. Begitu juga pengorbanan Rasulullah, dan peperangan Uhud bukanlah pengorbanan yang pertama terhadap Islam dan bukan juga yang terakhir. Rasulullah telah hidup setelah diutusnya kepada manusia di mana beliau telah memberikan semuanya untuk kehidupan dan untuk dakwah; beliau tidak memiliki dirinya sendiri; beliau tidak memboroskan waktunya dengan sia-sia bahkan beliau beristirahat sedikit saja. Semua kehidupan beliau diberikan kepada dakwah dan untuk Islam. Beliau menjalani berbagai macam peperangan dan beliau memikul berbagai macam penderitaan dan belum lama beliau lari dari suatu masalah kecuali beliau berhadapan dengan masalah yang baru dan lain; belum lama beliau menyelesaikan suatu krisis kecuali beliau menghadapi krisis yang lain. Demikianlah kehidupan sang Rasulullah di mana beliau selalu memberikan kontribusi dan sumbangannya demi kepentingan agama Allah SWT.
Silakan Anda mengamati kehidupan sang Rasulullah dari sudut manapun yang Anda inginkan niscaya Anda tidak akan menemukan sudut dari sudut-sudut kehidupan beliau kecuali dimulai dan dipenuhi dengan pergelutan yang hebat.
Rasulullah telah melalui pergelutan militer dalam berbagai macam pertempuran yang silih berganti yang beliau lakukan. Beliau memulai pergelutan politiknya yang terwujud dalam perundingan-perundingan dan surat-surat yang beliau kirimkan kepada penguasa dan para raja di berbagai negara agar mereka memeluk Islam, bahkan beliau melakukan pergelutannya dalam masalah peribadi di rumah tangga. Rumah tangga beliau pun tidak kosong dari pergelutan. Beliau adalah pejuang sejati dalam setiap waktu. Kalau kita mengenal Nabi Ibrahim sebagai seorang musafir di jalan Allah SWT, maka Muhammad bin Abdillah adalah seorang pejuang di jalan Allah SWT. Belum lama peperangan Uhud berakhir sehingga pengaruh-pengaruh buruknya berbekas pada kaum Muslim. Orang-orang Arab Badwi mulai berani bersikap kurang ajar kepada mereka, demikian juga orang-orang Yahudi, apalagi orang-orang munafik dan tidak ketinggalan orang-orang Quraisy pun mulai menyudutkan kaum Muslim.
Kemudian datanglah utusan dari kabilah Arab kepada Rasulullah dan mereka mengatakan kepada beliau bahwa mereka mendengar tentang Islam dan mereka ingin memeluknya, maka hendaklah beliau mengutus kepada mereka beberapa dai dan mubaligh untuk mengajari mereka tentang dasar-dasar agama. Rasulullah mengutus bersama mereka sekelompok para dai yang dipimpin oleh 'Ashim bin Tsabit. Ternyata orang-orang itu berkhianat atas para sahabat-sahabat yang berdakwah itu dan mereka pun dibunuh. Bahkan tiga di antara mereka ditawan dan dijual di Mekah. Dijualnya mereka di Mekah berarti mereka diserahkan pada kelompok orang-orang Quraisy yang telah lama menunggu untuk menangkap kaum Muslim. Kaum Quraisy Mekah membunuh tiga tawanan kaum Muslim itu. Orang-orang Muslim sangat sedih mendengar dai-dai Allah SWT itu terbunuh dengan cara yang begitu tragis.