Habib Bin Zaid Al Anshary Bagian 2

  • Home
  • Habib Bin Zaid Al Anshary Bagian 2
Begitu Musailamah membaca apa yang tertuliskan dalam surat tersebut, maka terpancarlah rona kemarahan dan kedengkian dari dalam dadanya. Dari roman mukanya yang berwarna merah terlihat adanya kejahatan dan pengkhianatan. Musailamah lalu memerintahkan pembantunya untuk mengikat Habib bin Zaid dan membawanya pada esok hari di waktu Dhuha.

Keesokan harinya Musailamah membuka majlisnya. Disekelilingnya ada para pemuka kaum yang menjadi pengikut dirinya yang terbesar. Musailamah juga mengizinkan kalangan umum untuk hadir. Kemudian ia memerintahkan agar Habib bin Zaid di bawa masuk, dan masuklah ia dengan tangan dan kaki terikat.

Habib bin Zaid berdiri di tengah kerumunan yang ramai ini. Ia mendapati bahwa orang yang ada semuanya penuh dengan kedengkian dan kebencian. Mereka semua terlihat emosi dan selalu mendenguskan hidung mereka sebagai tanda kekesalan.

Kemudian Musailamah melihat ke arah Habib dan bertanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah?” Ia menjawab: “Ya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Maka Musailamah berdiam sejenak tanda marah lalu bertanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah?” Maka Habib menjawab dengan nada sinis: “Telingaku sedikit tuli sehingga tidak bisa mendengar apa yang kau katakan.”

Maka berubahlah rona wajah Musailamah dan ia mulai menggigit bibirnya tanda marah dan ia berkata kepada para algojonya: “Potonglah sebuah anggota dari tubuhnya!”

Lalu datanglah para algojo menghampiri Habib. Mereka memotong salah satu anggota tubuhnya sehingga bagian yang terpotong tersebut menggelinding di atas tanah…

Kemudian Musailamah mengulangi pertanyaan yang sama kepadanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah?” Ia menjawab: “Ya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah.” Musailamah bertanya: “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah?” Habib menjawab: “Aku telah katakan kepadamu, bahwa telingaku sedikit tuli sehingga tidak bisa mendengarkan apa yang kau katakan.”

Kemudian Musailamah memerintahkan para algojonya untuk memotong anggota tubuh Habib yang lain. Maka dipotonglah salah satu anggota tubuh yang lain dari diri Habib sehingga anggota tubuh tersebut jatuh menggelinding di tanah dan berkumpul dengan anggota tubuh yang terpotong lebih dahulu. Para manusia yang hadir pada saat itu menyaksikan dengan mata kepala mereka dengan keheranan atas keteguhan dan penolakan Habib kepada Musailamah.

Terus saja Musailamah bertanya, para algojo memotong bagian tubuhnya, namun Habib tetap menjawab: “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah.”

Sehingga hampir separuh tubuhnya telah terpotong dan berceceran di atas tanah… sementara separuhnya lagi adalah merupakan tumpukan yang berbicara. Akhirnya, ruhnya pun meninggalkan jasad, sementara kedua bibirnya yang suci terus menyebut nama Nabi Saw yang telah ia bai’at pada malam Aqabah… yaitu nama Muhammad sebagai Rasulullah.

Kisah tewasnya Habib terdengar oleh ibunya yang bernama Nasibah Al Maziniah. Ia mampu menerimanya dan dapat menguasai kesedihannya. Ia berharap anaknya akan mendapatkan balasan terbaik dari Allah.

Pada peristiwa Yamamah. Abu Bakar As Shiddiq menyiapkan sebuah pasukan untuk memerangi Musailamah Al Kadzzab. Dan Abu Bakar menjadikan panglima atas pasukan ini adalah Khalid bin Walid ra.

Maka bergabunglah dalam pasukan pejuang yang gagah berani ini Nasibah Al Maziniah dan putranya yang bernama Abdullah. Keduanya berniat untuk berjihad di jalan Allah sekaligus menuntut balas atas Habib dari orang yang telah membunuhnya.

Pada perang Yamamah yang sengit, terlihatlah Nasibah yang menerobos pasukan musuh dengan semangat bagaikan seekor singa betina yang menerkam, dan ia berkata: “Mana musuh Allah? Tunjukan kepadaku, mana musuh Allah?”

Saat ia menemukan Musailamah telah terjerembab di atas tanah dengan pedang kaum muslimin yang berlumuran darahnya, maka tenang dan puaslah jiwa Nasibah. Mengapa tidak?… Bukankah Allah Swt telah membalaskan hal yang setimpal kepada orang celaka yang telah membunuh putranya yang berbakti lagi bertaqwa?

Benar. Keduanya telah kembali kepada Tuhannya. Akan tetapi salah seorang kembali ke surga, dan yang satunya lagi kembali ke neraka.