Serta-merta ia mencari berhal tadi di dalam dan di luar rumah. Dia terlihat begitu marah dan emosi. Ia mengancam dan mengecam terus- menerus hingga ia menemukan Manat dengan kepala tersembul di lubang.
Maka Amr langsung mencucinya hingga bersih dan memberikan wangi- wangiang kepadanya. Lalu ia mengembalikan Manat ke tempatnya. Ia berkata kepada Manat: “Demi Allah, kalau saja aku tahu siapa yang melakukan ini terhadapmu, pasti akan aku siksa dia!”
Pada malam kedua, para pemuda tadi mendatangi Manat dan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan padanya kemarin. Begitu masuk pagi, Amr yang tua mencarinya lagi dan ia menemukan Manat sedang berada di lubang dengan berlumuran kotoran. Lalu ia mengambilnya, mencucinya dan memakaikan padanya wangi-wangian. Dan ia menempatkan Manat kembali kepada tempatnya.
Para pemuda tadi terus saja melakukan hal yang sama setiap hari. Saat Amr sudah merasa jengkel, ia datang menghadap Manat sebelum beranjak tidur dengan membawa pedangnya dan pedang tersebut ua gantungkan ke kepala Manat. Lalu ia berujar: “Ya Manat, Demi Allah aku tidak tahu siapa yang melakukan hal ini sebagaimana kau melihatnya. Jika kau mampu, tolaklah kejahatan dari dirimu ini. Bawalah pedang ini bersamamu!” Setelah merasa nyaman. Amr pun berangkat tidur.
Begitu para pemuda tadi merasa yakin bahwa ayah mereka yang tua, Amr sudah terlelap tidur, maka serta merta mereka langsung berhambur menuju berhala tadi. Mereka melepas pedang dari leher berhala dan mereka membawa keluar berhala tersebut. Mereka mengikatkan Manat dengan tambang kepada seekor anjing yang telah mati. Mereka lalu melemparkan keduanya ke dalam sumur Bani Salamah dimana mengalir dan berkumpul di dalamnya kotoran dan sampah.
Begitu Amr yang tua terjaga dan ia tidak mendapati berhalanya, ia pun pergi untuk mencarinya. Ia mendapati bahwa Manat sedang tertelungkup wajahnya dalam sumur dan terikat dengan seekor anjing yang telah mati. Pedang yang ada bersama Manat telah di ambil. Kali ini, Amr tidak mengeluarkan Manat dari lubang, ia membiarkan Manat di tempatnya. Lalu ia berujar:
Demi Allah, bila engkau adalah seorang tuhan
Tidak mungkin engkau terikat bersama anjing di tengah sumur
Tidak lama kemudian ia masuk ke dalam agama Allah
Amr bin Jamuh merasakan manisnya iman yang membuat ia menyesal atas setiap saat yang dilaluinya dalam kemusyrikan. Ia masuk ke dalam agama yang baru dengan jiwa dan raganya. Ia mendedikasikan jiwa, harta dan anaknya untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.Tidak lama berselang, maka meledaklah perang Uhud. Amr bin Jamuh menyaksikan para putranya sedang bersiap-siap untuk menghadapi para musuh Allah. Ia mendapati mereka setiap pagi dan petang bagaikan para singa di tengah hutan. Mereka begitu semangat untuk mendapatkan kesyahidan dan meraih ridha Allah. Kondisi ini membuat ia turut bersemangat. Ia bertekad untuk berangkat bersama mereka berjihad di bawah panji Rasulullah Saw. Akan tetapi anak-anaknya bersepakat untuk menghalangi ayah mereka untuk melaksanakan niatnya... Sebab ayahnya adalah seorang yang amat tua renta. Ditambah lagi, kakinya amat pincang.Padahal Allah Swt sudah memberikan dispensasi baginya. Maka anak-anaknya berkata kepada Amr: “Wahai ayah, Allah telah memaafkanmu. Mengapa engkau membebani dirimu sendiri padahal Allah sudah memaafkanmu?!”
Maka Amr yang tua renta pun menjadi amat berang. Ia langsung datang menghadap Rasulullah Saw untuk mengadukan mereka kepada Beliau. Ia berkata: “Wahai Nabi Allah, anak-anakku ingin melarangku untuk melakukan kebaikan ini. Mereka beralasan karena kakiku pincang. Demi Allah, aku berharap dapat menginjak surga dengan kaki ku yang pincang ini.”
Maka Rasul Saw bersabda kepada anak-anak Amr: “Biarkan ia; semoga Allah memberikan kesyahidan baginya.”
Maka anak-anak Amr membiarkan ayah mereka karena taat dengan perintah Rasulullah Saw.
Begitu waktu berangkat di umumkan, maka Amr bin Jamuh mengucapkan kata berpisah kepada istrinya seperti ucapan perpisahan seorang yang tak akan kembali lagi. Ia lalu menghadap kiblat dan mengangkat kedua telapak tangannya ke arah langit seraya berdoa: “Ya Allah berikanlah aku kesyahidan dan jangan kembalikan aku kepada keluarga lagi dengan rasa putus asa”
Lalu ia berangkat dengan dilindungi oleh ketiga anaknya dan pasukan yang banyak dari Bani Salamah. Saat peperangan berkecamuk dengan sengit, dan manusia sudah mulai terpisah dari barisan Rasulullah Saw, Amr bin Jamuh terlihat pada barisan pertama. Ia melompat dengan kakinya yang sehat sambil berseru: “Aku merindukan surga!!! Aku merindukan surga!!!” dan dibelakangnya terlihat anaknya yang bernama Khallad.
Kedua anak beranak tersebut membabatkan pedang mereka seraya melindungi Rasulullah Saw dari musuh hingga keduanya tersungkur sebagai syahid di medan laga. Jarak kematian sang anak dari ayahnya hanya sedikit berselang.
Begitu peperangan berhenti, Rasul Saw berdiri dihadapan para jenazah untuk menguruk tanah kubur mereka. Beliau bersabda kepada para sahabatnya: “Biarkan darah dan luka mereka, aku menjadi saksi bagi mereka semua!” Lalu Beliau bersabda: “Tidak ada seorang muslim yang terluka di jalan Allah, kecuali pada hari kiamat ia akan datang dengan darah mengalir yang warnanya seperti warna za’faran dan wangi seperti wangi misyk.” Beliau juga bersabda: “Kuburkanlah Amr bin Jamuh bersama Abdullah bin Amr; mereka berdua adalah orang yang saling mencinta dan satu barisan di dunia.”
Semoga Allah meridhai Amr bin Jamud dan para sahabatnya yang menjadi Syuhada Uhud. Dan semoga Allah memberikan cahaya dikubur mereka.