Ia lalu berkata: “Ya Rasulullah, Aku tertarik dengan kudamu karena aku berniat melakukan umrah. Apa yang mesti aku lakukan?” Rasul Saw bersabda: “Pergilah untuk melakukan umrah, akan tetapi harus sesuai dengan syariat Allah dan Rasul-Nya.” Rasul Saw lalu mengajarkan kepadanya manasik yang mesti dilakukan.
Tsumamah pergi untuk melakukan niatnya hingga ia sampai di Mekkah. Ia berdiri dengan meneriakkan talbiyah dengan suara kencang: “Labbaika-llahumma labaik. Labaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan nikmata laka wal mulk, la syarika lak. (Aku penuhi panggilan-Mu, Ya Allah. Aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya, pujian, nikmat dan kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu).” Tsumamah menjadi muslim pertama yang masuk ke Mekkah dengan meneriakkan talbiyah.
Suku Quraisy mendengar suara talbiyah yang diteriakkan oleh Tsumamah. Mereka menjadi berang dibuatnya. Mereka segera menghunuskan pedang dari sarungnya, dan berlari ke arah sumber suara untuk membunuh orang yang berani menyusup Mekkah dengan membaca kalimat tersebut.
Begitu kaum Quraisy datang menghampiri Tsumamah. Ia malah memperkeras suaranya meneriakkan talbiyah. Ia menatap ke arah suku Quraisy dengan gagahnya. Salah seorang pemuda suku Quraisy berniat untuk memanah Tsumamah. Lalu suku Quraisy yang lain mencegahnya seraya berkata: “Celaka kamu, apakah kamu tidak kenal dengan orang ini? Dia adalah Tsumamah bin Utsal raja Yamamah. Demi Allah, jika kalian membunuhnya, maka kaumnya tidak akan mengirimkan makanan lagi kepada kita dan kita bisa mati kelaparan.” Kemudian suku Quraisy mendatangi Tsumamah setelah mereka memasukkan kembali pedang ke dalam sarungnya. Suku Quraisy bertanya: “Ada apa denganmu, wahai Tsumamah? Apakah engkau telah hilang kesadaran dan meninggalkan agamamu dan agama bapak moyangmu?!!” Tsumamah menjawab: “Aku tidak hilang kesadaran akan tetapi aku kini mengikuti agama terbaik… aku telah mengikuti agama Muhammad.” Ia menambahkan: “Aku bersumpah demi Tuhan Pemilik rumah ini (pent: Ka’bah), Setelah aku kembali lagi ke Yamamah, kalian tidak akan pernah menerima kiriman gandum atau komoditas apapun dari sana sehingga kalian semua mengikuti agama Muhammad…”
Tsumamah bin Utsal menjalankan umrah sebagaimana yang diajarkan Rasul Saw dihadapan para suku Quraisy… Ia menyembelih hewan sembelihan di sana sebagai pendekatan diri kepada Allah bukan kepada para berhala. Ia pun kembali ke negerinya dan memerintahkan kepada penduduk Yamamah untuk menghentikan pengiriman produk kepada suku
Quraisy; Ia menjelaskan dengan tegas perintahnya ini dan kaumnya pun menuruti akan titahnya. Mereka tidak mengirimkan komoditas mereka kepada penduduk Mekkah.
Embargo yang diterapkan Tsumamah semakin terasa dampaknya oleh suku Quraisy. Harga semakin tinggi, manusia kelaparan dan mereka menjadi panik dibuatnya. Mereka menjadi khawatir akan keselamatan diri dan anak-anak mereka dari bahaya kelaparan.
Dalam keadaan sedemikian genting bangsa Quraisy mengirimkan surat kepada Rasulullah Saw yang isinya: “Salah satu perjanjian di antara kita adalah bahwa engkau akan tetap berusaha menjaga silaturahim… Kini, engkau sudah memutuskan hubungan silaturahim ini; karena engkau telah membunuh kaum bapak kami dengan pedang dan membunuh anak-anak kami dengan rasa lapar.
Tsumamah bin Utsal telah mengembargo produk mereka kepada kami sehingga membuat kami dalam bahaya. Jika kau tak berkeberatan untuk mengirimkan surat kepadanya agar ia tetap mengirimkan apa yang kami butuhkan, maka lakukanlah!”
Lalu Rasulullah Saw mengirimkan surat kepada Tsumamah agar ia mengirimkan kembali komoditinya kepada kaum Quraisy, dan Tsumamah langsung melakukannya.
Selagi ia hidup, Tsumamah bin Utsal senantiasa memelihara agamanya dan menjaga janjinya kepada Rasul Saw. Begitu Rasul Saw wafat, banyak dari kalangan bangsa Arab yang keluar dari agama Allah secara bersama- sama atau sendirian. Saat itu Musailamah Al Kadzzab melakukan dakwah di kalangan Bani Hanifah mengajak mereka untuk beriman kepadanya. Tsumamah yang tahu akan hal itu mendatangi Musailamah dan berkata kepada kaumnya: “Wahai Bani Hanifah, hati-hatilah kalian dengan urusan kegelapan yang tiada cahaya di dalamnya ini… Ketauilah, Demi Allah ini merupakan bencana bagi orang di antara kalian yang mau mengikutinya. Ia juga merupakan bencana bagi orang yang mentaatinya.” Ia juga menyerukan: “Wahai, Bani Hanifah. Tidak pernah ada dua Nabi dalam masa yang sama. Sungguh Muhammad adalah Rasulullah dan tidak ada Nabi sesudahnya, dan juga tidak ada Nabi yang diutus bersamaan dengannya.” Tsumamah lalu membacakan kepada mereka:
“Haa Miim. Diturunkan Kitab ini (al-Qur'an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Yang mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).” (QS. Ghafir [40]: 1-3)
Ia lalu berujar: “Bagaimana kalian dapat membandingkan kalam Allah dengan ucapan Musailamah: “Wahai kodok yang bersih, alangkah bersihnya dirimu. Tidak ada minuman yang dipantangkan bagimu, dan tidak ada air yang kau buat keruh.”
Lalu Tsumamah bergabung dengan mereka yang tersisa dari kaumnya yang masih memeluk Islam, dan menyerang kaum murtad sebagai jihad di jalan Allah dan menegakkan kalimat-Nya di muka bumi.
Semoga Allah membalas kebaikan Tsumamah yang telah didekasikannya kepada Islam dan kaum muslimin… Semoga Allah memulyakannya dengan surga yang telah dijanjikan bagi orang-orang yang bertaqwa.