Ja’far bin Abi Thalib Bagian 3

  • Home
  • Ja’far bin Abi Thalib Bagian 3
Ummu Salamah berkisah: “Maka menangislah An Najasy sehingga janggutnya basah oleh air mata. Dan para pemuka agama juga menangis sehingga kitab-kitab mereka pun basah dibuatnya. Mereka semua menangis begitu mendengarkan Kalamullah ini.

Pada saat itulah An Najasy berkata kepada kami: “Apa yang dibawa oleh Nabi kalian dan apa yang telah dibawa oleh Isa adalah berasal dari sumber cahaya yang sama!” Kemudian An Najasy menoleh ke arah Amr dan sahabatnya lalu berkata kepada mereka berdua: “Pergilah kalian berdua! Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua untuk selamanya!”

Ummu Salamah berkata: “Begitu kami keluar dari ruangan An Najasy, Amr bin Ash berkata kepada sahabatnya dengan mengancam kami: “DemiAllah, aku akan datang kepada Raja esok hari. Aku akan menceritakan kepadanya tentang mereka yang dapat menimbulkan kebencian raja kepada mereka. Aku akan membuat raja membabat mereka dari akarnya!”

Maka berkatalah Abdullah bin Abi Rabi’ah kepadanya: “Jangan kau lakukan itu, wahai Amr! Mereka semua berasal dari keluarga kita, meskipun mereka saat ini telah meninggalkan kita!”

Amr menjawab: “Tidak usah ikut campur! Demi Allah, aku akan menceritakan kepada raja apa yang dapat membuat mereka semua resah. Demi Allah, aku akan menceritakannya kepada raja bahwa mereka menganggap bahwa Isa bin Maryam adalah seorang hamba!!!”

Keesokan harinya, datanglah Amr menghadap Raja An Najasy dan berkata kepadanya: “Wahai raja, orang-orang yang engkau beri perlindungan itu mengatakan suatu perkataan keji tentang Isa bin Maryam. Kalau tidak percaya, panggilah mereka dan tanyakan sendiri apa yang mereka katakan terhadap Isa bin Maryam!”

Ummu Salamah berkata: “Begitu kami mengetahui hal ini, kami merasa amat khawatir dan kami belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya… Sebagian kami berkata: “Apa yang kalian katakan tentang Isa bin Maryam jika raja menanyakannya?” Kami pun menjawab: “Demi Allah, kami tidak akan menjawab kecuali seperti apa yang telah Allah firmankan. Kami tidak akan keluar dari perintah-Nya meski hanya seujung jari sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nabi kita. Meski apapun yang menjadi konsekuensinya!”

Kemudian kami sepakat bahwa yang akan menjadi juru bicaranya adalah Ja’far bin Abi Thalib.

Begitu An Najasy memanggil, maka kami pun datang menghadapnya, lalu kami melihat adanya beberapa orang pemuka agama dengan pakaian seperti yang telah kami lihat sebelumnya.

Kami juga melihat Amr bin Ash dan sahabatnya berada di dekat raja.

Begitu kami tiba di hadapannya, An Najasy bertanya: “Apa yang kalian katakan tentang Isa bin Maryam?” Ja’far bin Abi Thalib mengatakan: “Kami mengatakan tentang Isa bin Maryam sebagaimana yang disampaikan kepada Nabi kami!”

An Najasy bertanya: “Apa pendapat Nabi kalian tentang Isa bin Maryam?”

Ja’far pun menjawab: “Nabi berkata tentang Isa bahwa dia adalah hamba Allah sekaligus Rasul-Nya. Ia juga ruh dan kalimat Allah yang diberikan pada diri Maryam yang suci dan perawan.

Begitu An Najasy mendengar ucapan Ja’far ia langsung memukul tanah dengan tangannya dan berkata: “Demi Allah, Isa bin Maryam tidak keluar dari apa yang diceritakan oleh Nabi kalian meski seujung rambut!”

Maka para pemuka agama menghembuskan nafas keras dari hidung mereka pertanda tidak setuju begitu mereka mendengar ucapan An Najasy.

An Najasy berkata: “Meski kalian menghembuskan nafas dengan kesal! Kemudian An Najasy menoleh dan berkata: “Keluarlah, kalian semua aman! Siapa yang mencaci kalian akan terkena denda. Siapa yang menyerang kalian akan dihukum! Demi Allah aku tidak lebih menyukai apabila aku mendapatkan segunung emas daripada salah seorang dari kalian diganggu!

Kemudian An Najasy melihat ke arah Amr dan sahabatnya sambil berkata: “Kembalikan hadiah kedua orang ini, aku tidak membutuhkannya!”

Ummu Salamah berkata: “Maka keluarlah Amr dan sahabatnya dengan putus asa dan merasa kesal… sedangkan kami terus tinggal di wilayah An Najasy di wilayah yang paling baik dan perlindungan yang paling mulia.”

Ja’far bersama istrinya menghabiskan 10 tahun dalam perlindungan keamanan An Najasy.

Pada tahun 7 H, mereka berdua meninggalkan negeri Habasyah bersama rombongan kaum muslimin lainnya untuk berhijrah ke Yatsrib. Saat mereka tiba di sana, Rasulullah Saw baru saja kembali dari Khaibar, setelah Allah menaklukan daerah tersebut untuk Beliau.

Begitu berjumpa Ja’far, Rasulullah Saw amat bergembira dan bersabda: “Aku tidak mengerti, mengapa aku begitu gembira. Apakah karena Khaibar telah ditaklukan atau karena datangnya Ja’far?”

Kaum muslimin semuanya, apalagi mereka yang faqir tidak mau kalah gembiranya dari Rasulullah Saw dengan kedatangan Ja’far. Ja’far begitu peduli dan sayang terhadap kaum fakir. Sehingga ia dijuluki dengan Abul Masakin (Ayahnya orang-orang miskin).