“Ia Telah Meriwayatkan Bagi Kaum Muslimin dari Nabi Saw 1540 Hadits”
Berangkatlah sebuah rombongan menyusuri jalan dari Yatsrib ke Mekkah yang didorong oleh rasa rindu dan cinta.
Rombongan tersebut sudah membuat janji dengan Rasulullah Saw. Setiap orang yang menjadi anggota rombongan tersebut amat berharap bahwa mereka akan segera berjumpa dengan Nabi Saw… Meletakkan tangannya di tangan Beliau untuk berbai’at agar selalu patuh dan taat kepada Beliau, disamping itu pula mereka akan melakukan sumpah setia kepada Beliau untuk senantiasa mendukung dan membantu Beliau.
Dalam rombongan tersebut terdapat seorang tua yang termasuk pemuka kaum rombongan tersebut. Orang tua ini membonceng seorang bocah lelaki kecil bersamanya, dan ia meninggalkan kesembilan putrinya di Yatsrib, karena ia tidak punya anak laki-laki lagi selain bocah ini.
Orang tua ini amat berharap bahwa putranya dapat turut menyaksikan pembaiatan ini, dan agar bocahnya tidak melewatkan sebuah hari bersejarah dalam hidup ini.
Orang tua ini bernama Abdullah bin Amr Al Khajrajy Al Anshary.
Sedangkan anaknya bernama Jabir bin Abdullah Al Anshary.
Cahaya keimanan terpancar di hati Jabir bin Abdullah saat ia masih belia, dan cahaya tersebut terpendar ke seluruh anggota tubuhnya.
Islam telah menyentuh relung hati bocah ini bagai tetesan embun yang membuka kelopak bunga, lalu memenuhinya dengan wewangian.
Jabir sudah akrab berhubungan dengan Rasulullah Saw sejak ia masih berusia dini.
Saat Rasulullah Saw tiba di Madinah sebagai orang yang berhijrah, bocah kecil yang beriman ini langsung menimba ilmu lewat tangan dan binaan Rasulullah Saw sendiri. Jabir termasuk salah seorang murid yang paling cerdas yang lulus dari pembinaan dan bimbingan Muhammad Saw dalam bidang penghapalan Kitabullah, menguasai ilmu keagamaan, dan periwayatan hadits Rasulullah Saw.
Hal ini cukup dibuktikan dengan adanya Musnad Jabir bin Abdullah yang mencakup lebih dari 1540 hadits. Kesemuanya dihapal oleh murid yang cerdas ini dan diriwayatkan dari Nabi Saw untuk kemaslahatan kaum muslimin semuanya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memastikan dalam kitab shahih mereka berdua adanya lebih dari 200 hadits shahih yang pernah diriwayatkan Jabir.
Jabir pun menjadi sumber cahaya dan petunjuk bagi kaum muslimin untuk beberapa masa. Sebab Allah Swt telah memanjangkan umurnya sehinggga usianya hampir mencapai satu abad.
Jabir tidak turut serta bersama Rasulullah Saw dalam perang Badr dan Uhud, sebab dalam satu sisi saat itu ia masih berusia dini. Disisi lain, ia diperintahkan oleh ayahnya untuk menjaga kesembilan saudarinya, hal itu dikarenakan tidak ada orang lagi selain dirinya untuk melakukan hal itu.
Jabir berkisah: “Pada malam sebelum terjadinya perang Uhud, ayah memanggilku seraya berkata: “Aku menduga bahwa aku akan terbunuh bersama para sahabat Rasul Saw yang terbunuh. Demi Allah, aku tidak meninggalkan orang yang paling aku cintai selainmu setelah Rasulullah Saw.”
Aku mempunyai sejumlah hutang, maka bayarkanlah hutangku!
Sayangilah para saudarimu! Jagalah mereka dengan baik.”
Keesokan harinya, ayah menjadi korban pertama dalam perang Uhud. Setelah aku menguburkannya, maka aku mendatangi Rasulullah Saw dan berkata: “Ya Rasulullah, ayahku memiliki sejumlah hutang, sedangkan aku tidak memiliki apa-apa untuk melunaskannya kecuali hasil dari pohon kurma milik ayah. Kalau aku mengandalkan buah kurma tersebut untuk membayarkan hutang ayah, pasti tidak akan terlunaskan selama bertahun- tahun. Sedangkan aku tidak punya uang untuk memberikan nafkah kepada para saudariku.”
Rasulullah Saw langsung berdiri dan berangkat bersamaku ke tempat jatuhnya buah kurma kami. Beliau bersabda kepadaku: “Sebutkan berapa hutang ayahmu!” Maka aku pun menyebutkannya.
Maka para penagih hutang terus saja memunguti hasil buah kurma sehingga Allah Swt membayarkan semua hutang ayahku dari hasil pohon kurma tersebut pada tahun itu.
Kemudian aku melihat ke tempat jatuhnya kurma, dan aku lihat rupanya ia tidak berubah sedikitpun seolah ia tidak berkurang meski satu biji saja.
Sejak ayahnya meninggal, maka Jabir tidak pernah ketinggalan untuk turut-serta dalam peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Dalam setiap peperangan, ia memiliki kisah yang layak untuk dikisahkan dan dikenang.
Kita akan mempersilahkan Jabir untuk menceritakan salah satu kisahnya bersama Rasulullah Saw.
Jabir berkisah:
Pada perang Khandaq kami sedang menggali parit saatitu. Tiba-tiba kami menemukan sebuah batu yang amat keras dan kami tidak sanggup untuk memecahnya. Kami pun mendatangi Rasulullah Saw dan berkata: “Ya Nabi Allah, di parit yang sedang kami gali ditemukan adanya sebuah batu keras. Pacul kami tidak sanggup untuk memecahkannya.”
Rasulullah Saw menjawab: “Biarkan batu tersebut, aku sendiri yang akan datang ke sana dan menghancurkannya!”
Kemudian Beliau bangun dan perut Beliau diganjal dengan batu karena merasa amat lapar, hal itu karena kami sudah tiga hari tidak makan apa- apa. Nabi Saw langsung mengambil cangkul kemudian Beliau memukulkan cangkul tersebut kepada batu dan akhirnya batu tersebut dapat dipecahkan dengan mudah.
Pada saat itu aku merasa kasihan kepada Rasulullah Saw yang menderita lapar. Aku pun menghampiri Beliau dan berkata: “Bolehkah aku kembali ke rumah, ya Rasul?” Beliau menjawab: “Pergilah!”