Fairuz Al Dailamy Bagian 2

  • Home
  • Fairuz Al Dailamy Bagian 2

Aku berangkat ke istana Aswad Al Ansy dan aku bertemu dengan sepupuku yang bernama Adzad dan aku berkata kepadanya: “Wahai sepupuku, engkau telah mengetahui keburukan dan kejahatan yang telah dilakukan oleh orang ini. Ia telah membunuh suamimu, memperkosa wanita dari kaummu, mencelakakan banyak kaum pria dan merebut kekuasaan dari mereka.

Dan inilah surat Rasulullah Saw yang ditujukan kepada kita secara khusus dan kepada penduduk Yaman secara umum agar kita dapat menuntaskan fitnah yang merebak ini.

Apakah engkau akan menolong kami untuk melakukannya?!”

Adzad bertanya: “Apa yang harus aku lakukan untuk menolong kalian?!” Aku menjawab: “Engkau dapat menolong kami untuk mengeluarkannya!” Ia berkata: “Bahkan, aku dapat menolong kalian untuk membunuhnya.” Aku menjawab: “Demi Allah, aku tidak menginginkan hal yang lebih dari itu. Akan tetapi aku khawatir untuk memintamu melakukan pembunuhan terhadap dirinya.”

Ia langsung berseru: “Demi Dzat Yang telah mengutus Muhammad dengan membawa kebaikan sebagai seorang Rasul yang menyampaikan kabar gembira dan peringatan, aku tidak pernah ragu terhadap agamaku sesaatpun. Allah Swt tidak menciptakan seorang manusia yang lebih aku benci daripada ‘setan’ ini.

Tidak aku ketahui apapun tentang dirinya selain bahwa dia adalah orang yang durjana, pendosa, tidak memimpin dengan baik, dan tidak berhenti berbuat jahat!”

Aku bertanya: “Bagaimana kami dapat membunuhnya?!” Ia menjawab: “Dia adalah orang yang selalu membuat perlindungan bagi dirinya. Tidak ada tempat di istana ini yang tidak dikelilingi oleh para penjaga kecuali kamar yang tersembunyi ini. Muka kamar ini akan terlihat di tempat ini (Pent;ia menyebutkan sebuah lokasi). Jika sudah malam, datanglah ke kamar tersebut di tengah kegelapan. Di dalamnya kalian akan mendapati senjata dan lentera. Kalian akan menemuiku di sana untuk menanti kedatangan kalian. Kemudian kalian dapat menyusup ke dalam ruangannya dan kalian dapat membunuhnya.”

Aku berkata: “Akan tetapi untuk membuka kamar seperti yang terdapat dalam istana ini bukanlah perkara yang mudah. Bisa jadi ada orang yang mendapati kami kemudian berteriak memberitahu kepada para penjaga… dan itu akan membawa akibat yang buruk bagi diri kami.”

Ia berkata: “Engkau tidak keliru, dan aku punya sebuah pendapat untuk kalian.” Aku bertanya: “Apa itu?!” Ia berkata: “Suruhlah salah seorang yang engkau percaya untuk menemuiku dengan menyaru sebagai seorang tukang. Nantinya aku akan menyuruh dia untuk membuka kamar tersebut dari dalam sehingga jendela kamar tersebut dapat dibuka dengan mudah setelah itu. Kemudian pada malam harinya, kalian akan meneruskan pencongkelan jendela tersebut pada malam hari dengan amat mudah.”

Aku berkata: “Bagus sekali pendapatmu.”

Kemudian akupun kembali dan memberitahukan kepada kedua sahabatku apa yang baru saja telah kami sepakati, dan mereka berdua turut
menyepakatinya. Dan kami pun sejak saat itu mulai mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

Kemudian rencana tersebut kami ceritakan secara rahasia kepada orang mukmin pendukung kami, dan kami meminta mereka untuk siaga. Dan kami merencanakan bersama mereka untuk melakukan aksi pada waktu fajar keesokan harinya.

Begitu malam dan waktu yang telah ditentukan telah tiba aku pun berangkat bersama kedua sahabatku ke tempat penyusupan. Kami berhasil menemukan jendela tersebut dan kamipun berhasil masuk ke dalam kamar yang telah ditentukan. Kami juga menemukan senjata dan lentera yang dijanjikan. Kami pun terus menuju istana Aswad musuh Allah. Ternyata sepupuku sudah berdiri menunggu di depan gerbang istana. Ia memberikan isyarat kepadaku dan aku pun memasuki kamar yang ia tunjukkan. Begitu kami memasukinya, ternyata Aswad sedang tertidur dengan mendengkur.

Maka aku pun melayangkan pedang tepat di atas lehernya. Maka ia terhuyung bagaikan kerbau dan unta yang disembelih.

Begitu para penjaga mendengar jeritannya, maka mereka segera mendatangi kamar Aswad dan bertanya: “Ada apa gerangan?!” Sepupuku Adzad berkata: “Kembalilah kalian dengan tenang! Nabi Allah (Aswad yang mengaku Nabi) sedang menerima wahyu.” Maka para penjaga itu pun kembali ke tempat mereka.

Kami terus berada di istana Aswad sehingga terbitnya fajar. Kemudian aku berdiri di salah satu temboknya dengan berseru: “Allahu Akbar, Allahu Akbar!!” aku terus mengumandangkan adzan sehingga aku sampai pada bacaan: “Asyhadu an la ilaha illa-Llahu wa anna muhammadan Rasulullah. Wa asyhadu annal aswad al ansy kadzzab. (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa Aswad al Ansy adalah pendusta.”

Dan ini adalah kalimat rahasia.

Maka berdatanganlah kaum muslimin ke istana dari segala arah. Para penjaga menjadi ketakutan begitu mereka mendengarkan adzan. Dan bertemulah kedua belah pihak untuk saling mengalahkan.

Aku lalu melemparkan kepala Aswad ke arah mereka dari atas tembok istana.

Begitu para pendukung Aswad melihat kepalanya yang telah terpotong, maka mereka langsung melemah dan kehilangan semangat. Begitu pasukan muslimin melihat hal ini, mereka langsung bertakbir dan menyerang musuh mereka. Dan mereka berhasil mengalahkan musuh sebelum terbitnya matahari.

Begitu siang menjelang, kami mengirimkan sebuah surat kepada Rasulullah Saw yang memberitahukan Beliau akan berita terbunuhnya musuh Allah. Begitu utusan yang bertugas membawa kabar gembira tersebut tiba di Madinah, mereka mendapati bahwa Nabi Saw telah wafat tadi malam.

Akan tetapi tidak lama kemudian mereka mengetahui bahwa wahyu Allah telah memberitahukan Beliau akan terbunuhnya Aswad Al Ansy pada malam dimana Aswad terbunuh.

Maka Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya: “Aswad Al Ansy telah terbunuh semalam. Dia telah terbunuh oleh seorang yang diberkahi dari keluarga yang diberkahi.”

Ada yang bertanya kepada Beliau: “Siapakah orangnya, ya Rasulullah?!” Rasul menjawab: “Dialah Fairuz. Beruntung Fairuz!”