Umair Bin Wahab Bagian 2

  • Home
  • Umair Bin Wahab Bagian 2
Saat Rasulullah Saw mendapatinya dalam kondisi sedemikian, maka Beliau bersabda kepada Umar: “Lepaskan dia, ya Umar!” Lalu Umar pun melepaskannya, lalu berkata kepada Umair: Menjauhlah dari Rasul!” Lalu Umair pun menjauh dari Rasul. Lalu Rasul Saw mendekat ke arah Umair bin Wahab seraya bersabda: “Duduklah, ya Umair!” Lalu Umairpun duduk dan berkata: “Selamat pagi!” Lalu Rasulullah Saw menjawab: “Allah telah memulyakan kami dengan ucapan penghormatan yang lebih baik dari yang kau ucapan, wahai Umair! Allah telah memuliakan kami dengan salam dan itu adalah ucapan ahli surga.” Lalu Umair menjawab: “Demi Allah, apa yang kau ucapkan tidak jauh berbeda dengan ucapan kami. Dan jarakmu dengan kami hanya sedikit saja.” Lalu Rasul Saw bertanya kepadanya: “Apa yang membawamu ke sini, wahai Umair?” Umair menjawab: “Aku ke sini untuk memohon kebebasan bagi tawanan yang kalian tawan. Bersikaplah baik kepadaku dalam hal ini.” Rasul Saw bertanya lagi: “Lalu apa maksudnya pedang yang kau bawa di lehermu ini?” Umair menjawab: “Ini adalah pedang yang jelek… apakah ia bermanfaat buat kami saat terjadinya perang Badr?!!” Rasul Saw bertanya lagi: “Berkatalah yang jujur, apa yang kau inginkan hingga datang ke sini, wahai Umair?” Umair menjawab: “Aku hanya datang untuk maksud yang telah aku sebutkan.” Rasul Saw bersabda: “Bukan, namun kau pernah duduk bersama Shafwan bin Umayyah dekat Hijir Ismail, dan kalian berdua mengenang orang- orang Quraisy yang terkubur di Al Qalib lalu kau berkata: ‘kalau bukan karena hutang dan keluargaku aku akan datang kepada Muhammad lalu membunuhnya… lalu Shafwan bin Umayyah bersedia untuk membayar hutangmu dan menjaga keluargamu agar engkau dapat membunuhku… dan Allah adalah penghalang dirimu untuk melakukannya.”

Umair merasa terkejut sesaat, lalu ia mengatakan: aku bersakdi bahwa engkau adalah utusan Allah. Kemudian ia mengatakan: “Dahulu kami selalu mendustakan apa yang engkau bawa dari berita langit. Dan kami juga mendustakan wahyu yang turun kepadamu. Akan tetapi kisah pembicaraanku dengan Shafwan bin Umayyah tidak ada yang mengetahuinya selain aku dan dia.

Demi Allah, kini aku yakin bahwa yang telah memberitahukanmu adalah Allah. Segala puji bagi Allah yang telah mengantarkan aku kesini untuk menunjukkan aku kepada Islam.”

Lalu ia bersyahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dan akhirnya, ia pun masuk Islam.

Rasul Saw lalu bersabda: “Ajarkan saudara kalian ini tentang agamanya. Ajarkan kepadanya Al Qur’an dan bebaskan tawanannya.”

Kaum muslimin amat bergembira dengan keislaman Umair bin Wahab; bahkan Umar bin Khattab ra sempat berkata: “Tidak ada babi yang lebih aku cintai selain Umair bin Wahab saat ia datang menghadap Rasulullah Saw. Mulai hari ini ia adalh orang yang paling aku cintai daripada anak- anakku sendiri.”

Saat Umair sedang mensucikan dirinya dengan ajaran Islam, mengisi hatinya dengan cahaya Al Qur’an, dan mengisi hari-hari terindah dalam sisa umurnya yang membuat ia terlupa akan Mekkah dan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Pada saat yang sama Shafwan bin Umayyah sedang berangan-angan, dan ia melewati perkumpulan orang-orang Quraisy sambil berkata: “Bergembiralah dengan berita besar yang akan kalian dengan sebentar lagi. Sebuah berita yang akan membuat kalian melupakan peristiwa Badr!”

Setelah penantian cukup lama yang dijalani Shafwan bin Umayyah, maka sedikit demi sedikit ia merasa kekhawatiran merasuki dirinya. Sehingga hatinya menjadi lebih panas ketimbang batu bara. Dan ia mulai kasak-kusuk bertanya kepada para pengelana tentang kabar Umair bin Wahab, namun tidak satu pun jawaban mereka yang dapat memuaskannya. Namun datang seorang pengelana yang mengatakan bahwa Umair telah masuk Islam. Begitu mendengar berita itu, seraya tersambar petir Shafwan dibuatnya… karena ia menduga bahwa Umair bin Wahab tidak akan masuk Islam meski semua manusia di bumi ini masuk Islam.

Sedang Umair bin Wahab sendiri hampir saja menguasai agama yang baru dianutnya dan menghapal beberapa ayat Al Qur’an yang mudah baginya sehingga ia datang menghadap Nabi Saw seraya berkata: “Ya Rasulullah dahulu aku adalah seorang yang selalu berusaha untuk memadamkan cahaya Allah. Dahulunya aku adalah orang yang selalu menyiksa para pemeluk Islam. Aku berharap engkau mengizinkan aku untuk datang ke Mekkah untuk berdakwah kepada kaum Quraisy agar kembali ke jalan Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka menerima dakwahku, maka itu amat baik buat mereka. Jika mereka menolak dan berpaling dariku, maka aku akan menyiksa mereka sebagaimana aku dulunya menyiksa para sahabat Rasul Saw.”

Rasul Saw memberinya izin dan ia pun berangkat ke Mekkah. Sesampainya di sana ia datang ke rumah Shafwan bin Umayyah sambil berkata: “Ya Shafwan, engkau adalah salah seorang pemuka kota Mekkah, seorang intelektual dari suku Quraisy. Apakah menurutmu apa yang kalian lakukan dengan beribadah kepada batu dan melakukan penyembelihan untuknya dapat diterima oleh akal untuk dijadikan agama?!”

Sedangkan aku kini telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Lalu Umair mulai berdakwah di Mekkah sehingga banyak orang yang masuk Islam karena dakwahnya. Semoga Allah Swt melipatgandakan pahala Umair bin Wahab dan memberikan cahaya pada kuburnya.