Sandal

Alkisah terdapat seorang raja yang selalu tinggal di dalam istana dan tidak pernah bepergian jauh, kecuali di lingkungan istana saja. Suatu hari, Sang raja ingin berjalan-jalan ke hutan mengendarai kuda dan disertai oleh para pengawalnya. Sesampainya di hutan, Sang raja turun dari kuda dan mulai berjalan menyusuri hutan. Ternyata jalanan hutan sangat tidak nyaman, penuh dengan kerikil dan duri, hingga kaki Sang raja pun terluka dan ia kembali ke istana dalam keadaan kaki yang berdarah.

Keesokan harinya, Sang raja memerintahkan rakyatnya untuk memasang beton dan memperhalus jalanan di seluruh wilayah kekuasaannya. Perintah raja ini menghabiskan dana yang tidak sedikit dan diperkirakan bisa menghabiskan persediaan kas negara. Kemudian datanglah seorang penasihat negara yang sangat bijak. Beliau memberikan sebuah hadiah kepada raja berupa sandal yang bisa beliau gunakan kemana saja. Lalu Sang raja pun pergi kembali ke hutan, dan kali ini kakinya tidak terluka ketika menyusuri hutan karena dia sudah memakai sandal. Akhirnya, proyek penghalusan jalan di seluruh negara dibatalkan.

Itulah sifat manusia, terkadang hanya fokus kepada hal lain, tidak fokus kepada diri sendiri. Kita seringkali menyalahkan keadaan, padahal kita sendiri bisa mengantisipasi keadaan tersebut dengan tameng yang kuat.

Sama hal nya ketika kita ingin melihat dunia ini dengan warna hijau. Apa yang kita lakukan? Apakah kita akan membeli seluruh cat berwarna hijau dan mengecat dunia dengan warna hijau? Tentu tidak. Kita cukup membeli kacamata berwarna hijau agar kita bisa memandang dunia ini dengan warna hijau.

Begitu pula dengan hati. Ketika kita melihat seluruh manusia lain dengan pandangan hina dan merendahkan, maka hati kita lah yang sebaiknya kita perbaiki. Kita berikan kacamata khusnudzon kepada hati kita, sehingga yang terlihat oleh mata kita adalah pancaran kebaikan manusia lain.

Semoga Ramadhan ini bisa memberikan kacamata khusnudzon ke dalam hati kita, sehingga kita tidak terjebak dalam perasaan ujub dan sombong.