Fairuz Al Dailamy Bagian 1

  • Home
  • Fairuz Al Dailamy Bagian 1
“Fairuz adalah Seorang yang Diberkahi dari Keluarga yang Diberkahi” (Muhammad Rasulullah)


Begitu Rasulullah Saw mengeluhkan sakitnya setelah ia menunaikan Haji Wada dan berita tentang sakit yang Beliau derita telah menyebar ke seantero jazirah Arab, maka Al Aswad Al Ansy yang berada di Yaman mulai keluar dari Islam. Langkahnya juga diikuti oleh Musailamah Al Kadzzab yang ada di Yamamah, Thulaihah Al Asady yang berada di negeri Asad. Ketiga orang tadi mengaku bahwa mereka adalah para Nabi yang diutus masing-masing kepada kaumnya, sebagaimana Muhammad bin Abdullah diutus kepada kaum Quraisy.

Al Aswad Al Ansy adalah seorang dukun yang selalu mengenakan sarung tangan, berkulit hitam, senantiasa berbuat jahat, memiliki tenaga yang kuat dan badan yang besar.

Lebih dari itu, ia adalah orang yang amat pandai bersilat lidah. Seorang yang cerdas dan mampu membingungkan akal manusia dengan kebohongannya. Ia juga mampu memperdaya kalangan tertentu dengan harta, kedudukan dan jabatan.

Ia tidak pernah berjumpa langsung dengan manusia kecuali dengan menggunakan topeng demi menjaga penyamaran diri dan kewibawaannya.

Akan tetapi pada saat itu keturunan Al Abna memiliki pengaruh di Yaman. Yang menjadi pemuka keturunan Al Abna tadi adalah Fairuz Al Dailamy salah seorang sahabat Rasulullah Saw.

Al Abna adalah sebuah nama yang mereka sematkan kepada sebuah kelompok manusia dimana para ayah mereka adalah orang Persia yang mengungsikan diri ke Yaman, dan ibu mereka berasal dari bangsa Arab.

Pemimpin mereka bernama Badzan yang pada saat Islam muncul, dia adalah seorang raja Yaman dari pihak Kisra, pemimpin Persia. Begitu ia mengetahui kebenaran dan keagungan dakwah Rasulullah Saw, maka Badzan meninggalkan ketaatannya kepada Kisra dan masuk ke dalam

agama Allah bersama seluruh kaumnya. Maka Nabi Saw menyuruhnya untuk meneruskan kegiatannya sebagai raja Yaman. Dan ia terus menetap di Yaman sehingga ia wafat sesaat sebelum munculnya Al Aswad Al Ansy.

Yang menjadi pengikut Aswad Al Ansy pertama adalah kaumnya sendiri yaitu Bani Madzhij. Maka Aswad berangkat bersama kaumnya ke San’a lalu membunuh gubernur San’a yang bernama Syahra bin Badzan. Ia pun menikahi istri Syahra yang bernama Adzad.

Kemudian ia terus berangkat dari San’a ke beberapa wilayah lain. Semua wilayah dengan begitu cepatnya tunduk di bawah kekuasaan Aswad sehingga semua negeri yang terletak antara Hadramaut hingga Thaif tunduk kepadanya, dan juga negeri-negeri yang terdapat antara Bahrain dan Al Ahsan hingga Adan.

Yang membuat Aswad Al Ansy dapat menipu semua manusia tadi dan membuat mereka takluk kepadanya adalah kelicikan yang tiada batas. Ia mengaku dihadapan para pengikutnya bahwa ia mempunyai seorang malaikat yang terus membawakan wahyu kepadanya untuk memberitahukan hal-hal ghaib.

Demi mewujudkan kebenaran pengakuannya, ia mengirimkan beberapa orang mata-mata ke seluruh penjuru. Para mata-mata tadi ditugaskan untuk memberitahukan kepadanya informasi dan rahasia terkini tentang semua manusia. Para mata-mata tadi juga diminta untuk mencari tahu akan kesulitan hidup manusia serta angan dan cita-cita yang mereka pendam, lalu mereka diperintahkan untuk menyampaikan semua informasi tersebut kepadanya secara diam-diam.

Setiap ada orang yang hendak menyampaikan hajatnya, Aswad sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Bila ada orang yang hendak memberitahukan kesulitannya, Aswad sudah lebih dahulu menceritakannya. Ia mampu memberitahukan hal-hal aneh dan mengagumkan yang dapat membuat orang bingung keheranan. Itu semua berlangsung, sehingga ia semakin kuat dan dakwahnya terus merambat bagaikan api yang menyulut dedaunan kering.

Begitu Nabi Saw mendengar berita kemurtadan Aswad Al Ansy dan penaklukan yang ia lakukan atas negeri Yaman; maka Nabi Saw memberangkatkan sekitar 10 orang sahabatnya dengan membawa surat untuk disampaikan kepada orang-orang yang diharapkan mampu mengemban kebaikan dari para orang-orang Yaman yang telah lebih dahulu memeluk Islam. Rasulullah Saw menyeru mereka untuk

menghadapi fitnah buta terhadap keimanan ini. Dan Rasul Saw juga meminta mereka untuk segera menuntaskan Aswad Al Ansy dengan cara apapun juga.

Tidak ada orang yang menerima surat Rasulullah, kecuali mereka segera mengerjakan perintah Beliau. Salah seorang yang paling segera menyambut perintah Rasulullah Saw adalah tokoh kisah ini yang bernama Fairuz Al Dailamy dan beberapa orang pendukungnya dari keturunan Al Abna.

Kita akan mempersilahkan Fairuz untuk menyampaikan kisahnya yang amat menarik. Fairuz berkata:

Saya dan beberapa orang dari Al Abna tidak pernah merasa ragu sedikitpun akan agama Allah. Dan tidak pernah terbersit di hati salah seorang di antara kami untuk memberikan pembenaran terhadap musuh Allah. Kami selalu menanti saat yang tepat untuk mengalahkan musuh Allah ini dengan cara apapun.

Begitu kami dan beberapa orang yang terdahulu masuk Islam menerima surat dari Rasulullah Saw, maka kami saling mendukung dan masing-masing melakukan tugasnya.

Aswad Al Ansy sudah kerasukan rasa sombong dan takabur karena telah merasa sukses. Maka ia merasa angkuh dihadapan panglima pasukannya yang bernama Qais bin Abdi Yaguts. Perlakuan Aswad kepada Qais telah berubah sehingga Qais merasa tidak aman dari kejahatan Aswad.

Aku pun dan sepupuku yang bernama Dadzawaih mendatangi Qais. Kami menyampaikan surat Nabi Saw kepadanya, lalu kami mengajaknya untuk menumpas Aswad sebelum ia menumpas kita.

Maka Qais menerima ajakan kami dengan lapang dada. Ia menceritakan semua rahasia Aswad kepada kami. Ia menganggap bahwa kami adalah utusan langit yang turun kepadanya.

Maka kami bertiga berjanji untuk menghadapi si murtad pendusta ini dari dalam, sebagaimana para rekan-rekan kami yang lain akan menghadapinya dari luar.

Rencana kami semakin mantap saat dengan keikut sertaan sepupuku yang bernama Adzad yang diperistri oleh Aswad setelah suaminya Syahra bin Badzan terbunuh.