Abdurrahman Bin Auf Bagian 2

  • Home
  • Abdurrahman Bin Auf Bagian 2
Kebaikan Abdurrahman terhadap kaum muslimin dan Ummahatul Mukminin bahkan membuatnya menjual tanah miliknya seharga 1000 dinar. Ia bagikan semua uang itu kepada Bani Zuhra, orang-orang faqir dari golongan Muhajirin, dan para istri Nabi Saw. Saat ia mengirimkan bagian harta tersebut untuk Ummul Mukminin Aisyah ra. Aisyah bertanya: “Siapakah yang mengirimkan harta ini?” Ada yang mengatakan kepadanya: “Abdurrahman bin Auf.” Kemudian Aisyah berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda: “Tidak ada orang yang bersimpati kepada kalian setelah aku mati kecuali mereka orang-orang yang sabar.”

Do’a Nabi Saw dikabulkan sehingga Abdurrahman bin Auf mendapatkan keberkahan pada hartanya. Perdagangan Abdurrahman bin Auf terus berkembang dan bertambah. Kafilah miliknya terus-menerus pergi dan kembali ke Madinah dengan membawa gandum, tepung, minyak, pakaian, bejana, minyak wangi dan semua kebutuhan masyarakat Madinah.

Suatu hari datanglah kafilah Abdurrahman bin Auf ke Madinah yang terdiri dari 700 kendaraan. Ya, 700 kendaraan yang membawa makanan, barang-barang yang dibutuhkan oleh penduduk Madinah.

Begitu kafilah ini memasuki Madinah, maka bumi terasa bergoyang dan terdengar sorak-sorai manusia. Aisyah ra bertanya: “Ada apa ramai-ramai begini?” Ada orang yang menjawabnya: “Ini adalah kafilah Abdurrahman bin Auf… 700 unta yang membawa, gandum, tepung dan makanan.”

Aisyah ra berkata: “Semoga Allah memberkahi harta yang telah ia berikan di dunia demi ganjaran akhirat yang lebih besar.”

Sebelum unta-unta tersebut berhenti. Kabar tersebut telah sampai kepada Abdurrahman bin Auf. Begitu telinganya mendengar apa yang dikatakan Ummul Mukminin Aisyah, Abdurrahman segera menemui Aisyah dan berkata: “Saksikanlah olehmu wahai Ummul Mukminin, bahwa kafilah ini dengan seluruh isi dan petugasnya aku berikan di jalan Allah.”

Do’a Rasulullah Saw kepada Abdurrahman bin Auf agar Allah berkenan memberkahi dirinya selagi hidup terus saja berlangsung, sehingga ia menjadi sahabat Rasul Saw yang paling kaya dan yang paling banyak memiliki harta… akan tetapi Abdurrahman bin Auf menjadikan seluruh harta tadi demi mencari keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Ia senantiasa berinfaq dengan kedua tangannya baik yang kanan maupun kiri, dengan sembunyi ataupun terang-terangan… sebagaimana ia pernah bersedekah dengan 40 ribu dirham perak, kemudian ia bersedekah lagi dengan 40 ribu dinar emas. Kemudian ia bersedekah lagi dengan 100 auqiyah emas. Ia juga membawa para mujahidin dengan 500 kuda yang ia berikan. Kemudian ia membekali 1500 mujahidin lainnya dengan kendaraan.

Saat Abdurrahman bin Auf menjelang wafat, ia membebaskan banyak sekali budak-budaknya.

Ia berpesan untuk memberikan 400 dinar emas kepada Ahlu Badr yang masih hidup. Maka mereka pun mengambil pemberian Abdurrahman ini dan jumlah mereka saat itu mencapai 100 orang.

Ia juga berpesan untuk memberikan setiap Ummul Mukminin harta yang banyak; sehingga Ummul Mukminin Aisyah ra seringkali berdo’a untuk Abdurrahman yang berbunyi: “Semoga Allah Swt memberikannya minuman dari air salsabil.”

Kemudian ia meninggalkan untuk ahli warisnya harta yang barangkali tidak bisa terhitung lagi… karena ia mewariskan 1000 unta, 100 kuda dan 3000 domba. Istrinya berjumlah 4 orang sehingga mereka mendapatkan seperempat dari seperdelapan yang masing-masing mereka mendapatkan 80 ribu.

Ia meninggalkan emas dan perak yang bertumpuk-tumpuk dan dibagikan kepada seluruh ahli warisnya dengan cara memukulkannya dengan kapak sehingga tangan orang-orang yang memotongnya kelelahan. Semua itu terjadi karena do’a Rasulullah Saw agar Allah berkenan memberkahi harta Abdurrahman bin Auf.

Akan tetapi harta yang ia miliki tidak membuat dirinya tergoda bahkan tidak membuatnya berubah. Sehingga kebanyakan orang jika melihat Abdurrahman bin Auf sedang bersama para budaknya, mereka tidak dapat membedakan mana Abdurrahman dan mana para budaknya.

Suatu saat ia sedang mendapatkan makanan -padahal saat itu ia sedang berpuasa- ia lalu melihat orang yang membawakan makanan tadi sambil berkata: “Mus’ab bin Umair –yang lebih baik dariku- terbunuh, kami mendapatinya tidak memiliki apa-apa selain kain kafan yang menutupi


kepalanya namun kakinya terlihat. Jika kedua kakinya ditutup, maka kepalanya akan muncul. Lalu Allah Swt membentangkan dunia kepadaku sehingga seperti ini. Aku khawatir bila pahalaku sudah didahulukan (diberikan di dunia).” Kemudian ia menangis dengan tersedu-sedu sehingga makanan tersebut basi.

Beruntung sekali Abdurrahman bin Auf… Sebab Rasulullah Saw telah menjaminnya masuk ke dalam surga. Pembawa jenazahnya hingga ke peristirahatan terakhir adalah paman Rasul Saw yang bernama Sa’d bin Abi Waqash. Dzu Nuraini Ustman Bin Affan juga turut mensholatkan jenazahnya. Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib turut mengiringi jenazahnya sambil berkata: “Pergilah! Engkau telah menemukan kebenarannya dan engkau telah meninggalkan tipu dayanya. Semoga Allah merahmatimu!”