Allah SWT menceritakan kepada kita tentang tiga nabi tanpa menyebut nama-nama mereka. Hanya saja, Al-Qur'an menyebutkan bahwa kaum yang didatangi tiga nabi tersebut mendustakan mereka. Mereka mengingkari bahwa tiga nabi itu sebagai utusan Allah. Ketika para rasul itu menunjukan bukti kebenaran mereka, kaumnya berkata bahwa kedatangan mereka justru membawa kesialan. Mereka mengancam para nabi itu dengan rajam, pembunuhan, dan siksaan yang pedih. Para nabi itu menolak ancaman ini dan menuduh kaumnya membuat tindakan yang melampui batas. Mereka justru menganiaya diri mereka sendiri.
Al-Qur'an al-Karim dalam konteks ayat tersebut tidak menceritakan bagaimana urusan para nabi itu. Yang ditonjolkan oleh Al-Qur'an adalah urusan seorang mukmin yang mengikuti para nabi itu. Hanya dia satu- satunya yang beriman kepada nabi. Kelompok yang kecil ini berhadapan dengan kelompok yang besar yang menentang para nabi. Laki-laki itu datang dari negeri yang jauh. Dan dalam keadaan berlari, ia mengingatkan kaumnya. Hatinya telah terbuka untuk menerima kebenaran. Belum lama ia menyatakan keimanannya sehingga kemudian ia dibunuh
oleh orang-orang kafir.
Allah SWT berfirman:
"Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib an-Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata: 'Hai kaumku, ikutilah utusan- utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) ahan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku dan mereka tidah (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maha dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.'" (QS. Yasin: 20-25)
Konteks Al-Qur'an hanya menyebutkan atau membatasi tentang proses pembunuhan itu. Belum lama orang mukmin itu atau belum sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya sehingga Allah SWT mengeluarkan perintah-Nya dan mengatakan:
"Dikatakan (kepadanya): 'Masuklah ke syurga.' Ia berkata: 'Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.'" (QS. Yasin: 26-27)
Jadi, Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan nama-nama para nabi itu dan kisah-kisah mereka, tetapi yang ditonjolkan adalah kisah lelaki mukmin di mana dalam konteks ayat tersebut nama laki-laki mukmin pun tidak disebutkan. Tentu penyebutan namanya tidak penting, tetapi yang lebih penting adalah apa yang terjadi padanya. Beliau adalah seorang mukmin yang mengikuti para nabi AllahSWT.
Dikatakan kepadanya: masuklah ke dalam syurga. Tentu proses penyiksaan yang diterimanya dan pembunuhannya bukan membawa suatu nilai yang besar tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa ia beriman dan tetap berjuang membela para nabi. Meski-pun ia mendapatkan ancaman pembunuhan, ia tetap menunjukkan keimanannya dan keimanannya tetap membara. "Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku."'?