Alkisah, saat zaman Penjajahan Belanda, terdapat sebuah pesantren yang sangat menolak kedatangan para penjajah. Sang Kyai di Pesantren tersebut memiliki pengaruh besar. Apa yang beliau perintahkan selalu diikuti oleh santri dan masyarakat sekitar. Belanda pun kebingungan dan mencari cara bagaimana agar Sang Kyai ini menuruti keinginan Belanda karena jika Kyai ini bisa ditaklukkan, maka perlawanan Rakyat Indonesia kepada penjajah dapat dihentikan.
Akhirnya, Belanda memutuskan untuk berunding dengan Sang Kyai. Belanda membawa seekor anjing dengan tujuan agar konsentrasi Sang Kyai terpecah dan disitulah Belanda bisa mengontrol situasi.
Di luar dugaan para penjajah, Sang Kyai menggendong anjing tersebut dan meletakkannya di atas tempat yang sangat istimewa. Anjing tersebut begitu dihormati oleh Sang Kyai. Para santri pun bingung terhadap tingkah Sang Kyai.
Singkat cerita, perundingan pun selesai dan Belanda tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkan.
Santri pun bertanya kepada Sang Kyai mengapa Beliau melakukan hal tersebut dan Beliau menjawab.
“Ini kan hanya Najis Mugholadhoh yang bisa disucikan. Dan tujuan Belanda adalah ingin mengacaukan suasana dengan membawa anjing. Jadi kita harus memilih satu hal yang mudhorot-nya paling sedikit“
Hikmah yang bisa diambil dari pembelajaran itu adalah ketika kita berada dalam sebuah pilihan, maka kita harus memilih suatu pilihan yang memiliki Mudhorot paling sedikit. Tapi bukan berarti pilihat untuk berbuat maksiat.