Suhail Bin Amr Bagian 1

  • Home
  • Suhail Bin Amr Bagian 1
“Siapa di Antara Kalian yang Berjumpa dengan Suhail, Maka Janganlah Mengganggunya. Aku Bersumpah Bahwa Suhail Memiliki Akal & Kemulyaan. Dengan Memiliki Orang Seperti Suhail, Maka Islam Tidak Akan Bodoh” (Muhammad Rasulullah)


Suhail bin Amr adalah salah seorang tokoh Quraisy yang terpandang, dia juga adalah seorang orator ulung bangsa Arab yang ternama. Ia juga menjabat salah seorang Ahli Halli wa Al Aqdi yang berwenang memutuskan semua perkara.

Pada saat Nabi Saw menyampaikan dakwah Beliau dengan terang- terangan, saat itu Suhail sudah berusia dewasa dan memiliki pandangan yang luas. Dengan pemikirannya yang cerdas dan idenya yang orisinil seharusnya dapat mengantarkan dirinya untuk segera menyambut seruan Nabi Saw yang membawa petunjuk dan rahmat.

Akan tetapi Suhail tidak hanya berpaling dari Islam, akan tetapi ia berusaha untuk menghalangi manusia dari jalan Allah dengan cara apapun. Ia menimpakan siksaan kepada orang-orang yang masuk Islam pada tahap awal, agar keimanan mereka goyah, dan mengembalikan mereka kepada kemusyrikan.

Tidak lama berselang, Suhail bin Amr dikagetkan dengan sebuah berita yang seolah adalah kilat menyambar baginya.

Hal tersebut dikarenakan ia mendengar bahwa putranya yang bernama Abdullah dan putrinya yang bernama Ummu Kultsum telah menjadi pengikut Muhammad, dan pergi menyelamatkan agama mereka yang baru ke negeri Habasyah agar selamat dari siksaan suku Quraisy.

Dengan kehendak Allah, tersiarlah berita kebohongan dikalangan para muhajirin di negeri Habasyah yang menyatakan bahwa bangsa Quraisy telah masuk Islam. Kaum muslimin pun yang berada di Mekkah dapat tinggal bersama keluarga mereka di sana dengan damai. Sebagian orang dari muhajirin tadi kembali ke Mekkah. Salah seorang yang kembali pulang dari Habasyah adalah Abdullah bin Suhail.

Belum lagi kaki Abdullah menginjak tanah Mekkah, ayahnya telah menangkapdirinya. Ia diikat dengan tali dan dilemparkan ke sebuah tempat yang gelap di dalam rumahnya.

Suhail menyiksa anaknya dengan berbagai siksaan, sehingga ia sampai keluar batas dalam menyiksanya. Sehingga pemuda yang bernama Abdullah tdai menyatakan bahwa dirinya telah keluar dari agama Muhammad. Abdullah juga menyatakan bahwa dirinya akan kembali menganut agama ayah dan kakek moyangnya.

Maka gembiralah hati Suhail bin Amr dan ia merasa puas. Ia merasa bahwa ia telah menang atas Muhammad.

Tidak lama kemudian bangsa Quraisy berniat untuk menghadapi Muhammad Saw di Badr. Suhail pun berangkat disertai anaknya yang bernama Abdullah. Ia amat berharap dapat melihat anaknya menghunuskan pedang di hadapan wajah Muihammad, setelah tidak berselang lama ia pernah menjadi salah seorang dari pengikutnya.

Akan tetapi taqdir berbicara lain sehingga memupus angan Suhail yang tidak sedikit pun pernah ia duga. Karena, begitu kedua pasukan telah bertemu di medan laga Badr, putranya yang muslim dan beriman melarikan diri ke arah barisan muslimin, dan menempatkan dirinya di bawah komando Muhammad Rasulullah Saw. Abdullah menghunuskan pedangnya untuk berperang melawan ayahnya dan para musuh Allah lainnya.

Begitu perang Badr usai dengan kemenangan telak yang Allah berikan kepada Nabi-Nya. Maka berdirilah Rasulullah bersama para sahabatnya yang terkemuka untuk melihat para tawanan musyrikin, dan ternyata mereka mendapati Suhail bin Amr menjadi salah satu tawanan mereka.

Begitu Suhail bin Amr dihadapkan kepada Nabi Saw, ia berniat untuk menebus dirinya. Lalu Umar bin Khattab menatapnya dan berkata: “Biarkan aku ya Rasulullah untuk mencabut dua gigi depannya, sehingga setelah hari ini ia tidak dapat menjadi orator lagi di perkumpulan manusia di Mekkah, karena ia telah berani menyerang Islam dan Nabinya.”

Rasulullah Saw menjawab: “Biarkan kedua giginya, ya Umar! Barangkali saja engkau akan mendapati bahwa kedua gigi depannya akan memberi kebahagiaan kepadamu, Insya Allah!”

Hari terus berganti, dan terjadilah perjanjian damai Hudaibiyah. Bangsa Quraisy mengutus Suhail bin Amr sebagai juru runding mereka dalam melaksanakan perjanjian damai ini. Rasulullah Saw menjumpainya bersama beberapa sahabatnya, dan dari salah seorang sahabat yang Beliau bawa terdapat Abdullah bin Suhail.

Nabi Saw lalu memanggil Ali bin Abi Thalib untuk menuliskan perjanjian, kemudian Nabi Saw mulai mendiktekan isi perjanjian itu kepada Ali. Nabi bersabda: “Tuliskan: Bismillahirrahmanirrahim!”

Suhail langsung berkata: “Kami tidak mengenal kalimat ini, akan tetapi tulislah Bismika Allahumma (Dengan Nama-Mu ya Allah)!

Maka Nabi Saw bersabda kepada Ali: “Tuliskan: Bismika Allahumma!” Kemudian Rasul bersabda kepada Ali: “Tuliskan: Ini adalah perjanjian damai yang dituliskan oleh Muhammad Rasulullah!” Suhail langsung menanggapi: “Kalau kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah maka kami tidak akan memerangimu, akan tetapi tuliskanlah namamu dan nama ayahmu!”

Maka Nabi Saw membalas: “Demi Allah, aku adalah Rasulullah meskipun kalian mendustai aku… Tuliskanlah: Muhammad bin Abdullah!”

Lalu selesailah akad perjanjian tersebut, dan Suhail bin Amr kembali dengan langkah yang tegap karena ia menduga bahwa ia telah menyebabkan kemenangan kaumnya atas Muhammad.

Hari terus berganti, dan bangsa Quraisy mengalami kekalahan yang telak tanpa peperangan. Sebab Rasulullah Saw datang ke Mekkah untuk menaklukkannya.

Terdengar ada seorang yang berseru: “Wahai penduduk Mekkah, siapa yang masuk ke dalam rumahnya maka ia akan aman. Siapa yang masuk ke dalam Masjidil Haram maka ia akan aman. Siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka ia akan aman.”

Begitu Suhail bin Amr mendengar seruan tersebut, maka ia langsung merasa takut dan menutup sendiri pintu rumahnya. Ia kebingungan dan tidak punya kemampuan apa-apa.