Majza’ah bin Tsaur al Sadusy Bagian 1

  • Home
  • Majza’ah bin Tsaur al Sadusy Bagian 1
“Majza’ah bin Tsaur adalah Seorang Patriot Pemberani yang Mampu Membunuh Seratus Orang Musyrikin. Apa Pendapatmu Tentang Orang yang Berani Membunuh Kaum Musyrikin di Medan Laga!!”


Merekalah para patriot dan pahlawan jundullah yang telah mengibaskan debu Al Qadisiyah di wajah karena bergembira atas kemenangan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka merasa iri kepada para sahabat yang telah mendapatkan pahala syahadah.

Mereka berharap menjumpai peperangan yang begitu besar dan hebat seperti Al Qadisiyah. Mereka juga menanti-nanti perintah dari Khalifah Umar bin Khattab untuk meneruskan jihad demi merobohkan kekuasaan Kisra dari akarnya.

Keinginan para pejuang ini tidak membutuhkan banyak waktu untuk terwujudkan.

Tersebutlah seorang utusan khalifah Umar yang berangkat dari Madinah ke Kufah dengan membawa perintah dari khalifah untuk wali (gubernur) Kufah yang bernama Abu Musa Al Asy’ari. Surat tersebut memerintahkan untuk menggerakkan pasukan Islam yang ada di sana dan bergabung dengan pasukan muslimin yang berasal dari Bashrah, kemudian berangkat bersama menuju Ahwaz untuk mengejar Hurmuzan dan membunuhnya. Lalu membebaskan kota Tustar sebagai jantung negeri raja Kisra.

Dalam surat khalifah Umar yang diperuntukkan kepada Abu Musa Al Asy’ari dinyatakan bahwa Abu Musa harus ditemani oleh seorang penunggang kuda yang gagah berani bernama Majza’ah bin Tsaur Al Sadusy seorang pemuka dan pemimpin Bani Bakr.

Abu Musa Al Asy’ari melaksanakan perintah khalifatul muslimin. Lalu ia mempersiapkan pasukannya. Sebagai panglima pasukan infantri adalah Mazja’ah bin Tsaur Al Sadusy. Kemudian pasukan Abu Musa bergabung dengan pasukan muslimin yang datang dari Basrah, lalu bersama-sama menuju ke medan peperangan sebagai pejuang di jalan Allah.

Pasukan kaum muslimin terus menerus berhasil membebaskan berbagai kota, melepaskan belenggu pada para penduduknya dan Hurmuzan selalu berlari dari kaum muslimin sehingga ia berlindung di kota Tustar.

Tustar yang dijadikan tempat berlindung Hurmuzan adalah sebuah kota yang paling indah dan kuat pertahanannya.

Tustar juga merupakan kota bersejarah yang terletak di sebuah dataran tinggi dan dibangun dengan seni ala Persia. Tempat ini dialiri oleh sebuah sungai besar yang disebut dengan Dujail.

Di bagian atas kota tersebut ada sebuah pancuran yang dibangun oleh raja Sabur untuk mengangkat air sungai yang melintasi beberapa saluran yang ia gali di bawah bumi.

Pancuran Tustar dan salurannya adalah hal yang paling menarik dari bangunan tersebut, karena ia diikat dengan batu besar, ditopang dengan tiang-tiang baja dan pancuran serta salurannya dilapisi dengan kapur.

Di sekeliling Tustar dibangun tembok besar dan tinggi yang mengelilingi Tustar dengan begitu rapatnya. Para ahli sejarah mengatakan tentang kehebatan tembok ini: “Tembok ini adalah tembok pertama dan terbesar yang pernah dibangun di muka bumi.”

Lalu Hurmuzan menggali sebuah parit besar di sekeliling tembok untuk menghalangi pasukan musuh yang ingin masuk, dan iapun menyiapkan barisan pasukan berkuda yang terbaik sebagai pendukungnya.

Pasukan muslimin berkemah di sekeliling parit Tustar selama 18 bulan karena tidak bisa melewatinya. Dan mereka sudah melakukan perang selama masa tersebut sebanyak 8 kali melawan pasukan Persia.

Setiap peperangan tersebut di mulai dengan duel antara pasukan berkuda, yang kemudian diteruskan dengan peperangan yang hebat antara kedua pasukan.

Majza’ah bin Tsaur telah membuat sebuah aksi fantastis dan mengejutkan baik kawan maupun lawan pada saat yang sama

Ia telah mampu membunuh 100 orang pejuang berkuda pasukan musuh. Karenanya, nama Majza’ah membuat pasukan Persia menjadi gentar dan sebaliknya hal itu membuat pasukan muslimin semakin teguh dan tak gentar.

Sejak saat itulah orang-orang yang belum mengerti sebelumnya menjadi mengerti mengapa Amirul Mukminin begitu berkeras agar Majza’ah yang gagah berani ini ditempatkan pada posisi terdepan pasukan muslimin.

Pada akhir dari peperangan yang berjumlah delapan itu, pasukan muslimin telah berhasil mengalahkan pasukan Persia, sehingga Persia membuka pagar yang dibangun di atas parit dan akhirnya mereka berlindung di dalam kota. Sesampainya di kota, mereka menutup semua gerbang kota dengan begitu rapat.

Pasukan muslimin yang telah menjalani masa penantian yang begitu lama kini mengalami situasi yang lebih parah lagi. Hal itu disebabkan, karena pasukan Persia menghujani pasukan muslimin dengan anak panah yang mereka lesatkan dari ketinggian menara-menara.

Mereka juga melemparkan rantai-rantai besi dari atas tembok. Di ujung setiap rantai terdapat penjepit yang begitu panas.

Jika ada salah seorang dari pasukan muslimin hendak menaiki tembok tadi atau mendekatinya, maka pasukan Persia akan melemparkan rantai dan penjepit besi tadi dan menariknya ke arah mereka. Karenanya, badan yang terkena rantai besi yang amat panas tadi akan terbakar di buatnya, dan dagingnya akan terkelupas sehingga dapat menyebabkan kematian.

Kali ini kondisi pasukan muslimin amat sulit terasa. Mereka semua berdo’a dengan hati yang khusyuk kepada Allah karena khawatir mereka akan dikalahkan. Mereka juga meminta kepada-Nya agar diberikan kemenangan melawan musuh Allah dan musuh mereka.

Ketika Abu Musa Al Asy’ari sedang merenungi kehebatan tembok Tustar yang besar dan hal itu membuatnya putus asa untuk dapat menembusnya. Lalu tiba-tiba ada sebuah anak panah yang jatuh dihadapannya yang berasal dari atas tembok. Ia lalu melihatnya dan ternyata anak panah tersebut membawa sebuah surat yang berbunyi: “Aku percaya kepada kalian, wahai kaum muslimin. Aku meminta jaminan kepada kalian atas

diriku, hartaku, keluargaku dan para pengikutku. Sebagai kompensasinya aku akan menunjukkan kepada kalian sebuah jalan rahasia menuju kota Tustar.”