Anda tahu Abdul Muthollib? Beliau adalah seorang pria gagah yang dinobatkan menjadi Raja Mekkah karena dialah yang menemukan Sumur Zam-Zam. Dia seorang yang cerdas, kuat, dan mudah untuk bersedekah.
Abdul Muthollib dikaruniai 10 orang anak laki-laki dan 6 orang anak Perempuan. Dari sepuluh orang anak laki-laki Abdul Muthollib, hanya empat orang yang masih hidup saat Muhammad SAW mendapat Risalah kenabian. Dua diantara mereka tetap kafir, dan dua lainnya memeluk agama Islam. Mereka adalah Abdul Manaf, Abdul Uzza, Hamzah, dan Abbas. (Saya tidak membahas 6 anak perempuan Abdul Muthollib).
Abdul Manaf lebih terkenal dengan sebutan Abu Tholib, sedangkan Abdul Uzza lebih sering disebut dengan panggilan Abu Lahab. Sebelum Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, Abu Lahab sangat mencintai keponakannya. Bahkan dia menikahkan kedua Putranya (Utbah dan Utaybah) dengan kedua Putri Rasulullah (Ruqayyah dan Ummu Kultsum), yang pada akhirnya mereka bercerai. Nasab Abu Lahab dan Rasulullah Luar biasa Istimewa. Selain sebagai paman Nabi, dia juga merupakan ayah mertua Rasulullah.
Hubungan baik ini berakhir ketika Nabi Muhammad mulai diangkat menjadi Rasul. Abu Lahab berubah menjadi orang yang sangat membenci Nabi dan mendustakannya. Bahkan dia menghardik Beliau dengan hardikan “Tabbala Muhammad”. Hardikan ini terus menerus didengungkannya hingga turunlah Surat Abu Lahab.
Surat ini merupakan surat yang diturunkan di awal masa Kenabian. Sungguh telah tertutup pintu hidayah untuk Abu Lahab karena Allah telah mengabadikannya dalam Al Qur’an.
Seorang yang merupakan paman dan besan Rasulullah menjadi orang pertama yang namanya diabadikan di dalam Al Qur’an. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam memandang seseorang dari Taqwanya, bukan dari Nasabnya.
Abu Lahab juga orang yang Sangat Bodoh. Karena sejak turunnya ayat itu, dia tetap membenci keponakannya. Dia selalu mengumpat keponakannya dalam berdakwah. Jika dia adalah seorang yang Sedikit Lebih Cerdas, dia akan berpura-pura menjadi orang Islam selama dua atau tiga tahun, lalu dia dapat bekerja sama dengan para pembesar kafir Quraisy untuk menghardik dan mengumpat Muhammad karena cacatnya Al Qur’an (Ketidak
konsistenan Jaminan Neraka Abu lahab). Karena ketika dia terus mencaci Muhammad dan Al Qur’an, sebenarnya dia menjadikan posisi Al Qur’an lebih kuat karena Al Qur’an konsisten.
Pesan untuk kita semua:
1.Janganlah berbangga dengan nasab yang mulia, karena kemuliaan yang sesungguhnya terletak pada ketaqwaan seseorang.
2.Cerdaslah dalam Berstrategi