Suraqah Bin Malik Bagian 1

  • Home
  • Suraqah Bin Malik Bagian 1
“Bagaimana Pendapatmu, Ya Suraqah Bila Engkau Mengenakan Gelang-Gelang Kisra?!” (Muhammad Rasulullah)


Suatu pagi, bangsa Qurasiy terlihat begitu geram. Di tempat berkumpul mereka telah tersiar kabar bahwa Muhammad telah berhasil pergi meninggalkan Mekkah di tengah kegelapan malam. Para pembesar Quraisy tidak mampu untuk mempercayai hal ini…

Mereka lalu mulai mencari Nabi Saw di setiap rumah anggota keluarga Bani Hasyim juga rumah para sahabat Beliau. Hingga mereka mendatangi rumah Abu Bakar, lalu keluarlah putri Abu Bakar yang bernama Asma.

Abu Jahl bertanya kepada Asma: “Dimana ayahmu, wahai putri?” Asma menjawab: “Aku tidak tahu dimana ia berada sekarang.”

Lalu Abu Jahl mengangkatkan tangannya ke arah wajah Asma lalu menempeleng pipinya yang membuat Asma terhuyung jatuh ke tanah.

Para pemuka Quraisy bertambah gusar saat mereka merasa yakin bahwa Muhammad telah pergi meninggalkan Mekkah. Mereka kemudian menyiapkan beberapa orang yang memiliki keahlian untuk mencari jejak agar dapat menunjukkan jalan yang disusuri oleh Muhammad. Para pemuka Quraisy tersebut berangkat bersama para pencari jejak. Dan saat mereka tiba di gua Tsur salah seorang pencari jejak tadi berkata kepada para pembesar Quraisy: “Demi Allah, orang yang kalian cari belum melewati gua ini!”

Pendapat para pencari jejak tadi tidak keliru atas apa yang mereka ucapkan kepada para pembesar Quraisy. Benar, rupanya Muhammad dan Abu Bakar berada di dalam gua. Dan para pemuka Quraisy itu berdiri tepat di atas kepala mereka. Bahkan Abu Bakar As Shiddiq melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa kaki mereka bergerak di atas gua, dan hal itu membuat kedua matanya meneteskan air mata.

Maka Rasulullah Saw yang menyaksikan perubahan rona wajah Abu Bakar menatapnya dengan pandangan yang penuh kasih sayang dan kelembutan. Abu Bakar lalu berbisik kepada Nabi Saw: “Demi Allah, aku

tidak menangisi diriku. Akan tetapi aku takut bila aku melihat keburukan akan menimpamu, ya Rasulullah!”

Maka Rasulullah Saw bersabda dengan tenang kepada Abu Bakar: “Janganlah bersedih, ya Abu Bakar. Sebab Allah Swt bersama kita.”

Maka Allah Swt menurunkan kedamaian di hati Abu Bakar, dan ia meneruskan lagi untuk melihat kaki para pemuka Quraisy tadi.

Kemudian Abu Bakar berkata: “Ya Rasulullah, bila salah seorang dari mereka melihat ke telapak kaki mereka, pasti mereka akan dapat melihat kita. Rasulullah Saw lalu menjawab: “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu duga terhadap dua orang, maka Allah akan menjadi pihak yang ketiga?!!”

Pada saat itulah Nabi Saw dan Abu Bakar mendengar seorang pemuda Quraisy berkata kepada lainnya: “Marilah kita melihat dan memeriksa gua itu!”

Lalu Umayyah bin Khalaf berkata dengan nada meremehkan: “Apakah engkau tidak melihat laba-laba yang membuat sarang di mulut gua tersebut?!! Demi Allah, sarang tersebut, lebih dulu ada sebelum Muhammad lahir.”

Akan tetapi Abu Jahl berkata: “Demi Lata dan Uzza, Aku menduga bahwa Muhammad berada di dekat kita. Ia dapat mendengar apa yang kita katakan, dan melihat apa yang kita perbuat. Akan tetapi sihirnya telah menutupi mata kita.”

Akan tetapi usaha Quraisy untuk menemukan dan mengejar Muhammad tidak berhenti sampai di situ. Mereka mengumumkan kepada semua kabilah yang berada di sepanjang Mekkah ke Madinah bahwa siapa yang berhasil membawa Muhammad hidup atau mati maka ia akan mendapatkan seratus unta terbaik.

Suraqah bin Malik Al Mudlajy saat itu sedang berada di sebuah perkumpulan kaumnya di Qudaid yang berada dekat dari Mekkah.

Lalu datanglah seorang utusan Quraisy yang datang kepada mereka memberitahukan tentang hadiah besar yang diberikan oleh bangsa Quraisy bagi siapa saja yang mampu untuk menangkap Muhammad hidup atau mati.

Begitu Suraqah mendengar hadiah 100 unta tersebut, maka sifat serakahnya timbul. Akan tetapi ia masih mampu untuk menahan diri dan tidak berkata satu katapun. Sehingga ia tidak membangkitkan keserakahan orang lain yang ada saat itu.

Sebelum Suraqah pergi meninggalkan perkumpulannya, ia melihat ada seorang dari kaumnya yang datang dan berkata: “Demi Allah, aku baru saja berpapasan dengan 3 orang. Aku menduga mereka adalah Muhammad, Abu Bakar dan seorang penunjuk jalan.”

Suraqah lalu menukas: “Bukan, mereka adalah Bani Fulan yang mencari unta mereka yang tersesat!” Salah seorang dari mereka berkata: “Mungkin saja begitu!” Kemudian ia pun terdiam.

Kemudian Suraqah duduk lagi sebentar di majlis kaumnya sehingga tidak membuat seorangpun yang berada di perkumpulan tersebut merasa curiga.

Begitu kaumnya telah membicarakan topik lain, Suraqah dengan mengendap-endap meninggalkan majlis lalu pulang ke rumah. Ia memberitahukan kepada budaknya dengan nada lirih untuk menyiapkan kudanya tanpa sepengetahuan orang lain dan diikatkan di tengah lembah.

Ia juga menyuruh budak tadi untuk membawa senjatanya dan keluar dari belakang rumah sehingga tidak terlihat oleh orang lain. Lalu meletakkan senjata tersebut dekat dengan tempat kuda diikatkan.

Suraqah telah mengenakan pakaian perangnya. Ia menyandang senjatanya. Menunggangi kudanya. Lalu pergi menyusuri jalan untuk mendapatkan Muhammad sebelum kedahuluan oleh orang lain yang dapat memenangkan hadiah Quraisy.

Suraqah bin Malik adalah seorang penunggang kuda yang ternama. Ia memiliki tubuh yang tinggi, postur yang besar. Ia amat hebat dalam mencari jejak dan amat tangguh menghadapi segala rintangan di perjalanan.

Di samping itu ia adalah orang yang cerdas dan juga seorang penyair.
Kudanya pun adalah sebuah kuda asli bukan peranakan.

Berangkatlah Suraqah menyusuri bumi. Tidak lama berjalan maka kudanya tersandung yang membuat Suraqah terjatuh dari pelana. Hal itu membuat Suraqah menjadi pesimis. Ia berkata: “Apa ini?! Celaka kamu kuda!” Ia lalu berniat untuk kembali ke rumah. Akan tetapi niatnya untuk kembali ke rumah menjadi urung oleh bayangan hadiah seratus unta.