Kemudian Rasulullah Saw memasukkan aku ke sebuah kamar di rumahnya, lalu Beliau mengundang para pembesar Yahudi untuk bertemu dengan Beliau dan Beliau pun meminta mereka untuk masuk Islam dan beriman. Rasul pun tak lupa mengingatkan mereka tentang kabar kedatangan Beliau dalam kitab-kitab suci Yahudi.
Maka serta-merta para pembesar Yahudi tadi berselisih pendapat dengan Nabi dan mereka menolak kebenaran yang Beliau bawa. Aku mendengarkan semua kejadian itu. Begitu Rasulullah Saw merasa putus asa untuk mengajak mereka beriman, lalu Beliau bertanya kepada mereka: “Apa kedudukan Hushain bin Salam di sisi kalian?” Mereka menjawab: “Dia adalah pemimpin kami, anak pemimpin kami. Dia juga adalah orang berilmu yang kami miliki dan anak dari orang berilmu yang kami miliki.”
Rasul bertanya: “Jika ia telah masuk Islam, apakah kalian akan masuk Islam juga?!”
Mereka menjawab: “Allah akan melarangnya! Tidak mungkin ia akan masuk Islam. Allah akan melindunginya agar ia tidak masuk Islam.”
Lalu aku keluar untuk menemui mereka, dan aku berkata: “Wahai bangsa Yahudi, bertaqwalah kalian kepada Allah dan terimalah apa yang dibawa Muhammad kepada kalian! Demi Allah, sungguh kalian sudah mengetahui bahwa dia adalah Rasulullah. Engkau sudah mendapati bahwa nama dan sifatnya telah tertulis di Taurat. Aku bersaksi bahwa dia adalah Rasulullah. Aku beriman, percaya dan mengenal Beliau.”
Mereka langsung berkata: “Engkau berdusta! Demi Allah, engkau adalah orang jahat dan anak orang jahat. Engkau adalah orang bodoh dan anak orang bodoh!” Mereka tidak berhenti untuk terus mencercaku.
Aku pun berkata kepada Rasulullah Saw: “Bukankah telah aku katakan kepadamu bahwa Yahudi adalah kaum yang berdusta dan bathil. Mereka adalah orang yang suka berkhianat dan berbuat dosa?”
Abdullah bin Salam menerima Islam bagai orang yang kehausan mendapatkan minuman segar. Dia begitu cinta kepada Al Qur’an. Lisannya tidak pernah lelah untuk membaca ayat-ayat Al Qur’an yang jelas. Ia begitu dekat dengan Nabi Saw sehingga ia bagaikan bayangan Beliau yang selalu menyertai.
Ia bernazar atas dirinya bahwa ia akan mengerjakan amalan untuk mengejar surga sehingga Rasulullah Saw memberikan kabar gembira kepadanya bahwa ia berhak masuk surga dan kabar ini tersebar ramai di kalangan para sahabat.
Mengenai kabar gembira ini ada sebuah kisah yang akan disampaikan oleh Qais bin Abbad dan lainnya.
Qais berkisah:
Aku sedang duduk pada sebuah halaqah ilmu (majlis ilmu) di masjid Rasulullah Saw di Madinah.
Di dalam halaqah tersebut terdapat seorang tua yang begitu tenang. Kemudian orang tua tersebut menyampaikan sebuah pembicaraan kepada manusia yang hadir dengan begitu indah dan membekas.
Begitu ia bangun dari tempatnya maka orang-orang berkata: “Siapa yang ingin melihat seorang penghuni surga maka lihatlah orang ini!”
Aku pun bertanya: “Siapakah dia?” Mereka menjawab: “Dialah Abdullah bin Salam!”
Aku berkata dalam hati: “Demi Allah, aku akan mengikutinya!” Aku pun mulai mengikutinya… Kemudian ia pergi sehingga hampir keluar dari kota Madinah. Kemudian ia masuk ke dalam rumahnya… kemudian aku pun meminta izin untuk masuk. Lalu ia mengizinkan aku.
Ia bertanya: “Apa yang engkau butuhkan, wahai keponakanku?” Aku berkata kepadanya: “Aku mendengar orang-orang berbicara tentangmu – saat kau keluar dari masjid-: “Siapa yang ingin melihat seorang ahli surga,
maka lihatlah orang ini! Maka aku pun mengikutimu untuk mengetahui kebenaran berita ini, dan agar aku mengetahui bagaimana orang-orang bisa tahu bahwa engkau adalah ahli surga.”
Ia berkata: “Allah lebih mengetahui tentang ahli surga, wahai ananda!” Aku berkata: “Benar, akan tetapi pasti ada sebab yang membuat mereka berkata demikian.” Ia berkata: “Aku akan menceritakan kepadamu mengenai penyebabnya.” Aku berkata: “Ceritakanlah! Semoga Allah akan membalas kebaikanmu.”
Ia berkata: “Saat aku sedang tertidur di suatu malam pada masa Rasulullah Saw, maka datanglah seseorang kepadaku dan berkata: ‘Bangunlah!’ aku pun langsung bangun. Ia kemudian menarik tanganku. Kemudian aku berada di jalan di sebelah kiri dan aku hendak menyusurinya. Kemudian ia berkata kepadaku: “Tidak usah kau jalan di sebelah situ, sebab itu bukan untukmu!” Kemudian aku tersadar bahwa aku sudah berada di sebelah kanan jalan yang begitu terang. Kemudian pria tadi berkata: “Susurilah jalan ini!” Maka aku pun menyusurinya sehingga aku tiba di sebuah taman yang rindang dan amat luas. Taman tersebut begitu hijau dan sejuk dipandang.
Di tengah taman tersebut terdapat tiang yang terbuat dari besi. Akarnya berada di bumi dan ujungnya berada di langit. Di bagian atas tiang tersebut ada sebuah ikatan yang terbuat dari emas.
Kemudian pria tadi berkata: “Naiklah dan ambillah emas tersebut!” Aku menjawab: “Aku tidak bisa melakukannya.”
Kemudian ia mengambilkan seorang pembantu untukku yang menolongku untuk naik. Maka aku pun mulai memanjat sehingga aku tiba di ujung tiang tersebut. Maka akupun mengambil ikatan emas tersebut dengan tanganku. Aku terus bergantungan di tiang tersbeut hingga pagi.
Keesokan paginya aku menghadap Rasulullah Saw dan aku menceritakan mimpiku kepada Beliau. Beliau lalu bersabda: “Jalanan yang kau lihat dalam mimpi berada di sebelah kirimu, jalanan tersebut adalah jalanan Ashabus Syimal (golongan kiri) dari penghuni neraka. Sedangkan jalan yang kau lihat dalam mimpi berada di kananmu, maka jalan tersebut adalah jalan Ashabul Yamin (golongan kanan) dari ahli surga.
Adapun taman yang rimbun dan rindang itu adalah Islam. Tiang yang berada di tengahnya adalah tiang agama. Sedangkan ikatannya adalah Al Urwah Al Wutsqa (Tali yang Kuat). Engkau senantiasa akan memegangnya hingga engkau wafat!”