Ikrimah Bin Abi Jahal Bagian 1

  • Home
  • Ikrimah Bin Abi Jahal Bagian 1
“Ikrimah Akan Datang kepada Kalian Sebagai Orang yang Beriman & Berhijrah, Janganlah Kalian Mencerca Ayahnya! Sebab Mencerca Orang yang Sudah Mati Akan Menyakiti Orang yang Masih Hidup Padahal Cercaan Itu Tidak Sampai Kepada Si Mayit.” (Muhammad Rasulullah)


Selamat datang kepada Sang Penunggang yang Berhijrah!

Saat usianya sudah memasuki kepala 3 dan saat Nabi mulai melakukan dakwah kebenarannya dengan terang-terangan.

Saat itu, ia adalah salah seorang anggota suku Quraisy yang terpandang nasabnya, dan yang paling banyak harta.

Sepantasnya ia memeluk Islam sebagaimana para sahabatnya seperti Sa’d bin Abi Waqash, Mus’ab bin Umair dan lainnya yang termasuk anak- anak orang terpandang di Mekkah.

Lalu siapakah ayahnya, kalau engkau mengetahuinya?

Dia adalah tokoh Mekkah yang paling bengis, pemimpin tindakan kemusyrikan nomer 1, sosok penyiksa yang dengan ulahnya Allah mencoba keimanan kaum mukminin dan ternyata mereka tegar menghadapinya.

Lewat makarnya, Allah menguji kesetiaan kaum mukminin dan ternyata mereka benar-benar setia.

Dialah Abu Jahl!

Itulah ayahnya. Sedangkan Ikrimah bin Abu Jahl Al Makhzumy adalah seorang di antara beberapa suku Quraisy yang pemberani dan salah seorang tokoh penunggang kuda yang terpandang.

Ikrimah bin Abu Jahl merasa harus menuruti kepemimpinan ayahnya untuk memusuhi Muhammad Saw; sehingga ia sendiri begitu benci kepada Rasul Saw. Ia juga menyiksa para sahabat Beliau dengan kejam. Ia melakukan penyiksaan kepada Islam dan kaum muslimin sehingga membuat ayahnya senang.

Begitu ayahnya memimpin pasukan musyrikin dalam perang Badar, ia bersumpah dengan Lata dan Uzza bahwa ia tidak akan kembali ke Mekkah kecuali bila Muhammad sudah kalah. Ia sempat menginap di Badr selama 3
hari dan menyembelih unta, meminum khamr dan menikmati musik yang dimainkan oleh para pemainnya.

Saat Abu Jahl memimpin peperangan ini, Ikrimah anaknya menjadi pegangannya tempat ia bersandar dan menjadi tangannya di mana ia menggenggam.

Akan tetapi Lata dan Uzza tidak menjawab seruan Abu Jahl karena keduanya tidak bisa mendengar. Keduanya tidak bisa menolong Abu Jahl karena mereka tidak mampu melakukan apapun.

Akhirnya Abu Jahl mati di Badr dan anaknya Ikrimah menyaksikan peristiwa tersebut dengan kedua matanya. Tombak-tombak kaum muslimin menghisap darahnya. Ikrimah juga mendengar dengan kedua telinganya saat Abu Jahl melepaskan nafas terakhirnya yang membuat kedua bibirnya menganga.

Ikrimah kembali ke Mekkah setelah ia meninggalkan jasad pemimpin bangsa Quraisy tadi di Badr. Kekalahan telah membuatnya gentar sehingga tidak dapat membawa jasad ayahnya kembali ke Mekkah. Ia lebih memilih membiarkan jasad ayahnya tertinggal sehingga di buang oleh kaum muslimin di sebuah tempat bernama Al Qalib bersama dengan puluhan korban dari pihak kaum musyrikin. Kaum muslimin lalu menguruk mereka dengan pasir.

Sejak hari itu, Ikrimah bin Abi Jahl memiliki pandangan lain tentang Islam. Ia begitu benci kepada Islam karena dendam atas pembunuhan ayahnya; dan hari ini ia akan membalaskan dendamnya.

Oleh karenanya, ikrimah dan beberapa orang yang ayahnya terbunuh pada perang Badr menyalakan api permusuhan di dada kaum musyrikin untuk melawan Muhammad Saw. Mereka juga menyulut kobaran amarah di hati suku Quraisy yang kehilangan anggota keluarganya saat perang Badr. Sehingga usaha mereka menyulut terjadi perang Uhud.

Ikrimah bin Abu Jahl berangkat menuju perang Uhud bersama istrinya yang bernama Ummu Hakim agar ia beserta para wanita lain yang kehilangan keluarganya saat perang Badr berdiri di belakang pasukan kaum pria. Para wanita tadi bertugas memukulkan genderang untuk memberi semangat kepada kaum Quraisy untuk meneruskan peperangan,
dan memberikan semangat kepada pasukan berkuda agar tidak lari dari medan laga.

Bangsa Quraisy kali ini di pimpin oleh pasukan berkuda di bawah komando Khalid bin Walid, dan pasukan infantry di bawah komando Ikrimah bin Abu Jahl. Kedua komandan kaum musyrikin tadi telah berhasil membuat kemenangan di pihak mereka atas Muhammad dan para sahabatnya. Kaum musyrikin saat itu telah membuktikan kemenangan yang besar, sehingga Abu Sufyan berseru: “Inilah balasan dari perang Badr!”

Pada perang Khandaq, kaum musyrikin mengepung kota Madinah beberapa hari lamanya sehingga habislah kesabaran Ikrimah bin Abi Jahl. Ia begitu gemas dengan pengepungan ini. Ia melihat ke sebuah tempat yang sempit di dalam parit. Ia memaksakan kudanya untuk masuk ke dalamnya sehingga ia dapat menerobos. Kemudian di belakangnya menyusul ikut menerobos serombongan orang yang sedang berpetualang dan menjadi salah satu korbannya adalah Amr bin Abdu Wuddin Al Amiry.

Pada hari penaklukkan kota Mekkah, kaum Quraisy berpendapat bahwa mereka tidak mampu melawan Muhammad dan para sahabatnya. Mereka memutuskan untuk membiarkan Muhammad datang ke Mekkah. Mereka menderita akibat keputusan yang mereka ambil setelah mereka tahu bahwa Rasulullah Saw memerintahkan para panglima muslimin untuk tidak memerangi penduduk Mekkah kecuali bila para penduduknya melakukan penyerangan.

Akan tetapi Ikrimah bin Abu Jahl dan beberapa orang lainnya tidak sepakat dengan keputusan kaum Quraisy ini. Mereka berani untuk menghadapi pasukan yang besar ini. Maka Khalid bin Walid menyerang kaum muslimin dalam sebuah perang kecil di mana terbunuh beberapa orang dari mereka. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk melarikan diri selagi memungkinkan. Salah seorang dari mereka yang berhasil lolos adalah Ikrimah bin Abu Jahal.

Ketika itu Ikrimah merasa menyesal. Mekkah kini sudah tunduk dihadapan kaum muslimin. Rasulullah Saw telah memaafkan segala kesalahan kaum Quraisy yang pernah mereka lakukan kepada Beliau dan para sahabatnya. Akan tetapi ada beberapa nama yang tidak Rasul Saw maafkan. Rasul memerintahkan para sahabatnya untuk membunuh nama- nama ini, meskipun mereka mendapatinya sedang berada di bawah tembok Ka’bah. Salah seorang dari nama yang dicari oleh kaum muslimin tadi adalah Ikrimah bin Abu Jahl. Oleh karenanya, ia menyusup dengan sembunyi-sembunyi untuk keluar dari Mekkah, dan ia hendak pergi melarikan diri ke Yaman, karena ia tidak menemukan ada tempat perlindungan lain baginya kecuali di sana.