Maka Abu Musa memberikan jaminan keamanan kepada penulis surat tadi, dan ia langsung mengirimkannya lewat sebuah anak panah.
Orang tersebut lalu yakin dengan jaminan keamanan yang diberikan kaum muslimin karena sifat mereka yang terkenal dengan menepati janji dan menjaga perjanjian. Ia pun akhirnya menyusup ke barisan kaum muslimin pada saat kegelapan malam dan berbicara kepada Abu Musa dengan fakta yang dibawanya:
“Kami adalah pembesar bangsa Persia. Hurmuzan pernah membunuh kakak tertuaku. Ia juga telah merampas harta dan keluarga kakakku. Ia juga hendak melakukan kejahatan kepadaku sehingga aku sudah tidak percaya kepadanya atas keamanan diriku dan keluargaku.
Maka aku memilih kalian yang adil atas kezalimannya. Aku memilih kalian yang menepati janji daripada dia yang suka berkhianat. Aku berniat untuk memberitahukan kalian sebuah jalan rahasia yang dapat menghantarkan kalian menuju Tustar.
Kirimkanlah kepadaku seorang yang pemberani, cerdas dan pandai berenang agar aku dapat menunjukkan kepadanya jalan tersebut!”
Abu Musa Al Asy’ari lalu memanggil Majza’ah bin Tsaur al Sadusy. Ia lalu memberitahukan berita ini. Abu Musa berkata: “Kirimkan seorang dari kaummu yang cerdas dan pemberani, juga pandai berenang!”
Majza’ah menjawab: “Biarkanlah aku yang melakukannya, wahai Amir!”
Abu Musa berkata: “Jika kau menginginkannya, semoga engkau diberkati Allah!”
Kemudian Abu Musa berwasiat kepada Majza’ah untuk menghapal jalan, mengenali letak jalan tersebut, menginformasikan persembunyian Hurmuzan dan selalu mengawasinya dan jangan pernah melakukan apapun hal selain itu.
Majza’ah kemudian berangkat di kegelapan malam bersama orang Persia yang menunjukkannya. Kemudian orang tersebut memasukkan Majza’ah ke dalam saluran di bawah tanah yang menyambungkan antara sungai dan kota Tustar.
Saluran tersebut terkadang akan menjadi luas sehingga Majza’ah dapat berjalan dengan kedua kakinya. Namun terkadang ia menjadi sempit sehingga membuat Majza’ah harus berenang di dalamnya.
Sungai tersebut terkadang bercabang dan meninggi, dan terkadang juga lurus
Demikianlah perjalanan Majza’ah di bawah saluran air sehingga ia tiba di sebuah lobang yang menuju kota. Orang Persia tersebut memperlihatkan kepada Majza’ah Hurmuzan yang telah membunuh kakaknya dan tempat persembunyiannya.
Begitu Majza’ah melihat Hurmuzan, ia langsung ingin melesatkan anak panah ke leher Hurmuzan. Akan tetapi ia teringat pesan Abu Musa kepadanya agar tidak melakukan apa-apa. Maka Majza’ah langsung menahan diri dan kembali lewat jalan yang ia lalui sebelum datangnya Fajar.
Abu Musa lalu menyiapkan 300 orang pemberani, paling teguh dan cekatan dari pasukan muslimin. Pasukan ini dipimpin oleh Majza’ah bin Tsaur yang dilepas dan diberi wasiat langsung oleh Abu Musa. Abu Musa kemudian meneriakkan takbir sebagai tanda seruan kepada pasukan muslimin untuk menyerang kota Tustar.
Majza’ah memerintahkan kepada pasukannya untuk mengenakan pakaian seringan mungkin agar tidak dirasuki air sehingga akan menyulitkan gerak mereka. Ia juga memperingatkan pasukannya agar tidak membawa apapun selain pedang dan mengikatkannya di bawah pakaian.
Mereka pun berangkat pada pertiga malam pertama.
Majza’aah dan pasukannya yang gagah berani mengarungi rintangan saluran air ini selama 2 jam berturut-turut. Terkadang mereka mampu mengarunginya dengan mudah dan kadang kala, air dalam saluran tersebut menyulitkan gerak mereka.
Saat mereka tiba di lobang saluran yang menuju kota, Majza’ah mendapati bahwa saluran air tersebut telah merenggut 220 orang dari pasukkannya, dan yang tersisa hanyalah 80 orang saja.
Begitu Majza’ah dan pasukkannya menginjakkan kaki mereka di kota tersebut, mereka langsung menghunuskan pedang dan mengalahkan para penjaga benteng. Mereka lalu meletakkan pedang di atas dada mereka.
Kemudian mereka melompat ke arah gerbang kemudian membukanya sambil meneriakkan takbir.
Maka takbir mereka yang berada di dalam benteng disambut dengan takbir para sahabatnya yang masih berada di luar.
Maka merangseklah pasukan kaum muslimin ke dalam kota Tustar saat fajar.
Lalu berkecamuklah perang yang hebat di antara mereka dan musuh- musuh Allah dimana jarang sekali terdapat dalam sejarah peperangan yang
sehebat dan seganas serta yang paling banyak memakan korban seperti peperangan ini.
Saat peperangan berlangsung dengan sengitnya, Majza’ah bin Tsaur lalu melihat Hurmuzan. Maka langsunglah Majza’ah menghampirinya dan melompat ke arahnya dengan menghunuskan pedang. Namun Majza’ah tidak dapat menangkapnya karena gelombang gerak yang ditimbulkan oleh para pasukan yang sedang bertempur membuat Majza’ah kehilangan pandangan. Kemudian Majza’ah sekali lagi melihat Hurmuzan, lalu ia segera datang ke arahnya…
Lalu Majza’ah dan Hurmuzan saling menyerang dengan pedang yang mereka bawa. Masing-masing mengibaskan pedang mereka dengan ganasnya. Namun pedang Majza’ah tidak mengenai sasaran, dan sebaliknya Hurmuzan berhasil mengarahkan pedangnya.
Maka tersungkurlah patriot muslim yang berani di tengah medan laga.
Hatinya tenang dengan janji Allah yang telah ia raih.
Pasukan muslimin masih saja meneruskan peperangan, sehingga Allah Swt memberikan kemenangan kepada mereka. Akhirnya, Hurmuzan menjadi tawanan kaum muslimin.
Pasukan muslimin kembali ke Madinah Al Munawarah dengan membawa kabar gembira penaklukan Persia kepada Umar bin Khattab. Mereka menggiring Hurmuzan yang mengenakan mahkota berhiaskan berlian, dan dipundaknya terdapat selendang sutra yang dijahit dengan benang emas. Mereka menggiringnya untuk dibawa menghadap kepada khalifah.
Meski demikian, mereka membawa kabar duka yang mendalam kepada khalifah tentang pejuang mereka yang gagah berani bernama Majza’ah bin Tsaur.