Rasulullah Saw lalu bertanya kepada Amr: “Apa yang terjadi dengan dirimu, ya Amr?!” Ia menjawab: “Aku berbai’at kepadamu agar dosaku yang terdahulu diampuni.”
Nabi Saw langsung berujar: “Islam dan hijrah keduanya menghapuskan dosa yang terjadi sebelumnya.” Pada saat itu Amr langsung berbai’at kepada Rasul Saw.
Akan tetapi kejadian ini meninggalkan kesan pada diri Amr bin Ash yang sering ia ucapkan: “Demi Allah, mataku tidak pernah memandang Rasulullah Saw dan menatap wajah Beliau hingga Beliau kembali ke pangkuan Tuhannya.”
Dengan cahaya kenabian Rasulullah Saw melihat diri Amr bin Ash. Beliau mengetahui adanya potensi tertentu dalam dirinya. Maka Rasulullah Saw menunjuk Amr untuk menjadi pemimpin pasukan muslimin dalam perang Dzatus Salasil meski dalam pasukan tersebut banyak terdapat para tokoh Muhajirin dan Anshar yang lebih dahulu masuk Islam.
Saat Rasulullah Saw sudah wafat, dan kekhalifahan berada di tangan Abu Bakar As Shiddiq ra maka Amr bin Asha berjuang keras dalam peperangan melawan gerakan kemurtadan.
Amr bin Ash juga memberantas fitnah yang merebak saat itu bersama Abu Bakar As Shiddiq Ra.
Amr bin Ash pernah singgah di Bani Amir dan bertemu dengan pemimpin mereka yang bernama Qurrata bin Hubairaj yang berniat untuk murtad. Qurrata berkata kepada Amr: “Wahai Amr, Bangsa Arab tidak menyukai kewajiban pembayaran yang kalian tetapkan kepada semua orang (maksudnya adalah zakat). Jika kalian menghilangkan zakat tersebut, maka bangsa Arab akan patuh dan taat kepada kalian. Jika kalian menolak untuk menghapuskannya, maka mereka tidak akan bersatu lagi dengan kalian setelah hari ini.
Maka Amr pun langsung berseru kepada Bani Amir: “Celaka kamu!! Apakah engkau sudah menjadi kafir wahai Qurrata?! Apakah engkau mau menakutiku dengan murtadnya bangsa Arab?! Demi Allah, aku akan menjejakan kaki kuda di kemah ibumu!”
Saat Abu Bakar As Shiddiq kembali ke pangkuan Tuhannya, dan amanah kekuasaan diserahkan kepada Umar Al Faruq. Al Faruq memanfaatkan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Amr bin Ash kemudian Umar menempatkan Amr untuk berkhidmat kepada Islam dan muslimin.
Maka lewat Amr bin Ash, Allah Swt berkenan menaklukan satu negeri demi negeri lainnya yang berada di tepi pantai Palestina. Pasukan Romawi satu demi satu menemukan kekalahan mereka. Kemudian Amr bin Ash bersama pasukannya berniat untuk memblokade Baitul Maqdis.
Amr bin Ash semakin memperketat blokade di sekeliling wilayah Baitul Maqdis sehingga Arthabun panglima pasukan Romawi merasa putus asa.
Blokade tersebut menyebabkan Arthabun melepaskan kota suci tersebut dan lebih memilih untuk melarikan diri. Maka Jerusalem pun kembali ke pangkuan kaum muslimin.
Pada saat itu, seorang pemuka agama Nashrani di sana berharap penyerahan kota suci ini dapat dihadiri oleh Khalifah sendiri.
Maka Amr bin Ash segera menuliskan sebuah surat kepada Umar Al Faruq yang mengundang khalifah untuk menerima secara langsung penyerahan Baitul Maqdis. Khalifah Umar pun hadir dalam penyerahan tersebut dan ia menandatangani perjanjian penyerahan kota Jerusalem.
Maka Jerusalem pun diserahkan kepada kaum muslimin pada tahun 15 hijriyah berkat usaha Amr bin Ash ra.
Umar Al Faruq jika diingatkan tentang peristiwa blokade Baitul Maqdis dan teringat akan kehebatan Amr bin Ash, ia akan berkata: “Kita telah berhasil mengusir Arthabun Romawi dengan Arthabun Arab.”
Amr bin Ash masih meneruskan kemenangan besarnya dengan menaklukan Mesir. Akhirnya negeri yang subur ini menjadi bagian dari wilayah Islam.
Di samping itu, Amr bin Ash berhasil menaklukan pintu-pintu benua Afrika, negeri Maroko lalu Spanyol.
Semua ini dilakukan oleh Amr bin Ash untuk kaum muslimin hanya dalam setengah abad saja.
Kelebihan Amr bin Ash bukan hanya pada bidang ini saja. Ia juga salah seorang ahli makar dan tipu daya bangsa Arab. Ia juga termasuk salah seorang yang paling jenius di antara mereka.
Barangkali salah satu kisah kecerdikannya adalah saat ia menaklukkan Mesir. Amr bin Ash terus membujuk Umar Al Faruq agar diperbolehkan untuk menaklukkan Mesir, sehingga Umar pun mengizinkannya. Umar memberikan dukungan kepada Amr bin Ash dengan 4000 prajurit muslimin.
Maka berangkatlah Amr bin Ash dengan pasukannya dengan begitu gagah dan tanpa beban. Akan tetapi yang turut serta dalam rombongannya hanya sedikit prajurit saja, sehingga Utsman bin Affan pun menemui Umar dan berkata kepadanya:
“Wahai Amirul Mukminin, Amr bin Ash adalah orang yang gagah berani. Dalam dirinya terdapat kecintaan kepada jabatan. Aku khawatir ia pergi ke Mesir tanpa jumlah pasukan yang cukup dan logistik yang memadai, dan hal itu dapat membawa petaka bagi pasukan muslimin.
Umar langsung menyesal telah memberikan izin kepada Amr bin Ash untuk menaklukan Mesir. Maka ia langsung mengirimkan seorang utusan yang membawa surat dari khalifah untuk Amr tentang masalah ini.
Utusan yang dikirim Umar tadi menjumpai pasukan muslimin di daerah Rafah di bagian negeri Palestina. Ketika Amr in Ash mengetahui
kedatangan seorang utusan Umar Al Faruq yang membawa sebuah surat yang ditujukan kepadanya dari Khalifah, Amr langsung merasa khawatir akan isi surat tersebut.
Amr terus berpura-pura sibuk dan meneruskan perjalanannya sehingga ia masuk ke sebuah perkampungan Mesir.
Pada saat itu, Amr baru menemui utusan khalifah. Ia langsung mengambil surat tersebut dan membukanya. Di dalamnya tertulis: “Jika engkau menerima suratku ini sebelum memasuki daerah Mesir, maka kembalilah ke tempat asalmu! Jika kau telah menginjak tanah Mesir, maka teruskanlah perjalananmu!”
Kemudian Amr bin Ash menyeru semua prajurit muslimin dan membacakan surat dari Umar Al Faruq. Kemudian Amr bertanya: “Apakah kalian sudah tahu bahwa kita sekarangsudah berada di tanah Mesir?” Mereka menjawab: “Ya, kami tahu.” Amr berujar: “Kalau demikian, marilah kita meneruskan perjalanan ini di bawah keberkahan dan taufiq Allah Swt!”