KISAH NABI MUHAMMAD S.A.W Bagian 14

  • Home
  • KISAH NABI MUHAMMAD S.A.W Bagian 14
Allah SWT berfirman:

"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44)

Seandainya hari ini kita merenungkan reaksi orang-orang kafir dan orang- orang musyrik, maka kita akan terheran-heran.

Allah SWT berfirman:

"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan'." (QS. Shad: 4- 5)

Cobak perhatikan bagaimana kebodohan kaum itu di mana mereka menganggap bahwa pada hakikatnya terdapat multi tuhan dan mereka justru merasa heran ketika terdapat hanya satu tuhan atau tuhan yang esa. Mereka justru merasa heran ketika berhadapan dengan masalah yang fitri dan jelas ini.

Allah SWT berfirman:

"Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): 'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya. " (QS. al-Furqan: 41-42)

Perhatikanlah betapa nekadnya kaum itu di mana mereka mulai menghina dan mengejek Rasulullah saw, padahal beliau telah datang di tengah-tengah mereka untuk menyelamatkan mereka dari api neraka, dan cuba perhatikan bagaimana pandangan mereka terhadap tuhan-tuhan mereka. Mereka membayangkan bahwa mereka nyaris tersesat jika mereka tidak bersabar dalam membela tuhan-tuhan tersebut. Demikianlah kesesatan mengejek kebenaran dan kebodohan menghina ilmu. Mereka justru merasa heran terhadap kepandaiannya yang dapat menyelamatkannya dari meninggalkan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan kayu, bahkan terkadang mereka membuat tuhan dari adunan roti di mana mereka menyembahnya kemudian memakannya. Mereka mengatakan bahwa tuhan-tuhan kami menyelamatkan kami dari rasa lapar atau mereka mengatakan bahwa kami menyembah mereka agar mereka dapat mendekatkan kami pada Allah sedekat-dekatnya.

Meskipun demikian, dakwah Nabi terus berlanjutan dan tertanam di muka bumi. Mereka orang-orang musyrik menuduh Nabi sebagai seorang dukun; mereka menuduhnya juga sebagai seorang gila, bahkan mereka menuduhnya sebagai seorang penyihir; mereka menuduh bahwa beliau berbohong atas nama kebenaran dan beliau dibantu oleh kaum yang lain; mereka mengatakan ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu.

Mereka meminta kepada beliau untuk mendatangkan mukjizat dengan bentuk tertentu; mereka memberitahu bahwa mereka tidak akan beriman kepadanya, sehingga terdapat suatu mata air yang memancar dari bumi atau terwujud di depan mereka suatu taman dari pohon kurma dan anggur yang memancar di tengah-tengahnya sungai, atau langit akan runtuh sebagaimana yang beliau sampaikan kepada mereka sebagai bentuk azab atau beliau datang dengan Allah SWT dan para malaikat dan mereka semua menjamin kebenaran dakwah yang diserukannya, atau beliau memiliki rumah dari emas atau beliau mampu mendaki langit dan mereka masih belum beriman terhadap pendakian itu meskipun ia mendaki di hadapan mata mereka dan kembali dengan selamat, kecuali jika ia menghadirkan kitab kepada mereka yang dapat mereka baca dari langit.

Nabi Muhammad tidak peduli dengan usaha mereka untuk menyakiti hati beliau; Nabi tetap memberitahu mereka dengan penuh kelembutan bahwa apa saja yang mereka minta itu tidak sesuai dengan Islam. Sebab, Islam hanya menyeru akal dan berusaha menciptakan kebebasan. Beliau menyampaikan kepada mereka bahwa beliau hanya sekadar manusia yang diutus oleh Tuhan; beliau datang kepada mereka untuk mengingatkan mereka akan suatu hari di mana seorang tua tidak akan menyelamatkan anaknya dan tidak bermanfaat di dalamnya harta dan anak-anak, dan mereka tidak akan selamat di dalamnya dari siksaan. Orang-orang yang mempunyai kedudukan atau para tokoh mereka adalah para tiran-tiran di muka bumi di mana semua itu tidak akan bermanfaat bagi mereka pada hari kiamat. Siksaan yang bakal mereka terima tidak dapat mereka hindari dan mereka pun tidak dapat meringankannya.

Demikianlah Islam - sebagaimana agama-agama sebelumnya - mengumpulkan di sekelilingnya orang-orang yang berakal dan orang- orang yang fakir serta orang-orang yang menderita di muka bumi. Berimanlah sekelompok orang-orang fakir di mana mereka menjadi kelompok sosial yang tertindas dan tersingkirkan di Mekah. Mereka menjadi makanan empuk kelompok-kelompok yang zalim.

Islam bukan hanya memberikan solusi ekonomi terhadap tragedi kehidupan atau masyarakat, tetapi Islam memberikan solusi Ilahi terhadap keberadaan manusia secara umum; Islam meyakini bahwa manusia bukan hanya sekadar perut yang harus dikenyangkan dan naluri seksual yang harus dipuaskan, manusia bukan hanya di lihat dan dinilai dari sisi ini, namun Islam justru meletakkan manusia pada tempatnya yang hakiki, tanpa membesar-besarkan atau mengecilkannya. Dalam pandangan Islam, manusia terdiri dari bangunan fisik dan rohani, terdiri dari akal dan ambisi dan terdiri dari celupan dari Allah SWT dalam rohnya.

Islam tidak mementingkan fisik saja dan meninggalkan rohani, begitu juga sebaliknya. Terkadang fisik boleh jadi mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, tetapi rohani justru mengalami penderitaan yang luar biasa. karena itu, pemuasan salah satu dimensi dari dimensi manusia tidak akan membawa manusia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan. Maka, Islam datang untuk membawa suatu solusi yang dapat menyelamatkan manusia dari dalam dirinya sendiri dan Islam membebankan tugas ini, yakni tugas perubahan ini kepada Al-Qur'an.

Al-Qur'an menjadi cermin dalam kehidupan di mana ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasulullah , lalu beliau mengajarkannya kepada kaum Muslim. Kemudian Al-Qur'an berubah menjadi orang-orang yang berjalan di pasar-pasar dan mengancam singgasana kebencian yang menguasai Mekah, sehingga orang-orang musyrik justru meningkatkan usaha pengejekan dan penghinaan terhadap Rasulullah. Oleh karena itu, beliau semakin sedih lalu Allah SWT menghiburnya. Allah SWT memberitahu beliau bahwa mereka tidak mendustakannya, tetapi mereka justru mezalimi diri mereka sendiri. Mereka mulai menentang Nabi dan ayat- ayat Allah SWT, padahal Nabi adalah salah satu dari ayat Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (QS. al- An'am: 33)

Kemudian kaum musyrik meningkatkan penindasan kepada Rasulullah dan para pengikutnya. Peperangan dimulai: dari peperangan urat saraf sampai peperangan fisik. Mereka mulai menyiksa para pengikut Rasulullah, bahkan membunuhnya. Pada saat itu, musuh-musuh Islam membayangkan bahwa dengan cara menindas kaum Muslim dan menekan mereka dakwah Islam akan berhenti dan kaum Muslin akan enggan untuk berdakwah. Mereka menganggap bahwa kaum Muslim justru memilih untuk menyelamatkan diri mereka. Namun para tokoh- tokoh Quraisy dan para tokoh-tokoh Mekah dikejutkan ketika melihat penekanan yang mereka lakukan justru semakin membakar semangat kaum Muslim untuk berdakwah. Saat itu kaum Muslim merasa yakin bahwa benih yang telah ditanam Rasulullah saw dalam diri mereka menjadikan mereka tetap bersemangat untuk menyebarkan risalah Allah SWT di muka bumi, yaitu suatu risalah yang mengembalikan bumi menuju kematangan (kesempurnaan) yang telah hilang darinya dan kemanusiaan yang telah disia-siakan serta kehormatan yang telah ditumpahkan dan kebebasan yang telah hilang.

Kaum Muslim yakin bahwa mereka bukan hanya membangun suatu negeri yang kecil di Mekah, dan mereka bukan hanya memperbaiki masyarakat yang rusak, yaitu masyarakat jazirah Arab, tetapi mereka mengetahui bahwa mereka akan membangun suatu manusia yang baru. Mereka akan menciptakan manusia seutuhnya; mereka akan menghadirkan dunia dalam bentuk yang baru dan dalam gambar yang baru yang merupakan cermin dari gambar kebesaran sang Pencipta.

Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak dikenal. Dibandingkan dengan peradaban yang dahulu dan moden, orang-orang Arab tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak memberikan kontribusi kepada dunia dalam bentuk ilmu, seni, atau peninggalan apa pun yang dapat dijadikan sebagai kebanggaan. Namun ketika Islam turun kepada mereka, mereka menjadi cermin kejayaan manusia di mana mereka dapat memberikan sumbangan nyata pada umat manusia. Bahkan orang-orang Barat banyak berhutang kepada mereka dalam kemajuan yang mereka capai saat ini. Sebaliknya, ketika mereka berpaling dari Islam di mana Islam hanya menjadi lembaran cerita-cerita dan kertas-kertas yang tidak berguna, maka saat itulah orang-orang Barat dapat menguasai kaum Muslim karena mereka justru mendapatkan ilmu dari Kaum Muslim itu sendiri. Mereka justru mencapai kemajuan ketika kaum Muslim meninggalkan agama mereka. Jadi, ketika kaum Muslim memahami Islam secara benar dan berusaha untuk menghidupkan ajaran-ajarannya niscaya mereka akan mencapai puncak keilmuan.