“Ayahku Adalah Orang Kelima. Dia Adalah Orang Pertama yang Menuliskan Bismillahirrahmanirrahim.” (Putri Khalid)
Pada suatu sore yang tenang dan damai di Mekkah, berangkatlah Said bin Al Ash bin Umayyah yang dijuluki dengan Abu Uhaihah dari rumahnya di dataran tinggi Al Hajun untuk menuju Masjidil Haram. Ia sudah mengenakan sorban merah yang amat mahal di kepalanya.
Ia menyingsingkan di bahunya sebuah selendang yang menjadi salah satu perhiasan para raja Yaman, yang dipenuhi dengan benang emas.
Di depannya ada sebuah rombongan berjalan yang terdiri dari para budak yang digiring dengan pedang. Di sebelah kanannya terdapat beberapa orang putranya, salah satu dari mereka bernama Khalid.
Di sebelah kirinya terdapat beberapa orang pria dari kaumnya Bani Abdi Syamsin dan mereka mengenakan pakaian dan perhiasan yang terbuat dari sutra.
Begitu nampak kedatangan Abu Uhaihah di sekitar Masjidil Haram, maka para penduduk berkata: “Sang Pemilik Mahkota sudah tiba!” Para penduduk Mekkah memberikan gelar kepadanya seperti itu karena jika kepalanya sudah mengenakan sorban, maka tidak ada seorang pun dari Quraisy yang akan mengenakan sorban dengan warna serupa kecuali ia akan melepaskannya.
Para penduduk akan memberikan jalan kepadanya beserta rombongannya sehingga ia menempati sebuah tempat tepat di bawah Ka’bah.
Lalu datanglah menghadapnya Abu Sufyan bin Harb, Utbah bin Rabiah, Abu Jahl bin Hisyam dan para pemuka Quraisy lainnya. Ia lalu bertanya kepada mereka: “Benarkah kabar yang aku dengar bahwa Sa’d bin Abi Waqash telah mengikuti jejak Muhammad?! Dan bahwa dia telah berani menyerang seorang pria dari suku Quraisy, yang telah ia pecahkan kepalanya sehingga darah bercucuran. Sebab pria tadi telah berani melarangnya untuk shalat kepada selain berhala kita?” Kemudian ia berkata: “Demi Lata dan Uzza, Jika kalian masih terus mengalah terhadap Muhammad bin Abdullah karena memandang bahwa ia masih termasuk keluarga Bani Hasyim, maka aku sendiri yang akan menghadapinya. Dan
aku akan menghalangi Tuhan anak Abi Kabasyah untuk disembah di Mekkah.”
Kemudian ia kembali dengan rombongannya seperti ia datang tadi.
Tidak ada yang tertinggal selain anaknya yang bernama Khalid.
Khalid bin Said bin Al Ash tinggal di Masjidil Haram dengan berpindah dari majlis yang satu ke majlis lainnya demi mencari berita tentang Muhammad dan untuk mendengarkan kisah tentang dakwahnya.
Namun dari berita yang ia dapatkan tentang Rasulullah Saw tidak ada yang membenarkan kedengkian yang telah ia lihat dari ayahnya kepada Muhammad dan para sahabatnya. Atau ada hal yang dapat membuktikan kebenaran kedengkian yang ada pada diri pemuka Quraisy.
Begitu malam tiba, Khalid bin Said kembali ke rumahnya. Ia langsung menuju kamarnya tanpa melewati kamar ayahnya untuk menyampaikan ucapan selamat malam sebagaimana yang biasa ia lakukan setiap hari. Kemudian ia langsung menuju pembaringannya yang empuk untuk tidur.
Akan tetapi matanya malam itu tidak bisa terpejam. Ia merasa ada sesuatu yang membuat matanya tidak bisa tertidur.
Yang membuat hatinya menjadi resah pada malam itu adalah tentang Muhammad dan apa yang ia dakwahkan. Ia merasa khawatir jika ayahnya akan menyiksa Muhammad dengan begitu kejam.
Pada bagian malam terakhir, rasa kantuk membuat ia terlelap dan akhirnya ia pun menyerah tak kuasa menahan keinginan untuk tidur.
Tidak lama kemudian ia langsung bangkit dengan rona wajah yang berubah. Ia seperti terkaget dengan apa yang baru saja ia impikan. Tubuhnya berguncang menahan apa yang baru saja ia alami, dan ia berkata: “Aku bersumpah demi Allah, mimpi yang baru saja aku alami adalah benar. Aku tidak melihat bahwa mimpi tersebut adalah dusta.”
Khalid telah melihat dalam mimpinya bahwa ia berdiri di tepi sebuah lembah neraka jahannam yang amat dalam. Tidak ada yang tahu berapa jauh kedalamannya. Di dalam lembah tersebut terdapat api yang berkobar
dan menyala yang menimbulkan suara lolongan dan rintihan yang membuat hati dan jiwa terasa copot ketakutan.
Begitu ia ingin mencoba untuk menjauhkan diri dari tepi lembah tersebut, rupanya ayahnya menghalangi jalan untuknya. Ayahnya mencoba dengan sekuat tenaga untuk mendorongnya masuk ke dalam lembah api. Maka Khalid pun berusaha menghadapi ayahnya sekuat mungkin.
Khalid bergumul dengan ayahnya sampai ia merasa kelelahan, dan hampir saja ia terjerumus ke dalam lembah neraka.
Lalu tiba-tiba datanglah Muhammad bin Abdullah menarik tubuhnya dengan kedua tangan Beliau. Ia menarik Khalid ke arahnya dan menolongnya agar tidak jatuh ke dalam lubang api neraka.
Belum juga pagi mulai terang benderang saat Khalid bin Said datang ke rumah Abu Bakar As Shiddiq ra. Hal itu dilakukannya, sebab Khalid telah mengenal dan percaya kepada Abu Bakar.
Khalid menceritakan kepada Abu Bakar tentang mimpinya. Abu Bakar lalu berkata: “Allah Swt telah menginginkan kebaikan atasmu, ya Khalid! Sebab Allah Swt telah mengutus Muhammad bin Abdullah dengan agama petunjuk dan kebenaran. Dan agama ini akan mengungguli semua agama yang ada meski para musyrikin membencinya. Ikutilah jejak Beliau, ya Khalid! Jika engkau mau mengikutinya, maka pintu surga akan dibukakan untukmu. Dan engkau akan terhijab dari api neraka. Sedangkan ayahmu akan masuk ke dalam neraka, tempat yang ia ingin kau masuk ke dalamnya.”
Khalid bin Said berangkat untuk menemui Rasulullah Saw. Pada saat itu Rasulullah Saw sedang beribadah kepada Allah secara sembunyi-sembunyi di Ajyad. Lalu Khalid mengucapkan salam kepada Beliau dan berkata: “Apa yang hendak kau dakwahkan kepada kami, ya Muhammad?”
Beliau bersabda: “Aku mengajak kalian untuk beriman kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa aku adalah hamba dan Rasul-Nya. Dan agar kalian meninggalkan penyembahan kepada batu yang tidak dapat melihat dan mendengar. Tidak dapat mendatangkan mudharat atau manfaat. Yang tidak mampu membedakan orang yang datang untuk beribadah kepadanya, dan orang yang akan membawa kecelakaan baginya.”