Suatu ketika saya berbuka puasa di Masjid Besar Taipei. Kebetulan, saya duduk di sebelah orang Pakistan yang sedang mengalami patah tulang. Tangan kirinya diperban dan dia hanya makan dengan satu tangan. Perban adalah pembalut yang memiliki fungsi untuk menutup luka. Dan pada kasus orang Pakistan ini, perban digunakan untuk membalut tangannya yang patah.
Saya berpikir jika tangan yang sakit kita tutupi dengan perban, bagaimana jika lidah yang sakit? Jika lidah kita yang sakit, tentu kita harus memperbannya juga. Namun tidak dengan perban seperti yang digunakan orang Pakistan ini. Tapi dengan dzikrullah dan dengan tilawah agar tidak menggunjingkan saudaranya.
Lalu bagaimana jika hati yang sakit? Kita bisa memperbannya dengan syukur dan sabar. Rasa syukur dan sabar kita tanamkan dalam hati agar senantiasa menerima takdir Allah dengan hati yang ridha dengan kenikmatan dan ujian yang Allah berikan kepada kita.
Semoga momentum ramadhan ini bisa memperban lidah dan hati kita dari sesuatu yang tidak disukai Allah SWT. Aamiin.