Alkisah di sebuah desa, terdapat seorang ulama yang tinggal di atas gunung agar lebih tenang beribadah kepada Allah. Dia sesekali turun ke lereng gunung melewati jalan setapak untuk membeli kebutuhan sehari-hari, kemudian kembali lagi ke atas gunung.
Di desa itu juga, terdapat seorang preman yang pernah melakukan hampir semua kejahatan. Suatu ketika, Sang preman ingin bertaubat dan menghadap Sang ulama di atas gunung. Sang preman pun melewati jalan setapak yang merupakan jalan satu-satunya untuk melintasi gunung tersebut. Di tengah jalan, Sang preman bertemu Sang ulama yang kebetulan sedang turun ke bawah untuk membeli keperluannya.
“Waduh, buruk sekali nasibku. Ingin mendekati beliau dan ingin bertaubat, malah beliau sedang ingin turun ke bawah”, ujar Sang preman dalam hati sambil menyapa Sang ulama dengan sopan dan penuh hormat. “Ini preman yang dosanya banyak, berani-beraninya menghalangi jalan ulama terhebat untuk turun ke bawah.” ujar Sang ulama di dalam hati sambil menatap Sang preman dengan sinis.
Saat itu pula, Allah SWT memuliakan Sang preman dan menghinakan Sang ulama karena dalam hati Sang preman ada kecintaan dan penghormatan terhadap ulama sedangkan dalam hati Sang ulama ada sedikit kesombongan.
Mari bersama-sama hindari sifat sombong dalam diri kita, karena sesungguhnya sombong menjauhkan diri kita dari surga.
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi”
Ada sahabat yang bertanya, “Bagaimana halnya seseorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus…?” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain…“ (HR. Muslim: 91)