Allah S.W.T berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)
"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. " Beliau mewarisi Daud dalam sisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta karena para nabi tidak mewariskan. Sebab sepeninggal mereka, harta mereka menjadi sedekah bagi orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu orang-orang fakir dan orang yang membutuhkan. Dan harta para nabi tidak dikhususkan bagi kalangan keluarganya. Rasulullah saw bersabda: "Kami para nabi tidak mewariskan." Sulaiman mewarisi kenabian dari Daud. Ini adalah hal yang jelas. Allah S.W.T telah memilihnya sebagai Nabi dari Bani Israil. Begitu juga, Allah S.W.T telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia menjadi pimpinan Bani Israil. Barangkali sesuatu yang paling penting yang diwarisi oleh Sulaiman dari Daud adalah tradisi militer. Kemajuan militer yang dahsyat ini telah berpindah kepada Sulaiman. Daud sebenarnya adalah seorang penggembala kambing yang miskin, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia menjadi komandan pasukan yang tiada tandingannya. Perubahan keadaan ini adalah sebagai bentuk ilham dari Allah S.W.T dan sebagai dukungan dari-Nya.
Daud mengetahui bahwa kekuatan yang hakiki yang mengatur alam wujud adalah kekuatan Allah S.W.T. Ketika ia menghulurkan tangannya dan memegang potongan batu lalu beliau melemparkannya melalui katapelnya ke arah Jalut, maka ini sebagai bentuk demonstrasi kekuatan darinya. Kehadiran Nabi Daud mengubah keadaan pasukan Bani Israil di mana mereka sebelumnya lari jika berhadapan dengan musuh, maka kini keberadaan mereka mulai diperhitungkan. Di masa hidupnya, Daud mengalami peperangan yang cukup banyak namun Al-Quran tidak menceritakan secara terperinci hal itu. Al-Quran adalah kitab dakwah di jalan Allah S.W.T, dan bukan kitab sejarah. Al-Quran hanya mengatakan:
"Dan Kami kuatkan kerajaannya." (QS. Shad: 20)
Ayat tersebut berarti bahwa Daud belum pernah terkalahkan dalam peperangan yang diikutinya. Di samping dukungan yang Allah S.W.T berikan kepada Daud, juga pasukannya dan rakyatnya di mana mereka adalah orang-orang yang bertauhid dan menyerahkan diri kepada Allah S.W.T, Allah S.W.T mengungkapkan kepada Daud hal-hal yang menjadikan pasukannya memiliki keistimewaan yang dengannya mereka dapat mengalahkan pasukan-pasukan yang lain yang ada di bumi saat itu.
Allah S.W.T berfirman:
"Dan Kami telah melunakkan besi untuknya." (QS. Saba': 10)
Masalah baju besi yang dibuat untuk orang-orang yang hendak berperang cukup mengganggu gerakan mereka. Anda bisa bayangkan ketika ada dua orang yang berperang yang salah satunya dapat bergerak dengan bebas, sementara yang lain tidak leluasa bergerak. Namun dengan kekuasaan Allah S.W.T, Nabi Daud dapat melunakkan besi dan membuat darinya baju besi yang ringan. Ini adalah kemajuan penting yang Allah S.W.T berikan kepada Daud dan tentaranya. Kemajuan ini kini dimiliki oleh Sulaiman. Demikianlah Sulaiman memiliki pasukan yang dahsyat yang melebihi pasukan mana pun di bumi saat itu. Bahkan Allah S.W.T menambah karunia-Nya kepada Sulaiman:
"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 16)
Ketika kita membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahwa kita berada di masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari Daud. Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.
Pada suatu hari ia menadah tangannya dan berdoa kepada Allah S.W.T. Antara hati Nabi dan Allah S.W.T tidak ada penghalang, jarak, atau waktu. Tak seorang pun dari para nabi yang berdoa kepada Allah S.W.T kecuali doanya pasti terkabul. Kejernihan hati ketika mencapai puncak tertentu, maka ia akan menggapai apa saja yang diinginkan di jalan Allah S.W.T. Dalam doanya, Nabi Sulaiman berkata:
"Ia berkata: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorangpun sesudahku." (QS. Shad: 35)
Sulaiman menginginkan dari Allah S.W.T suatu kerajaan yang belum pernah diperoleh oleh siapa pun setelahnya. Allah S.W.T mengabulkan doa hamba-Nya Sulaiman dan memberinya kerajaan tersebut. Barangkali orang-orang yang hidup di saat ini bertanya-tanya mengapa Sulaiman meminta kerajaan ini yang belum pernah dicicipi oleh seorang pun setelahnya? Apakah Sulaiman - sesuai dengan bahasa kita saat ini - seorang lelaki yang gila kekuasaan. Tentu kita tidak menemukan sedikit pun masalah yang demikian dalam hati Sulaiman. Ambisi Sulaiman untuk mendapatkan kekuasaan atau kerajaan adalah ambisi yang ada di dalam seorang nabi, dan tentu ambisi para nabi tidak berkaitan kecuali dengan kebenaran. Ambisi tersebut adalah bertujuan untuk memudahkan penyebaran dakwah di muka bumi. Sulaiman sama sekali tidak cinta kepada kekuasaan dan ingin menunjukkan sikap kesombongan namun beliau ingin mendapatkan kekuasaan untuk memerangi kezaliman yang menyebar di muka bumi. Perhatikanlah kata-kata Sulaiman kepada Balqis ketika beliau berdialog dengannya tentang singgahsananya dalam surah an-Naml:
"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgahsana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri." (QS. an-Naml: 42)
Demikianlah kata-kata Sulaiman yang bijaksana. Menurut kami, itu adalah kata-kata yang membenarkan permintaannya untuk memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sulaiman telah mengerahkan semua kemuliaan dan kekuasaannya dalam rangka menegakkan agama Allah S.W.T dan menyebarkan Islam. Tidakkah ratu Saba' berkata pada akhir ceritanya bersama Sulaiman:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. an-Naml: 44)
Setelah Mukadimah pokok ini, marilah kita membuka halaman-halaman cerita Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu) dari Daud. Orang-orang menyebutnya: Sulaiman al-Hakim (Sulaiman yang bijaksana). Kebijaksanaan Nabi Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya di tengah-tengah manusia dan kasih sayangnya kepada mereka namun kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan burung dan binatang lainnya. Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, tetapi Sulaiman dapat berbicara dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya pembantunya. Ketika Nabi Daud bertasbih, maka gunung- gunung dan burung-burung serta binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah S.W.T memberinya karunia lebih dari itu di mana binatang-binatang buas tunduk padanya, begitu juga angin dan burung.
Allah S.W.T berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)
Nabi Sulaiman mampu mendengar bisikan semut yang berbicara dengan sesama mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut tersebut sehingga semut itu taat kepada perintahnya. Pasukan Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu pasukan yang memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga karena nya ia tidak dapat tertanding. Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung. Kita mengetahui bahwa jin adalah makhluk Allah S.W.T dan manusia tidak mampu melihatnya atau menghadirkannya atau meminta pertolongannya, sedangkan Sulaiman telah diberi Allah S.W.T kemampuan untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka sebagai tentara di tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan. Ketika ada pasukan lain yang mencoba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka akan merasakan kemenangan. Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuat oleh pasukan burung. Burung di pasukan Sulaiman memerankan tugas penting. Yaitu apa yang kita kenal saat ini dengan istilah badan perisikan. Kita mengetahui bahwa peranan informasi saat peperangan adalah hal yang sangat penting. Dari informasi tersebut, pasukan dapat mengetahui keadaan musuhnya. Demikianlah peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia terbang di tengah-tengah musuh kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk menyampaikan berita tentang keadaan musuhnya. Di samping jin dan burung, Allah S.W.T juga menundukkan angin untuk Sulaiman. Nabi Sulaiman dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin bersama tentaranya.