Rabi’ah Bin Ka’b Bagian 2

  • Home
  • Rabi’ah Bin Ka’b Bagian 2
Aku menjawab: “Aku tidak ingin ada sesuatu yang menyibukkan aku dari berkhidmat kepadamu, ya Rasulullah! Apalagi aku tidak memiliki sesuatu yang dapat aku jadikan sebagai mahar. Aku pun tidak punya harta untuk membiayai hidupnya.” Kemudian Beliau terdiam. Lalu Beliau melihat ke arahku untuk kedua kalianya dan bertanya: “Apakah engkau tidak berniat untuk menikah, ya Rabiah?!” Aku pun memberikan jawaban yang sama kepada Beliau seperti sebelumnya.

Akan tetapi begitu aku berpikir sejenak dalam hatiaku merasa menyesal dengan apa yang telah aku lakukan. Aku pun berkata: “Celaka engkau, ya Rabiah! Demi Allah, sungguh Nabi Saw lebih mengetahui dari dirimu apa yang terbiak bagi agama dan duniamu, dan ia lebih tahu tentang apa yang kau miliki. Demi Allah, jika Rasulullah Saw setelah ini menanyakan aku apakah aku hendak menikah, pasti akan aku jawab Beliau dengan jawaban ya!”

Tidak lama setelah itu, Rasulullah Saw bertanya kepadaku: “Apakah engkau tidak berniat untuk menikah, ya Rabiah?!” Aku menjawab: “Tentu, ya Rasul! Akan tetapi siapa yang mau mengambil aku sebagai menantu, engkau kan tahu siapa diriku?!”

Kemudian Beliau bersabda: “Pergilah kepada keluarga fulandan katakan kepada mereka: bahwa Rasulullah Saw memerintahkan kalian untuk menikahkan aku dengan seorang putri kalian yang bernama fulanah!’.

Kemudian aku mendatangi mereka sambil malu-malu dan aku katakan kepada mereka: bahwa Rasulullah Saw mengutus aku kepada kalian untuk dinikahkan dengan salah seorang putri kalian yang bernama fulanah. Mereka bertanya keheranan: “Fulanah?!” Aku menjawab: “Ya, dia.” Maka mereka pun berkata: “Selamat datang Rasulullah, selamat datang bagi orang yang diutus Rasulullah.” Demi Allah, orang yang diutus Rasulullah tidak akan kembali pulang kecuali dengan membawa hal yang diinginkannya.

Kemudian mereka melangsungkan akad nikah perkawinanku.

Maka aku lalu mendatangi Rasulullah Saw dan berkata: “Ya Rasulullah, aku datang dari sebuah rumah terbaik yang pernah aku temui. Mereka mempercayaiku dan menyambutku. Mereka pun menikahkan aku dengan putrinya. Lalu dari mana aku dapat memberikan mahar kepada mereka?!”

Maka Rasul Saw memanggil Buraidah bin Al Hushaib –dia adalah salah seorang pemuka kaumku (Bani Aslam)- dan Rasul bersabda kepadanya: “Ya Buraidah, kumpulkanlah oleh kalian emas seberat biji buat Rabiah!” Maka Buraidah mengumpulkannya untukku.

Kemudian Rasulullah Saw bersabda kepadaku: “Bawalah ini kepada mereka dan katakan kepada mereka bahwa ini adalah mahar putri kalian!” Aku pun mendatangi mereka dan menyerahkan tersebut kepada mereka dan mereka pun menerimanya dengan senang hati. Mereka mengatakan: “Ini cukup banyak dan baik.”

Kemudian aku menghadap Rasulullah Saw dan aku berkata kepada Beliau: “Aku tidak pernah bertemu sebuah kaum yang lebih mulia dari mereka. Mereka senang dengan apa yang aku berikan kepada mereka – meski sedikit- namun mereka mengatakan: ‘Ini cukup banyak dan baik.’ Lalu dari mana aku akan mendapatkan dana untuk membuat walimah, ya Rasulullah?!”

Rasul Saw lalu bersabda kepada Buraidah: “Kumpulkan uang untuk Rabiah seharga seekor domba!” Kemudian mereka membelikan untukku seekor domba yang besar dan gemuk.

Kemudian Rasulullah Saw bersabda kepadaku: “Temuilah Aisyah dan katakan kepadanya bahwa ia harus memberikan kepadamu semua gandum yang ia miliki!” Aku pun mendatanginya dan Aisyah berkata: “Ini satu

keranjang yang didalamnya terdapat 7 sha’ gandum. Demi Allah, kami tidak memiliki makanan lain selain itu.”

Kemudian aku membawa domba dan gandum tadi kepada keluarga calon istriku. Kemudian mereka berkata: “Kami yang akan mengolah gandum, sedangkan domba maka suruhlah para sahabatmu untuk mengolahnya!”

Maka aku membawa kembali domba tadi –saya dan beberapa orang dari Aslam- kemudian kami menyembelihnya dan lalu kami masak. Maka siaplah kini bahwa kami sudah memiliki roti dan makanan.

Aku pun mengadakan walimah dan aku mengundang Rasulullah Saw dan Beliau memenuhi undanganku.

Kemudian Rasulullah Saw memberikanku sepetak tanah yang terletak di sebelah tanah milik Abu Bakar.Maka mulailah dunia merasuki diriku, sehingga aku pernah berselisih dengan Abu Bakar tentang sebuah pohon kurma. Aku berkata: “Pohon ini berada di tanahku.” Abu Bakar membalas: “Bukan, malah pohon tersebut berada di tanahku.” Lalu aku pun berargumen dengannya. Dan ia mengucapkan kalimat kasar kepadaku.

Begitu ia sadar bahwa ia telah berkata kasar, maka ia pun menyesal dan berkata: “Ya Rabiah, balaslah ucapan tadi kepadaku sehingga menjadi qishas atas ucapanku tadi!” Aku menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan melakukannya.” Ia berkata: “Kalau demikian, aku akan menghadap Rasulullah Saw untuk mengadukan bahwa engkau tidak mau menuntut qishas kepadaku.”

Maka berangkatlah Abu Bakar untuk menghadapi Nabi Saw, dan aku pun mengikutinya dari belakang.

Beberapa orang dari kaumku Bani Aslam mengikutiku dan berkata: “Dia yang memulai dengan mencacimu, dan dia mendahuluimu untuk menghadap Rasulullah Saw dan mengadukanmu?!”

Aku menoleh ke arah mereka dan berkata: “Celaka kalian, apakah kalian tidak tahu siapa orang ini?! Dia adalah As Shiddiq dan orang muslim yang dituakan. Pulanglah kalian sebelum ia menoleh dan melihat kalian semua, sehingga ia mengira bahwa kalian datang untuk menolongku, dan itu akan membuatnya marah. Kemudian ia akan datang kepada Rasulullah sehingga membuat Beliau marah sebab Abu Bakar marah. Dan Allah Swt pun akan marah karena marahnya kedua orang tersebut dan akhirnya Rabiah pun akan binasa.” Maka mereka pun semua kembali pulang.

Lalu Abu Bakar menghampiri Nabi Saw, dan ia menceritakan kisah kejadiannya sebagaimana aslinya. Kemudian Rasulullah Saw mengangkat

kepalanya ke arahku dan bertanya: “Ya Rabiah, apa yang telah terjadi antara dirimu dan As Shiddiq?” Aku menjawab: “Ya Rasulullah, ia menginginkan agar aku mengatakan kepadanya sebagaimana yang telah ia katakan kepadaku, namun aku tidak mau melakukannya.”

Beliau lalu bersabda: “Benar. Jangan kau katakan kepadanya seperti apa yang telah ia katakan kepadamu, akan tetapi katakanlah: Semoga Allah mengampuni Abu Bakar!”

Maka aku pun mengatakan: “Semoga Allah mengampunimu, wahai Abu Bakar!”

Maka keluarlah Abu Bakar dengan mata yang berlinang. Dan ia berkata: “Semoga Allah akan membalas kebaikanmu kepadaku wahai Rabiah bin Ka’b… Semoga Allah akan membalas kebaikanmu kepadaku wahai Rabiah bin Ka’b.”