Jika Qarun keluar dengan membawa pesona dunia yang diikuti oleh rombongannya dan disinari oleh matahari, maka emas-emas yang dibawanya tampak menyala di bawah sengatan matahari. Pemandangan demikian sangat mengagumkan bagi orang-orang yang mencintai dunia. Kekayaan yang dimiliki Qarun membuatnya bersikap angkuh sehingga tidak mudah baginya untuk menerima nasihat. Tampak bahwa kekayaannya dan kesombongannya membuatnya merasa bergembira, sehingga tertawanya Qarun menjadi tertawa yang paling terkenal di kalangan Bani Israil, dan kebenarannya menyaingi kebenaran Fir'aun dan Haman. Kedua orang itu (Fir'aun dan Haman) menguasai Mesir secara keseluruhan, sedangkan Qarun hanya mengusai sebagian dari Mesir.
Orang-orang yang berakal dari kaumnya menasihatinya agar ia berfikir sejenak tentang akhiratnya, dan barangkali mereka berkata kepadanya: "Sesungguhnya tak seorang pun menasihatimu untuk meninggalkan dunia secara keseluruhan dan menempuh jalan orang-orang yang zuhud tetapi mereka menasihatimu agar engkau tidak melupakan bagianmu dari dunia. Sebagaimana mereka menasihatimu agar jangan sampai engkau melupakan bagianmu dari
akhirat."
Qarun hanya merasa puas dengan bagiannya dari dunia. Imaginasi akalnya mengatakan bahwa kekayaan ini datang karena usaha kerasnya sebagaimana ia menduga kekayaannya adalah tanda bahwa Allah mencintainya. Bahkan ia mengira bahwa ia lebih utama dan lebih mulia dari Musa. Musa adalah seorang yang fakir sedangkan Qarun adalah seorang yang kaya, maka bagaimana seorang yang fakir yang tidak memakai satu pun gelang dari emas dapat memperoleh kedudukan yang mulia di sisi Allah dibandingkan dengan seorang yang kaya yang mampu membuat pelana kudanya dari emas. Demikianlah pandangan Qarun dan Fir'aun terhadap Musa.
Allah S.W.T berfirman:
"Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?" (QS. az-Zukhruf: 52)
Demikianlah pernyataan Fir'aun kepada Musa. Terdapat kesesuaian antara pendapat Fir'aun dan Qarun terhadap Musa. Sesuai dengan kedudukan sosial dan kekayaannya, Qarun menjadi sahabat Fir'aun dan mendukung rejim kekuasaannya. Bukan hanya Qarun, Fir'aun dan Haman yang menjadi tawanan khayalan ini, bahkan kaum Fir'aun pun memiliki pendapat yang sama. Yakni, bagi orang-orang Mesir, Musa hanya sekadar seorang tukang sihir yang mengalahkan jaguh-jaguh sihir lainnya. Namun ini tidak berarti bahwa masyarakat Mesir tidak memiliki keutamaan sedikit pun. Di tengah-tengah masyarakat Mesir masih terdapat orang yang beriman kepada Nabi Musa namun ia menyembunyikan keimanannya karena khawatir terhadap kejahatan Fir'aun.
Di sana juga ada orang yang bertanya-tanya dengan kebodohan: Jika Allah
S.W.T memang mencintai Musa lalu mengapa ia dijadikan seorang yang fakir. Qarun menjadi fitnah atau cobaan di tengah-tengah kaumnya dan juga bagi orang-orang Mesir. Ketika Qarun keluar dengan membawa pesona dunianya maka orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata:
"Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: 'Moga- moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. al-Qashash: 79)
Sedangkan orang-orang yang berakal sehat - biarpun jumlah mereka sedikit - mereka memandang bahwa kekayaan Qarun yang begitu luar biasa tidak berarti sedikit pun di sisi Allah S.W.T. Allah S.W.T tidak memandang kekayaan yang banyak jika jiwa manusia menjadi gelap karenanya. Di tengah-tengah keadaan yang demikian sulit, Nabi Musa menghadapi Qarun yang menentangnya. Musa sebagai seorang Nabi mesti menunjukkan sikap yang baik dan kesucian yang agung. Tampaknya Qarun sepakat dengan Fir'aun untuk berusaha menjatuhkan Musa di depan pengikutnya dengan tuduhan yang berlawanan dengan kesuciannya.
Akhirnya, pada suatu hari Nabi Musa dikejutkan dengan suatu tuduhan di mana ada seorang wanita yang menuduhnya berbuat tidak senonoh kepadanya dan mengatakan bahwa Musa pernah tidur bersamanya kelmarin. Kami kira Nabi Musa sangat kaget dengan tuduhan ini dan beliau tidak mengetahui apa yang dikatakannya atau bagaimana beliau membela dirinya menghadapi tuduhan seperti itu. Kemungkinan besar beliau salat dan menghadap Allah S.W.T. Kemudian beliau menemui wanita itu dan bertanya, mengapa ia menuduhkan padanya sesuatu yang tidak benar. Tiba-tiba wanita itu menangis dan meminta ampun kepada Musa. Ia memberitahu Musa bahwa Qarun memberinya uang sebagai imbalan atas fitnah yang ditebarkannya terhadap Musa. Mendengar itu, Musa mendoakan buruk buat Qarun. Kemudian Allah S.W.T berkehendak untuk mendatangkan mukjizat di saat yang tepat yang menjelaskan kepada manusia bahwa Dia Maha kuasa, Maha kuat, dan Maha Perkasa, dan bahwa harta hanya sebagian ujian dan fitnah, bukan sebagai suatu keutamaan yang dengannya manusia dapat dinilai.
Mukjizat yang Allah S.W.T turunkan adalah membinasakan Qarun dan menenggelamkan rumahnya dan hartanya. Qarun keluar untuk menemui kaumnya dengan menampakkan pesona dunianya. Lalu bumi terbelah di bawah kakinya dan Qarun pun tersungkur di bumi. Kami tidak mengetahui apakah itu gempa yang pertama kali terjadi atau itu adalah gempa yang Allah S.W.T perintahkan kepada bumi untuk terjadi. Yang kita ketahui adalah bahwa bumi terbelah dan ia menelan Qarun. Bumi menenggelamkan istana-istana Qarun, hewan-hewan ternaknya, emasnya, peraknya dan semua kekayaannya serta orang dekatnya.
Sebagian dongeng mengatakan bahwa itu terjadi di Fuyum, dan danau Qarun adalah yang dikenal orang-orang Mesir dengan nama ini. Ia adalah tempat yang dihuni oleh Qarun dan menjadi tempat istananya dan tempat menyimpan hartanya. Alhasil, Al-Quran al-Karim tidak menentukan tempat datangnya azab ini dan tidak juga menyebut kapan itu terjadi. Al-Quran hanya menceritakan apa yang terjadi. Tentu penentuan tempat dan waktu bukan sesuatu yang penting tetapi yang penting adalah pelajaran yang terjadi itu.
Allah S.W.T berfirman dalam surah al-Qhashash:
"Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: 'Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.' Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qarun berkata: 'Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.' Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidakkah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: 'Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: 'Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali orang- orang yang sabar.' Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah, dan tiadalah ia termasuk orang- orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata: "Aduhai benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).' Negeri akhirat itu. Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. " (QS.
al-Qashash: 76-83)
Orang-orang dahulu banyak membicarakan ilmu ini yang Qarun mengklaim bahwa ia diberi ilmu itu. Sebagian mereka mengatakan bahwa itu adalah ilmu kimia yang dengannya Qarun mampu mengubah tembaga menjadi emas. Sebagian lagi mereka mengatakan bahwa Qarun mengetahui ismullah al-A'zham (nama Allah yang agung) lalu ia menggunakannya untuk mengubah bahan-bahan itu menjadi emas. Tetapi orang-orang yang berakal dari kalangan orang-orang dahulu membantah hal itu. Menurut mereka, Qarun tidak mengetahui ismullah al-A'zham. Qarun adalah seorang munafik. Mereka juga tidak percaya bahwa Qarun dapat membuat racikan kimia.
Kami kira, ini semua adalah dongengan semata yang tidak layak untuk menjelaskan sebab-sebab kekayaannya. Menurut pandangan kami, Qarun adalah seorang yang zalim di mana ia melakukan pekerjaan yang tidak sehat. Dan boleh jadi ia memanfaatkan persahabatan dengan Fir'aun untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas dari Fir'aun. Dan karena a persahabatan itu, ia berani menentang Musa. Qarun melakukan kejahatan di sana-sini dan karenanya ia mengatakan bahwa harta yang diperolehnya adalah hasil dari kerja kerasnya dan ilmunya. Qarun telah membuat kebohongan dan kezaliman dan ia mendapatkan kekayaan dengan cara-cara yang tidak sehat.