"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak gementar terhadap perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika aku pernah mengatakannya maha tentulah Engkau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawapannya kepada Allah SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahsiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari ilmu ghaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah- tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahwa wafat adalah tidur, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahwa dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk bertauhid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawapan Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan menyiksa mereka sesuai dengan siksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka karena Dia mengetahui karena mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa menyampaikan jawapan atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya. Isa menyampaikan - pada awal pembicaraannya - bahwa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan karena dialog tersebut terjadi pada hari kiamat, Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar akan dapat mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama- selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, syurga. Dan ada balasan yang lebih baik dari syurga, yaitu kepuasan (redha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasan seorang hamba adalah kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahwa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan syaitan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur karena menganggap bahwa perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majlis Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berfikir untuk membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al- Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja pengkhianatan telah digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat untuk memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahwa kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi bahwa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahwa masalah yang mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian mereka menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah diputuskan bahwa Isa harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses penyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh majoriti kaum Nasrani saat ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dan disampaikan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya dengan akidah mereka.