Utsman bin Affan Bagian 3

  • Home
  • Utsman bin Affan Bagian 3
Begitu shalat Fajar usai dilaksanakan, maka semua orang berbondong- bondong menyambut kedatangan kafilah ini.

Para pedagang yang menyambut kedatangan kafilah ini mendapati bahwa rombongan Utsman terdiri dari 1000 unta yang sarat dipenuhi dengan gandum, minyak dan anggur kering.

Kafilah unta tersebut berhenti di depan pintu rumah Utsman bin Affan ra. Para budak segera menurunkan muatan dari punggung unta.

Para pedagang pun segera menemui Utsman dan berkata kepadanya: “Juallah kepada kami segala yang kau bawa, ya Abu Amr (panggilan Utsman)!”

Utsman berkata: “Aku akan menjualnya dengan senang hati kepada kalian, akan tetapi berapa harga yang hendak kalian tawarkan kepadaku?” Mereka menjawab: “Setiap dirham yang kau bayarkan akan kami ganti dengan dua dirham.”

Utsman menjawab: “Aku akan mendapatkan lebih dari itu.” Maka para pedagangpun menambahkan lagi harga tawaran mereka.

Utsman lalu berkata: “Aku akan mendapatkan lebih dari harga yang telah kalian tambahkan.” Para pedagangpun menambahkan lagi harga tawaran mereka.

Namun Utsman tetap berkata: “Aku akan mendapatkan lebih dari ini.” Para pedagang tadi berkata: “Wahai Abu Amr, tidak ada para pedagang lain di Madinah selainkami. Juga tidak ada seorang pun yang mendahului kami datang ke tempat ini. Lalu siapa yang telah memberikan tawaran kepadamu melebihi harga yang kami tawarkan?!”

Ustman menjawab: “Allah Swt akan memberikan 10 kali lipat dari setiap dirham yang aku bayarkan. Apakah kalian dapat membayar lebih dari ini?”

Para pedagang itu menjawab: “Kami tidak sanggup untuk membayarnya, wahai Abu Amr.

Utsman langsung berseru: “Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku akan menjadikan semua barang bawaan yang dibawa oleh kafilah ini sebagai sedekah kepada para fuqara kaum muslimin. Aku tidak pernah berharap satu dirham ataupun satu dinar sebagai gantinya. Aku hanya berharap keridhaan dan balasan dari Allah Swt.

Saat kekhalifahan berpindah ke tangan Utsman bin Affan, Allah Swt berkenan menaklukan pada masa Utsman daerah Armenia dan Kaukasus.

Allah juga memenangkan kaum muslimin untuk menaklukan daerah Khurasan, Karman, Sigistan, cyprus dan beberapa daerah kecil di benua Afrika.

Kaum muslimin pada masa Utsman mendapatkan kesejahteraan yang belum pernah dirasakan oleh bangsa lain di muka bumi ini.

Hasan Al Bashry ra mengisahkan kesejahteraan penduduk pada masa Utsman bin Affan Dzu Nurain, serta kedamaian dan kenyamanan yang dirasakan oleh umat Islam. Ia berkata:

“Aku pernah melihat ada seorang pegawai Utsman berseru: ‘Wahai manusia, segeralah kalian mengambil jatah!’ Maka semua orang pun segera mengambil jatah mereka secara merata.

‘Wahai manusia, segeralah datang untuk mengambil rizqi kalian!’ Maka semua manusia segera berdatangan dan mereka mendapatkan jatah rizqi yang berlimpah.

Demi Allah kedua telingaku mendengar pegawai tadi berseru: ‘Segeralah kalian mengambil pakaian kalian!’ Semua orang segera mengambil pakaian yang panjang dan lebar. Pegawai tadi juga berseru: ‘Segeralah kalian mengambil minyak dan juga madu!’

Semua itu tidak mengherankan karena harta pada masa Utsman terus menerus berdatangan dan berlimpah.

Hubungan antara sesama muslim menjadi nyaman. Tidak ada di muka bumi seorang mukmin yang merasa khawatir terhadap seorang mukmin yang lain. Yang ada adalah seorang muslim yang menyayangi, mencintai dan membantu muslim lainnya.

Akan tetapi ada sebagian orang yang bila sudah merasa kenyang maka mereka akan kelewat batas. Jika mereka mendapatkan nikmat Allah maka mereka akan menjadi kufur.

Maka sebagian orang tadi malah melemparkan cacian kepada Utsman tentang berbagai permasalahan, yang bila permasalah tersebut dilakukan oleh orang selain Utsman maka mereka tidak akan mencacinya.

Mereka tidak hanya mencaci Utsman. Kalau saja mereka berhenti mencaci Utsman, maka keadaan akan bertambah tenang.

Akan tetapi setan terus meniupkan api permusuhan dan kejahatan pada diri orang-orang tadi.

Sehingga ada sekelompok orang yang berjumlah banyak dari berbagai suku berbeda berkumpul di sekeliling rumah Utsman selama 40 malam. Mereka menghalangi penduduk rumah Utsman untuk mendapatkan air bersih.

Orang-orang zhalim ini telah lupa bahwa Utsman-lah orang yang pernah membeli sumur rumah dengan hartanya agar pada penduduk dan orang yang melancong ke Madinah Al Munawarah tidak kehausan. Padahal sebelumnya, penduduk Madinah tidak memiliki sumber air jernih yang dapat mereka minum.

Mereka juga menghalangi Utsman untuk melakukan shalat berjamaah di Masjid Rasulullah Saw.

Orang-orang tersebut telah tertutup matanya untuk mengetahui bahwa Utsman-lah yang pernah memperluas Masjid Nabawi dengan hartanya sendiri, agar kaum muslimin merasa lapang dan nyaman berada di dalamnya.

Saat kesulitan ini semakin menghebat menimpa diri Utsman, maka sekitar 700 orang dari kalangan sahabat dan anak-anak mereka segera berusaha melindungi Utsman.

Di antara mereka adalah: Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Zubair Al Awwam, Al Hasan dan Al Husain kedua putra Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah dan banyak lagi.

Akan tetapi Utsman bin Affan lebih memilih dirinya yang akan menjadi korban daripada banyak nyawa kaum muslimin yang akan menjadi korban hanya demi melindungi dirinya saja. Ia juga memilih untuk meregang nyawa daripada kaum muslimin lain yang akan menjadi korban pembunuhan.

Utsman berpesan kepada orang-orang yang hendak melindunginya agar ia dibiarkan sesuai kehendak Allah Swt saja.

Utsman berkata kepada mereka: “Aku berjanji kepada orang yang memiliki tanggung jawab kepadaku agar mereka menahan diri dan tangannya.” Ia juga berkata kepada para budaknya: “Siapa yang mengembalikan pedang ke sarungnya, maka ia akan merdeka!”

Saat Utsman memejamkan matanya sebelum terjadi pembunuhan terhadap dirinya,ia melihat Nabi Saw yang diiringi oleh kedua sahabatnya yang bernama Abu Bakar As Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Utsman mendengar Rasulullah Saw bersabda kepadanya: “Segeralah menyusul kami, ya Utsman!” Maka Utsman merasa yakin bahwa ia akan segera berjumpa dengan Tuhannya dan Nabinya.

Pagi itu Utsman bin Affab berpuasa. Ia meminta untuk dibawakan celana panjang dan kemudian ia mengenakannya karena ia merasa khawatir bahwa auratnya dapat tersingkap jika ia dibunuh oleh orang- orang durjana tadi.

Pada hari Jum;at 18 Dzul Hijjah, terbunuhlah seorang hamba yang rajin beribadah dan berzuhud. Orang yang suka berpuasa dan melakukan qiyamul lail. Orang yang berhasil menyatukan mushaf Al Qur’an. Menantu Rasulullah Saw.

Ia berpulang ke pangkuan Tuhan saat ia sedang kehausan karena berpuasa, sementara Kitabullah terbentang di antara kedua tangannya.

Hal yang membuat kaum muslimin semakin sedih adalah di antara para pembunuh Utsman ra tidak terdapat seorang tokoh sahabat maupun anak sahabat yang turut-serta dalam proses pembunuhannya ini kecuali seorang saja dari mereka yang pada akhirnya ia merasa malu dan enggan untuk melakukannya.