Kadang kala setiap manusia merasa diri mereka paling benar, bahkan merasa didikan orang tua mereka adalah didikan yang paling benar.
Seperti contoh seorang anak yang selalu mendapat rangking 1 di kelas sejak SD hingga SMA. Dia sejak kecil dididik oleh ibunya untuk selalu belajar setiap hari. Dan hasilnya memang bagus, dia bisa juara kelas bahkan juara sekolah, hingga dapat beasiswa ke luar negeri. Namun, Sang anak memiliki ketidaksempurnaan, yaitu dia termasuk kategori orang kurang dapat bersosialisasi.
Kemudian Sang anak tumbuh dewasa dan menjadi orang tua. Dia merasa didikan orang tuanya baik, lalu diterapkanlah pola didikan tersebut ke anaknya. Ini salah? Tentu tidak. Ini adalah metode yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Ada lagi kisah kedua tentang seorang anak yang dididik penuh dengan kebebasan. Hal ini dikarenakan orang tua anak tersebut dididik oleh orang tuanya dengan penuh kekerasan. Mereka berpikir bahwa kekerasan adalah jalan yang tidak baik, maka Sang anak dibebaskan untuk berlaku apapun yang ia inginkan. Akibatnya, Sang anak salah pergaulan.
Lalu bagaimanakah pola didikan yang baik?
Jawabannya adalah pola didikan Rasulullah kepada Sayyidina Ali. Usia mereka terpaut sekitar 32 tahun, sehingga secara usia Ali adalah anak Rasulullah yang dididik langsung oleh beliau. Seorang yang cerdas dan memiliki karakter dan keimanan yang kuat.