Dalam masalah ilmu pengetahuan, Uqbah telah menyerap dari sumber telaga Rasulullah Saw yang begitu banyak sehingga ia telah menjadi ahli dalam ilmu Al Qur’an, hadits, fikih, ilmu waris, sastra dan syair.
Dia termasuk orang yang memiliki suara terbagus dalam membacakan Al Qur’an. Jika malam sudah menjelang dan alam semesta sudah menjadi tenang, maka Uqbah akan membaca beberapa ayat dari Al Qur’an. Bacaannya yang begitu indah telah membuat hati para sahabat tercenung mendengarkannya. Sehingga hati mereka menjadi khusyuk dan mata mereka menitikkan air mata karena merasa takut kepada Allah.
Suatu hari Umar bin Khattab pernah memanggilnya dan berkata: “Bacakan kepadaku sesuatu dari Al Qur’an, wahai Uqbah!” Lalu Uqbah berkata: “Baik, ya Amirul Mukminin.” Kemudian Uqbah mulai membacakan beberapa ayat Al Qur’an dan Umar pun menangis sehingga air matanya membasahi janggut.
Uqbah meninggalkan sebuah mushaf Al Qur’an yang dituliskan oleh tangannya sendiri. Mushaf tersebut beberapa tahun lalu masih terdapat di Mesir di Masjid Jami’ yang dikenal dengan Masjid Jami Uqbah bin Amir. Pada bagian belakangnya tertulis: “Dituliskan oleh Uqbah bin Amir Al Juhany.”
Mushaf Uqbah bin Amir ini termasuk mushaf tertua yang masih ditemukan di muka bumi ini, akan tetapi kini sudah hilang seperti banyak peninggalan berharga yang juga lenyap, karena sebab kelalaian kita.
Pada bidang jihad, kita dapat mengetahuinya bahwa Uqbah bin Amir Al Juhany turut serta bersama Rasulullah Saw dalam perang Uhud dan beberapa peperangan sesudahnya. Dia termasuk salah seorang prajurit yang gagah berani yang pernah berjuang dengan susah payah dalam perang penaklukan Damaskus. Maka Abu Ubaidah Al Jarrah memberikan sebuah kehormatan kepadanya dengan mengutusnya sebagai delegasi pembawa kabar kemenangan ini kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah. Maka ia pun selama 8 hari dan 8 malam dari hari Jum’at hingga Jum’at kemudian menempuh perjalanan ke Madinah tanpa henti sehingga ia menyampaikan kabar gembira kepada Umar Al Faruq atas keberhasilan kaum muslimin melakukan penaklukan yang besar terhadap Damaskus.
Dia juga adalah salah seorang panglima pasukan muslimin yang berhasil menaklukan Mesir. Sehingga Amirul Mukminin Mu’awiyah bin Abi Sufyan memberikan anugerah kepadanya dengan mengangkat dirinya sebagai wali (gubernur) di sana selama 3 tahun lamanya. Kemudian Amirul Mukminin menginstruksikan padanya untuk berperang melawan Kepulauan Rudus di Mediterania.
Karena begitu cintanya dengan jihad, ia menghapalkan banyak hadits jihad di hatinya. Secara khusus ia meriwayatkan hadits-hadits tentang jihad tersebut kepada kaum muslimin. Dia seringkali melatih ketangkasan memanahnya, sehingga bila ia ingin mendapatkan hiburan bagi dirinya maka ia akan melakukan olah raga memanah.
Begitu Uqbah bin Amir Al Juhany sakit menjelang wafat –saat itu ia berada di Mesir-, ia mengumpulkan anak-anaknya dan berwasiat kepada mereka seraya berkata: “Wahai anak-anakku, aku melarang 3 hal kepada kalian maka jagalah larangan ini dengan baik: “Janganlah kalian menerima hadits Rasulullah Saw kecuali dari orang yang tsiqah (terpercaya), Janganlah kalian berhutang meski kalian hanya berpakaian Aba’, dan janganlah kalian menulis syair sehingga membuat hati kalian lalai dari Al Qur’an!”
Begitu ia meninggal, keluarganya menguburkan jasadnya di kaki gunung Al Muqattam. Kemudian keluarganya mencari-cari apa saja peninggalan Uqbah. Rupanya ia meninggalkan lebih dari 70 busur panah. Setiap busur disertai sebuah tanduk dan beberapa anak panah. Uqbah berpesan, peninggalannya ini harus digunakan untuk berjuang di jalan Allah.
Semoga Allah Swt menjadikan wajah seorang qari, alim dan pejuang yang bernama Uqbah bin Amir Al Juhany ini bersinar. Semoga Ia berkenan memberikan balasan terbaik baginya atas jasa yang pernah ia lakukan terhadap Islam dan muslimin.