KISAH NABI SULAIMAN A.S Bagian 2

  • Home
  • KISAH NABI SULAIMAN A.S Bagian 2
Sekarang, kita mengetahui bahwa ide adanya pesawat terbang adalah berangkat dari usaha memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di dalamnya meskipun ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah S.W.T memberikan kemampuan ini kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan angin dan menggunakannya demi kepentingannya. Oleh karena itu, pasukan Sulaiman juga terdiri dari pasukan udara pada saat di mana tak seorang pun memimpikan untuk terbang di udara. Barangkali mukjizat ini yang Allah S.W.T berikan kepada Sulaiman menjadi sebab kejayaan militernya sehingga pasukannya tidak tertanding.

Allah S.W.T berfirman:

"Dan dihimpunkan kepada Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS. an- Naml: 17)

"Kemudian Kami tundukkan kepada angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami, maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 36-40)

Kita akan mengetahui bahwa Sulaiman akan meninggalkan ide untuk menggunakan kuda di tengah-tengah pasukannya setelah ia pada suatu hari dibuatnya lupa pada solat. Ketika Sulaiman meninggalkan kuda dalam rangka mencapai redha Allah S.W.T, maka Dia menggantikannya dengan angin yang bertiup sesuai dengan perintahnya ke mana pun ia pergi dan ke mana pun tempat yang diinginkannya. Di samping senjata udara yang Allah S.W.T berikan kepada Sulaiman, Allah S.W.T juga memberikan kemampuan yang tak seorang pun dari para nabi mendapatkannya. Yaitu kemampuan untuk memerintah setan.

Setan adalah salah satu bagian dari jin. Ia adalah kelompok yang celaka dari jin. Kelompok ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan jin yang soleh pun tidak dapat mengatur mereka. Adapun Sulaiman, Allah S.W.T telah memberinya kekuasaan untuk menundukkan setan dan mempekerjakannya bahkan mengikatnya dengan rantai serta menghukumnya jika ia menentang perintahnya.

setan membangun untuk Sulaiman istana dan patung-patung dan alat- alat perang. Bahkan setan-setan itu menyelam di dasar lautan untuk mengeluarkan permata dan yakut untuk Sulaiman. Jika ada di antara setan yang menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya dengan rantai. Ini semua menunjukkan kekayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana ia mampu mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin atau kehendak dari Tuhannya sebagai mukjizat dari-Nya. Allah S.W.T berfirman:

"Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)." (QS. Saba': 12)

Nabi Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak tertanding di muka bumi. Meskipun memperoleh nikmat-nikmat yang khusus dan agung ini yang Allah S.W.T berikan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan sebagai manusia yang paling banyak berzikir kepada-Nya dan manusia yang paling banyak bersyukur di zamannya.

Allah S.W.T berfirman tentang Sulaiman:

"(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 30)

Al-Aubah ialah kembali kepada Allah S.W.T melalui solat, puasa, tasbih, menangis, istighfar, dan mengungkapkan rasa cinta yang dalam. Hamba yang kembali adalah hamba yang menuju Allah S.W.T. Waktu solat bagi Sulaiman adalah waktu yang sangat penting sehingga ketika datang waktu itu, maka beliau tidak bisa disibukkan dengan hal yang lain. Pada suatu hari, beliau nyaris kehilangan waktu solat. Tentu hal ini di luar kehendaknya. Pada saat itu, beliau sibuk mengurus persoalan yang penting, yaitu menyiapkan tentara untuk perang. Saat itu bertepatan dengan waktu Asar. Sulaiman masih menyiapkan kuda tentara- tentaranya. Kuda pada waktu itu menjadi senjata yang penting di tengah-tengah pasukannya. Sulaiman lewat di depan kuda dan memeriksanya sehingga beliau nyaris kehilangan waktu solat Asar.

Sulaiman sujud kepada Allah S.W.T kemudian ia solat. Ia meminta agar kuda itu dikembalikan kepadanya. Ketika kuda datang, ia mengusap lehernya dan kakinya dengan tangannya lalu ia meminta ampun kepada Allah S.W.T karena ia sibuk menyiapkan pasukan untuk berjihad sehingga nyaris kehilangan waktu solat. Sejak peristiwa itu, Sulaiman merasa tidak lagi membutuhkan kuda di tengah-tengah pasukannya. Lalu Allah S.W.T menggantikannya dengan angin yang mampu membawa tentaranya ke mana pun ia pergi. Allah S.W.T berfirman:

"Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. maka ia berkata: 'Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.' Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.' Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu." (QS. Shad: 30-33)

Sulaiman mengetahui penyakit kuda dan ia mampu berbicara dengan bahasa kuda, bahkan kuda itu pun mentaati perintah Nabi Sulaiman. Allah S.W.T juga memberikan kenikmatan lain atas Sulaiman Allah S.W.T berfirman:

"Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya." (QS. Saba': 12)

Al-Kithir adalah tembaga yang dicairkan. Sebagaimana Allah S.W.T memberikan nikmat atas ayahnya Daud di mana ia mampu melunakkan besi dan Allah S.W.T mengajarinya bagaimana cara mencairkannya, maka Sulaiman pun memanfaatkan tembaga yang cair itu untuk peperangan dan di saat perdamaian. Pada saat peperangan beliau mencampur tembaga dengan besi dan membuat darinya perunggu. Mereka menggunakan senjata-senjata perunggu dalam peperangan, seperti pedang, baju besi dan pisau.
Senjata-senjata ini adalah senjata yang paling kuat di saat itu. Sedangkan di saat perdamaian, tembaga digunakan untuk membuat bangunan, patung, dan sebagainya. Meskipun Nabi Sulaiman mendapatkan nikmat yang besar ini dan karunia yang khusus, Allah S.W.T telah mengujinya dengan suatu ujian. Ujian akan selalu datang pada seorang hamba. Ketika hamba itu mendapat kedudukan besar, maka ujiannya pun menjadi besar. Allah S.W.T menguji Sulaiman dengan penyakit.

Allah S.W.T berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, ampunilah aku anugerahkanlah kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang ia kehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam. " (QS. Shad: 34-37)

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang fitnah atau ujian yang dialami oleh Nabi Sulaiman. Barangkali riwayat yang paling terkenal dalam hal ini adalah riwayat yang paling penuh dengan kebohongan. Dikatakan bahwa Sulaiman bertekad untuk menggilir istiri-istirinya yang berjumlah tujuh ratus pada satu malam saja untuk melakukan hubungan seks dengan mereka, sehingga para wanita itu akan melahirkan seorang anak yang dapat berperang di jalan Allah S.W.T. Sulaiman tidak mengatakan insya- Allah lalu ia menggilir istiri-istirinya dan tidak ada seorang pun yang melahirkan kecuali seorang wanita yang melahirkan anak yang buruk rupa.

Kisah tersebut berbeda atau kontradiksi dari permulaannya dan akhirannya. Tentu kisah itu berasal dari cerita khurafat yang direkayasa oleh orang-orang Yahudi atau termasuk dari israiliyat. Hakikat ujian yang dialami Nabi Sulaiman adalah apa yang disebutkan oleh Fakhrur Razi: "Sulaiman diuji dengan suatu penyakit yang keras di mana kedoktoran saat itu tidak mampu mengatasinya. Sakitnya Sulaiman sangat keras sehingga para doktor dari kalangan manusia dan jin pun tidak mampu menghilangkan penyakitnya. Lalu burung-burung menghadirkan rumput- rumput yang dianggap sebagai ubat tetapi Sulaiman pun belum juga sembuh. Semakin hari penyakit Sulaiman semakin menjadi-jadi sehingga ketika Sulaiman duduk di atas kursi ia duduk bagaikan tubuh tanpa roh, seakan-akan ia mati karena saking kerasnya penyakit yang dideritanya.

Sakit yang diderita oleh Sulaiman terus berlanjutan untuk beberapa saat namun Sulaiman tidak henti-hentinya berzikir kepada Allah S.W.T dan meminta kesembuhan kepada-Nya serta beristighfar kepada-Nya dan mengungkapkan rasa cintanya kepada-Nya."