Nu’aim bin Mas’ud Bagian 2

  • Home
  • Nu’aim bin Mas’ud Bagian 2
Pasukan Ahzab (Barisan musuh yang terdiri dari banyak kelompok) mengepung Madinah. Mereka mengembargo pasokan pangan bagi penduduk Madinah. Maka kaum muslimin menjadi amat menderita.Rasulullah Saw merasa bahwa Beliau berada di antara dua cengkraman musuh.

Sebab pasukan Quraisy dan Gathfan sedang berkemah di depan pasukan muslimin dan berada di luar Madinah.

Sedangkan Bani Quraizhah selalu mengintai dan berjaga-jaga dari dalam Madinah.

Kemudian ada beberapa orang munafik dan mereka yang memiliki penyakit dalam hatinya mulai menampakkan bentuk asli diri mereka dengan berkata: “Dulu Muhammad menjanjikan kami harta kekayaan Kisra dan Kaisar. Nah, sekarang tidak ada seorang pun dari kami yang merasa aman untuk buang air ke kamar kecil!!”

Lalu sedikit demi sedikit mereka mulai meninggalkan Nabi Saw dengan dalih bahwa mereka khawatir atas keselamatan istri, anak-anak dan rumah mereka dari serangan yang dapat dilancarkan oleh Bani Quraizhah jika perang sudah dimulai. Sehingga tidak ada yang tersisa bersama Muhammad Saw selain hanya ratusan orang dari para mukmin sejati.

Pada suatu malam pada masa embargo tersebut yang berlangsung hampir 20 hari, Rasulullah Saw menghadap Tuhannya dan ia berdo’a dengan selalu mengulang do’anya: “Ya Allah, aku meminta janji-Mu... Ya Allah, aku menagih janji-Mu!”

Nu’aim bin Mas’ud pada malam itu sedang resah di atas pembaringannya seolah kelopak kedua matanya sedang tercucuk duri. Lalu ia membuka matanya dan melihat ke arah bintang yang ada di langit. Ia berfikir lama. Tiba-tiba ia mendapati hatinya berkata: “Celaka engkau, ya Nu’aim!! Apa yang membuat kamu datang dari negeri Najd yang jauh sehingga engkau mau memerangi orang ini dan para pengikutnya?!! Engkau tidak memeranginya karena hendak menolong orang yang telah dirampas haknya, atau menolong orang yang harga dirinya telah dilecehkan. Akan tetapi engkau datang untuk memeranginya tanpa sebab yang jelas. Apakah pantas seorang yang cerdas sepertimu untuk berperang sehingga membunuh atau terbunuh tanpa sebab yang jelas?!! Celaka kamu, ya Nu’aim!!

Apa yang membuatmu menghunuskan pedang dihadapan wajah orang yang shalih ini yang memerintahkan para pengikutnya untuk berlaku adil, baik dan membantu kaum kerabat?!!

Apa yang membuatmu akan membasahi tombakmu dengan darah para sahabatnya yang selalu mengikuti wahyu petunjuk dan kebenaran yang dibawa Muhammad kepada mereka?!!”

Pembicaraan yang sengit ini tidak berakhir melainkan dengan sebuah keputusan bulat yang kemudian membuat Nu’aim bangkit dan langsung melaksanakannya.

Nu’aim bin Mas’ud dengan sembunyi meninggalkan kamp kaumnya di bawah kegelapan malam. Ia berangkat untuk menjumpai Rasulullah Saw.

Begitu Nabi Saw melihatnya sedang menyamar dan berdiri dihadapanya, maka Nabi langsung bertanya: “Apakah engkau Nu’aim bin Mas’ud?” Ia menjawab: “Benar, ya Rasulullah!”

Rasul bertanya: “Apa yang membuatmu datang kemari pada saat seperti ini?!” Ia berkata: “Aku datang untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, dan bahwa apa yang engkau bawa adalah benar.”

Kemudian ia menambahkan: “Aku telah masuk Islam, ya Rasulullah. Kaumku tidak tahu akan keislamanku. Perintahkanlah apa saja kepadaku!” Rasul Saw bersabda: “Bagi kami engkau hanyalah seorang saja. Pergi dan temuilah kaum mu. Lemahkanlah semangat dan kekuatan musuh kami jika engkau mampu. Sebab perang ini adalah tipu daya.”

Maka ia menjawab: “Baik, ya Rasulullah! Engkau akan melihat hasil yang dapat membuatmu puas, Insya Allah.”

Nu’aim bin Mas’ud langsung berangkat menemui Bani Quraizhah. Nu’aim bagi mereka adalah seorang teman yang telah mereka kenal. Nu’aim berkata kepada mereka: “Wahai Bani Quraizhah, engkau sudah mengetahui betapa aku cinta kalian dan betapa aku tulus dalam memberikan nasehat kepada kalian.” Mereka menjawab: “Benar. Engkau bukanlah orang yang memiliki reputasi buruk bagi kami.” Nu’aim berkata: “Quraisy dan Gathfan dalam perang ini memiliki alasan tersendiri yang tidak kalian miliki.” Mereka bertanya: “Mengapa bisa demikian?” Nu’aim menjelaskan: “Tanah ini adalah negeri kalian. Di sini terdapat harta, anak- anak dan istri-istri kalian. Kalian tidak akan bisa meninggalkan negeri ini.
Sedangkan Quraisy dan Gathfan; negeri, harta, anak dan istri mereka tidak berada di sini.

Mereka datang untuk berperang melawan Muhammad. Mereka mengajak kalian untuk membatalkan perjanjian dengannya dan membantu mereka untuk memeranginya, dan kalian mau saja dengan ajakan mereka.

Jika mereka berhasil mengalahkan Muhammad maka mereka akan mengambil ghanimah darinya. Jika mereka kalah dalam memeranginya, maka mereka akan kembali ke negeri mereka dengan aman dan membiarkan kalian disini bersama Muhammad sehingga ia dapat membalas kalian dengan begitu kejam.

Kalian sudah tahu bahwa kalian tidak mampu untuk menghadapi Muhammad jika Quraisy dan Gathfan meninggalkan kalian.”