Wahai para hamba Allah, bersabarlah! Sebab sabar adalah penyelamat dari kekufuran dan dapat mendatangkan keridhaan Tuhan. Ia juga dapat menolak kehinaan. Arahkanlah tombak kalian. Berlindunglah dengan tameng. Janganlah berbicara kecuali berdzikir kepada Allah dalam hati kalian, sehingga aku perintahkan kepada kalian, Insya Allah!”
Said berkata: Pada saat itu ada seorang pria yang keluar dari barisan pasukan muslimin dan berkata kepada Abu Ubaidah: “Aku bertekad untuk mati pada saat ini. Maukah engkau membawa surat ini kepada Rasulullah Saw?!”
Abu Ubaidah menjawab: “Ya.” Orang itu menyambung: “Sampaikan salam ku dan salam pasukan muslimin kepada Beliau dan katakan kepadanya: ‘Ya Rasulullah, Kami telah menemukan apa yang dijanjikan Tuhan kami adalah benar!”
Said meneruskan ceritanya: Begitu aku mendengar ucapannya, dan aku melihat ia menghunuskan pedang dan pergi untuk menghadapi para musuh Allah. Maka akupun turun ke medan juang. Aku tersungkur di atas lutut. Aku angkat tombakku dan aku tusuk penunggang kuda pertama yang datang ke arah kami. Kemudian aku melompat ke arah musuh, dan Allah telah mencabut semua rasa takutku. Pasukan muslim begitu gagah berani dihadapan pasukan Romawi. Mereka terus berperang sehingga Allah memberikan kemenangan bagi kaum muslimin.
Said turut serta dalam penaklukan kota Damaskus. Begitu penduduk kota tersebut tunduk dan taat, Abu Ubaidah bin Al Jarrah menjadikan Said sebagai wali di sana. Dan Said adalah orang pertama dari kaum muslimin yang menjadi wali di Damaskus.
Pada zaman Bani Umayyah, Said bin Zaid mendapat sebuah kejadian yang lama menjadi pembicaraan penduduk Yatsrib.
Hal tersebut bermula bahwa Arwa binti Uwais mengira bahwa Said bin Zaid telah merampas sebagian tanahnya dan kemudian diakui sebagai tanah Said. Arwa selalu menceritakan hal ini dikalangan kaum muslimin sehingga akhirnya hal ini sampai ke Marwan bin Al Hakam dan sampai ke Madinah. Oleh karenanya, Marwan mengirimkan beberapa orang utusan untuk berbicara dengan Said tentang permasalahan ini. Hal tersebut membuat sulit sahabat Rasul Saw ini. Ia berkata: “Orang-orang mengira bahwa aku menzaliminya!! Bagaimana aku bisa menzaliminya?! Padahal aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘Barang siapa yang merampas sejengkal tanah, maka Allah akan membebaninya dengan beban yang seberat 7 kali bumi.’ Ya Allah, dia telah mengira bahwa aku telah menzaliminya. Jika ia ternyata bohong, maka butakanlah matanya dan masukkanlah ia ke dalam sumur tanahnya dimana ia menggugatku. Tampakkanlah kebenaranku dengan sebuah cahaya yang dapat menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa aku tidak menzaliminya.”
Tidak lama berselang, Al Aqiq mengalirkan air yang belum pernah sebegitu besar, sehingga menyingkapkan batas yang menjadi sengketa mereka berdua. Dan kaum muslimin tahu bahwa Said benar dan tidak salah.
Hanya berselang satu bulan saja, wanita tersebut menjadi buta. Ketika ia sedang berjalan mengelilingi tanahnya itu, ia terjerumus masuk ke dalam sumur.
Abdullah bin Umar berkata: “Sejak saat itu kami –dan ketika itu kami masih anak-anak – sering mendengarkan orang yang berkata kepada orang lain: “Semoga Allah membutakanmu sebagaimana ia membutakan Arwa.”
Hal itu tidak mengherankan, sebab Rasulullah Saw pernah bersabda: “Takutlah kepada do’a orang yang dizalimi, sebab tiada penghalang antara dirinya dengan Allah.”
Apalagi bila yang dizalimi adalah Said bin Zaid, salah seorang dari 10 nama yang dijamin surga?!