Allah SWT berfirman:
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: 'Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka Sesungguhnya Allah menyediakan siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar. " (QS. al-Ahzab: 28-29)
Selesailah fitnah. Demikianlah pergelutan di rumah Rasulullah. Akhirnya, isteri-isteri beliau memilih kehidupan zuhud dan bersabar serta akhirat daripada kehidupan dunia. Permintaan isteri-isteri nabi tidak melebihi hal-hal yang bersifat mubah, namun Rasulullah merupakan teladan bagi seluruh umat, karena itu beliau harus menjadi teladan bagi umat sehingga beliau dapat menjadi cermin tertinggi yang layak di emban oleh seorang yang memegang tampuk kepemimpinan Muslimin. Allah SWT telah membalas pengorbanan isteri-isteri Rasulullah dalam bentuk mengangkat kedudukan mereka dan menjadikan mereka sebagai ibu dari kaum mukmin. Allah SWT berfirman:
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka." (QS. al- Ahzab: 6)
Dan, sebagai penegasan terhadap keibuan spiritual ini, Islam mewajibkan hijab yang teliti kepada mereka, yaitu suatu hijab yang tidak diperlakukan seperti itu kepada Muslimah-Muslimah lain. Rasulullah melanjutkan dakwahnya. Beliau mengirim surat ke raja-raja dan para penguasa di mana beliau ingin menunjukkan universalitas ajaran Islam. Rasulullah mengajak Kaisar Romawi untuk mengikuti Islam, lalu beliau mengirim utusan ke Amir Damaskus mengajaknya untuk memeluk Islam, dan beliau mengutus utusan ke Amir Basrah bagian dari wilayah Romawi dan mengajaknya untuk mengikuti Islam, dan beliau juga mengirim surat ke penguasa Qibti dan mengajaknya untuk masuk Islam, dan beliau juga menulis surat ke Kisra, Raja Persia dan mengajaknya untuk mengikuti Islam. Beliau juga mengirim utusan ke Amir Bahrain dan mengajaknya untuk mengikuti Islam.
Lalu berbagai reaksi disampaikan berkenaan dengan surat-surat Nabi itu. Di antara mereka ada yang berusaha menyampaikan kepada pembawa surat bahwa ia masuk Islam dan mengembalikannya dengan hadiah, dan di antara mereka ada yang merobek-robek surat itu dan di antara mereka ada yang membalas surat itu dengan jawaban yang baik, dan di antara mereka ada yang menerima kebenaran. Demikianlah hari berlalu dalam pergelutan yang tidak pernah padam, suatu pergelutan yang dipimpin oleh Nabi sehingga beliau menaklukkan Mekah dan menyucikan jazirah Arab. Akhirnya, manusia masuk dalam agama Allah SWT dalam keadaan berbondong-bondong, dan Allah SWT menyempurnakan agama bagi kaum Muslim dan Rasulullah melaksanakan haji wada' (haji yang terakhir) dan turunlah kepada beliau wahyu di Arafah sebagaimana firman-Nya:
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)
Ayat tersebut dibacakan kepada Abu Bakar sehingga ia menangis. Allah SWT merasa bahwa telah tiba waktunya untuk mengakhiri misi Rasul- Nya. Aisyah berkata kepada anak-anak yang berteriak dan bermain-main di luar rumah: "Diamlah kalian karena Rasulullah sedang sakit." Anak- anak itu pun terdiam dan mereka merasakan ketakutan yang luar biasa. Pada hari-hari terakhir, Rasulullah tidak lagi bercanda dengan mereka sebagaimana yang biasa beliau lakukan.
Mereka memperhatikan bahwa kepucatan yang aneh menyelimuti Rasulullah yang biasanya wajah beliau dipenuhi dengan senyuman hingga wajahnya laksana lempengan emas. Rasulullah yang terakhir masuk dalam rumahnya dan hampir saja beliau tidak kuat menahan langkah kedua kakinya. Beliau memasuki rumahnya dan bersandar kepada tangan Fadl bin Abbas dan Ali bin Abu Thalib. Beliau merasakan keletihan dan kesakitan. Kemudian Aisyah menidurkan beliau di atas ranjangnya yang kasar dan Aisyah meletakkan tangannya di atas kening beliau. Kepala beliau tampak panas karena saking hebatnya demam. Aisyah berkata dalam keadaan kedua matanya mengucurkan air mata, "demi ayah dan ibuku, ya Rasulullah apakah engkau merasakan sakit?" Rasulullah tersenyum untuk menenangkan Aisyah lalu beliau tertidur. Kemudian mengalirlah dalam memori Rasulullah berbagai gambar hidup: Jibril turun kepada beliau dengan membawa wahyu di gua Hira. Beliau telah melewati waktu yang diberkati selama dua puluh tiga tahun, yang sekarang tampak seperti mimpi. Bahkan empat puluh tahun yang mendahuluinya tampak seperti gambar yang hanya dilukis sesaat.
Segala sesuatu menjadi mudah bagi Allah SWT dan Rasulullah saw telah berhasil melalui berbagai penderitaan dengan penuh kesabaran, bahkan beliau tidak pernah mengeluh sekali pun. Beliau mengajarkan akidah kepada para pengikutnya dengan penuh kemantapan. Akhirnya, Islam menjadi mulia dan benderanya semakin berkibar. Kemudian beliau bangun karena melihat tangisan yang tersembunyi dari Aisyah. Beliau membuka kedua matanya dan melihat wajah Aisyah sambil beliau sendiri berusaha melawan rasa pusing, demam, dan sakit yang dirasakannya. Beliau kembali tersenyum untuk menenangkan Aisyah dan beliau kembali memejamkan matanya dan tidak sadarkan diri. Apa gerangan yang menyebabkan Aisyah menangis? Tidakkah Allah SWT memahkotai jihad Rasulullah yang berat dengan penaklukan Mekah dan penyucian Baitul Haram?
Berbagai gambar hidup dan aktual melayang-layang dalam memori Rasulullah. Beliau mengingat bagaimana tindakan orang Quraisy ketika membantalkan perjanjian Hudaibiyah dan mereka memerangi Khaza'ah yang saat itu bersekutu dengan kaum Muslim dan akhirnya mereka membunuh semua sekutu kaum Muslim di Baitul Haram. Kemudian beliau berjalan bersama pasukan yang berjumlah sepuluh ribu di mana semua pasukan telah siap, dan tentara Muslim turun dari gunung Mekah laksana air bah yang tidak berhenti sedikit pun. Telah lewatlah masa para pembawa tombak, panah, dan pedang; telah lewatlah masa di mana Rasulullah memimpin pasukan yang di dalamnya terdapat kaum Muhajirin dan Anshar. Di tengah-tengah pasukan besar tersebut yang berhasil menaklukkan Mekah, Rasulullah menunggangi untanya dan beliau menundukkan kepalanya dengan penuh rendah diri di hadapan Allah SWT sampai-sampai kepalanya hampir menyentuh punggung unta yang dinaiki. Pintu Mekah terbuka untuk pasukan ini.
Para pemimpin Mekah dan pengikut-pengikut mereka menyerahkan diri. Kalimat Allah SWT semakin meninggi di dalamnya. Rasulullah memasuki Baitul Haram lalu beliau berkeliling di sekitar Ka'bah. Beliau menghancurkan berbagai patung yang berbaris di sekitarnya, lalu beliau memukulnya dengan kapaknya. Kemudian patung-patung itu berjatuhan dan hancur. Setelah beliau membersihkan masjid dari berbagai patung dan mengembalikannya sebagaimana yang diciptakan oleh Allah SWT sebagai rumah tauhid yang mutlak, beliau menoleh kepada orang Quraisy dan memaafkan mereka dan mengajak mereka untuk kembali ke jalan Allah SWT. Kemudian tibalah waktu shalat, lalu Bilal naik di atas punggung Ka'bah dan mengumandangkan Azan. Penduduk Mekah mendengarkan panggilan baru ini di mana gemanya berputar-putar di antara gunung:
"Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Marilah melaksanakan shalat. Marilah menuju keberuntungan. Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah."
Akhirnya, rumah itu dikembalikan kehormatannya dan kemuliaannya. Kemudian lagi-lagi arus berbagai gambar terlintas dalam memorinya: itulah peperangan Hunain dengan kekalahannya, kemenangannya, dan ganimahnya; Itulah Rasulullah yang memberikan ganimah terhadap orang- orang yang bergabung dengan Islam hanya dua hari dari penduduk Mekah, dan mencegah untuk memberi ganimah Hunaian kepada kaum Anshar yang telah memberikan segalanya untuk Islam. Salah seorang di antara mereka berkata: "Demi Allah, Rasulullah telah menemui kaumnya." Sa'ad bin 'Ubadah berjalan ke arah Rasulullah dan memberitahunya bahwa kaum Anshar sedang marah. Rasulullah bertanya: "Mengapa marah?" Sa'ad menjawab: "Mereka protes saat engkau membagikan ganimah ini pada kaummu dan pada seluruh orang Arab namun mereka tidak mendapatkan apa-apa." Rasulullah bertanya kepada Sa'ad bin Ubadah: "Kamu sendiri bagaimana pendapatmu wahai Sa'ad?" Sa'ad berkata: "Aku tidak lain kecuali seseorang dari kaumku." Rasulullah berkata: "Kumpulkanlah kepadaku kaummu untuk masalah yang penting ini dan jika kalian telah berkumpul, maka beritahulah aku."
Sa'ad mengumpulkan seluruh kaum Anshar lalu ia memberitahu Rasulullah bahwa ia telah mengumpulkan mereka. Rasulullah saw keluar menemui mereka dan berdiri di hadapan mereka sambil memuji Allah SWT dan kemudian berkata: "Wahai orang-orang Anshar, tidakkah aku datang kepada kalian saat kalian dalam keadaan sesat lalu Allah SWT memberikan petunjuk kepada kalian, dan kalian menjadi orang-orang yang fakir lalu Allah SWT memampukan kalian, dan kalian dalam keadaan bermusuhan lalu Allah SWT menyatukan hati kalian?" Mereka menjawab: "Benar." Rasulullah berkata: "Mengapa kalian tidak menjawab wahai kaum Anshar?" Mereka berkata: "Apa yang kita akan katakan wahai Rasulullah dan dengan apa kita akan menjawabnya. Sungguh segala kurnia hanya milik Allah SWT dan Rasul-Nya."
Rasulullah berkata: "Demi Allah, seandainya kalian mahu niscaya kalian akan mengatakan dan benar apa yang kalian katakan: Engkau datang kepada kami sebagai seorang yang terusir, maka kami melingdungimu dan engkau datang dalam keadaan miskin lalu kami menghiburmu dan engkau datang dalam keadaan ketakutan lalu kami mengamankanmu dan engkau datang dalam keadaan teraniaya lalu kami menolongmu." Mereka berkata: "Segala puji dan kurnia bagi Allah SWT dan Rasul-Nya." Rasulullah berkata: "Wahai kaum Anshar, apakah kalian akan marah terhadap harta yang telah aku berikan kepada suatu kaum dengan harapan agar keimanan meresap dalam hati mereka dan kalian justru melupakan kurnia yang telah Allah SWT berikan kepada kalian dalam bentuk nikmat Islam. Tidakkah kalian wahai kaum Anshar merasa puas ketika manusia pergi untuk melakukan perjalanan di musim dingin sedangkan kalian pergi dengan Rasulullah. Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya manusia melalui suatu jalan dan kaum Anshar melalui jalan yang lain niscaya aku akan melalui jalan kaum Anshar. Ya Allah, rahmatilah kaum Anshar dan anak-anak kaum Anshar dan cucu kaum Anshar."