Abu Hurairah pernah memiliki seorang budak wanita berasal dari Zinjy yang pernah berlaku kasar kepada Abu Hurairah. Seluruh keluarga pun menjadi kesal. Abu Hurairah lalu mengambil cambuk untuk dipukulkan ke arah budak wanita tadi. Namun Abu Hurairah berhenti dan berkata: “Kalau saja tidak ada qishas di hari kiamat, aku pasti akan menyakitimu sebagaimana engkau menyakitiku. Akan tetapi aku akan menjualmu kepada siapa saja yang dapat membayar hargamu, dan aku lebih butuh terhadap uang tersebut. Sekarang, pergilah! Engkau aku bebaskan karena Allah Swt.”
Putrinya pernah berkata kepada Abu Hurairah: “Ayah, anak-anak gadis lain menyindirku dan berkata: ‘mengapa ayahmu tidak menghiasi dirimu dengan dzahab (emas)?!” Abu Hurairah menjawab: “Wahai anakku, katakan kepada mereka: ‘Ayahku takut bila aku terkena panasnya lahab (api neraka).”
Abu Hurairah tidak memberikan perhiasan kepada anaknya bukan karena pelit dan kikir akan harta,sebab dia adalah orang yang amat dermawan di jalan Allah Swt.
Marwan bin Al Hakam pernah mengirimkan kepadanya 100 dinar emas. Keesokan harinya Marwan mengirimkan seorang utusan yang menyampaikan kepada Abu Hurairah: “bahwa pembantuku keliru telah memberikan dinar-dinar tersebut kepadamu. Padahal yang aku tuju adalah orang lain selain kamu.” Abu Hurairah merasa kesal dan berkata: “Aku akan memberikannya di jalan Allah Swt dan tidak ada satu dinar pun yang tersisa padaku. Jika hakku di Baitul Mal telah keluar, maka ambillah saja uang tersebut!”
Marwan melakukan hal itu hanya untuk menguji Abu Hurairah. Begitu sudah terbukti, maka Marwan yakin bahwa Abu Hurairah adalah orang yang benar.
Abu Hurairah –semasa hidupnya- selalu berbakti kepada ibunya. Setiap kali ia hendak pergi meninggalkan rumah, ia akan berdiri di depan pintu kamar ibunya dan berkata: “Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah atasmu, wahai ibuku!”
Ibunya akan menjawab: “Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah juga atasmu, wahai anakku!”
Abu Hurairah kemudian berkata: “Semoga Allah merahmatimu sebagaimana engkau telah membesarkan aku di waktu kecil.”
Ibunya membalas: “Semoga Allah merahmatimu sebagaimana engkau berbakti kepadaku saat aku sudah tua.”
Kemudian bila ia telah kembali ke rumah, ia akan melakukan hal yang sama terhadap ibunya.
Abu Hurairah amat menyerukan kepada manusia untuk senantiasa berbakti kepada orang tua dan menjaga hubungan kerabat (silaturahmi).
Suatu hari ia melihat ada dua orang pria sedang berjalan bersama, dimana salah satunya lebih tua dari lainnya. Abu Hurairah bertanya kepada orang yang lebih muda: “Siapakah orang ini bagi dirimu?” Orang tersebut menjawab: “Dia adalah ayahku.” Abu Hurairah berpesan kepadanya: “Janganlah engkau memanggil dia dengan namanya! Janganlah berjalan di depannya dan janganlah duduk sebelum ia duduk!”
Abu Hurairah menangis saat ajal akan datang kepadanya. Ada orang yang bertanya kepadanya: “Apa yang membuatmu menangis, wahai Abu Hurairah?!” Ia menjawab: “Aku tidak menangisi dunia yang kalian huni ini. Akan tetapi aku menangis karena jauhnya perjalanan dan sedikit bekal yang aku bawa. Aku kini berdiri di penghujung jalan yang dapat mengantarkan aku ke surga atau ke neraka. Dan aku sendiri tidak tahu hendak ke mana aku dibawa!!”
Marwan bin Hakam pernah menjenguknya dan ia mendo’akan: “Semoga Allah menyembuhkanmu, wahai Abu Hurairah!”
Abu Hurairah menjawab: “Ya Allah, aku menyukai perjumpaan dengan-Mu, maka jadikanlah perjumpaanku ini indah dan segerakanlah!”
Belum lagi Marwan meninggalkan tempat itu, namun Abu Hurairah telah meninggal dunia.
Semoga Allah merahmati Abu Hurairah dengan rahmat yang luas. Ia telah mampu menghapal demi ummat Islam lebih dari 1609 hadits Rasulullah Saw.
Dan semoga Allah Swt membalas jasanya atas Islam dan kaum muslimin.